Kecurigaan Rafa

"Kenapa Bu Dina sampe segitunya, ya?" tanya Jinan dengan wajah memelas. Isa pun mendekati dan duduk di kursi samping brankar. Dia meraih tangan Jinan dan mengelusnya.

"Karena ini benernya Mas gak mau kamu kerja, tapi kamu tetap memaksa," ucap Isa sembari tersenyum memamerkan gigi putihnya.

"Orang lain banyak yang kerja, tapi mereka baik-baik aja. Kenapa Inan diserang wanita jahat macam Bu Dina?"

"Ya makanya, kamu jangan sampe terlihat dekat sama teman kerja, takutnya ada yang cemburu begitu."

Jinan berdecak kesal mendengar kata-kata Isa. "Padahal Inan gak ada hubungan apa-apa sama Pak Rafa, lagian si Dina itu juga gak ada hubungan sama Pak Rafa, harusnya dia tahu diri kan?"

Isa mendengus kesal mendengar Jinan membicarakan laki-laki lain di depannya. "Ya udahlah, jangan bicarain asisten bos kamu terus. Lama-lama Mas mual," ujarnya penuh kekesalah, tapi malah membuat Jinan tertawa meledeknya.

"Ciee, ada yang cemburu nih?"

Isa terkekeh melihat istri kecilnya itu menggodanya, "Ha ha ha , dasar bocil, emang kamu tahu apa itu cemburu? apa sekecil ini kamu pernah punya pacar?"

"Ye... Om sembarangan. Inan memang sering main sama anak cowok, sering main bola dan juga silat, tapi Inan gak pernah pacaran," ketus Jinan tak terima atas tuduhan Isa.

"Iya ... maaf, Mas gak maksud nuduh kamu. Oh ya, kata dokter kamu udah boleh pulang, ayo, Mas akan dorong kamu pake kursi roda," ujar Isa sembari membopong Jinan dan mendudukkannya di kursi roda, kemudian mendorongnya. Baru saja dia dan Jinan keluar ruangan, terlihat Rafa berlari tergopoh ke arah mereka.

"Pak Isa, semua sudah beres," ucap Rafa, dia tak paham dengan isyarat yang diberikan Isa yang sebenarnya ingin meminta Rafa agar tak bersifat formal dan memanggilnya direktur.

"Pak Isa apa-apa an kedip-kedipan begitu. Lagian kenapa dia begitu perhatian pada Jinan, ya?" batin Rafa bertanya-tanya. Tak lama kemudian Isa mengirin chat padanya.

"Jangan panggil aku Bos, Bersikap biasa saja!" titah Isa dalam chatnya.

"Ya udah, Pak Rafa, biar saya antar Bu Jinan dulu," ucap Isa pada Rafa hingga membuat Jinan tertawa.

"Idih, si Om. Masa Inan dipanggil Ibu?" protes Jinan tatkala mendengar Isa memanggilnya Ibu. Rafa yang melihat itu hanya mampu mengulum senyum karena tak berani mencandai Isa.

"Hmm, biar saya saja yang anter Jinan. Mungkin Pak Isa butuh istirahat," tawar Rafa dengan hormat, tapi Isa malah meliriknya dengan tajam.

"Biar saya saja yang anter," sahut Isa sambil melirik ke arah Rafa dengan tatapan intimidasi. "Oh ya, mana kunci mobil?" tanya Isa pada Rafa membuat Rafa terheran dan kebingungan.

"Kunci mobil siapa?" tanya Rafa. Isa pun mendengkus kesal dan berbisik di samping telinga Rafa.

"Berikan kunci mobil kamu, ini ambil kunci mobilku, kita tukeran mobil sampe besok!" bisik Isa diiringi senyum anehnya.

Rafa menggeleng tak percaya dengan kata-kata Isa, tapi dia tetap menuruti permintaan aneh si bos-nya itu. Setelah mendapat kunci mobil, Isa langsung membawa Jinan pergi meninggalkan Rafa yang masih terbengong.

"Apa Pak Isa naksir Jinan ya? Duh, ini tak bisa dibiarkan. Besok aku harus lebih giat deketin Jinan, kali aja dia melirikku. Ciee!" Rafa menyemangati dirinya untuk mengejar gadis impiannya.

Sementara itu Isa. Kini telah sampai di kontrakannya. Dia kembali membopong Jinan dan membawanya masuk. Jinan yang sebenarnya sudah kuat berjalan itu hanya menurutinya karena memang ingin bermanja dengan suaminya.

Isa membawa Jinan ke kamar yang selalu ditempatinya. Dia meletakkan Jinan di atas ranjang, yang membuat dia kaget, ranjang itu ternyata tak berkasur. Ditambah di kamar itu tak ada AC atau pun kipas angin.

Rasa bersalah kini menggelayuti sanubari laki-laki tampan itu. "Ya Allah, Inan, maafkan Mas. Mas terlalu sibuk sehingga mengabaikan keadaan kamu di rumah ini." Isa terus menggerutu menyesali perbuatannya sendiri.

"Om kenapa bengong?" tanya Jinan yang terheran melihat tingkah suaminya.

"Di sini tak ada Ac atau pun kipas, kenapa kamu gak bilang?" tanya Isa.

"Hehe kan Jinan udah biasa tidur tanpa AC, Om." jawab Jinan polos.

"Ya udah, tunggu sebentar! Isa keluar kamar Jinan kemudian pergi ke kamarnya. Dia mengambil kasur dan AC Portable kecil yang biasa ia taruh di kamarnya. Ia juga membawa kasur dan bantal.

"Kamu turun dulu, biar Mas taruh kasurnya."

Jinan hanya mengangguk dan menuruti suaminya. "Ya udah ayo tidur!" titah Isa pada Jinan.

Jinan mendelik ke arah suaminya. "Apa Om tidur di kamar ini juga?" tanya Jinan penasaran. Isa pun tersenyum canggung. Dada pemuda itu tiba-tiba berdebar kala membayangkan dia tidur di samping Jinan.

Malam semakin larut, Jinan sudah tertidur sementara Isa masih mondar-mandir antara dapur dan kamarnya. Sesekali dia menghampiri kamar Jinan, tapi setelah dia menggenggam knop pintu, dia malah kembali lagi. "Ya ampun, kenapa segrogi ini sih? Aku gak mungkin pergi ninggalin Jinan, tapi aku juga tak mungkin tidur di kamarku. Di sana sudah tak ada kasur dan AC-nya."

Setelah menimbang-nimbang, dia akhirnya masuk ke kamar Jinan. Dia mendekat ke arah remaja tomboy yang sekarang sedang terlentang di atas ranjang. Posisi tidur Jinan yang aneh, membuat Isa terkekeh. Jinan yang tidur terlentang dengan kedua tangan direntangkan dan kepala hampir jatuh . "Ya ampun, ini kenapa tidurnya begini? Di mana aku bisa tidur, kalau dia tidurnya menuhi ranjang kaya gini?" keluh Isa sembari mengusap tengkuknya.

Karena dia tak bisa tidur di tempat lain, dia akhirnya membopong tubuh Jinan dan menaruhnya di tepi ranjang, hingga dia bisa membaringkan tubuhnya di samping Jinan yang tak terganggu dengan ulah Isa.

"Aaaa, Om lagi ngapain di sini?" teriak Jinan histeris kala dia melihat Isa tidur di sampingnya dengan posisi memeluknya layaknya guling.

"Ya ampun, Inan, kenapa kamu teriak gitu, nanti tetangga pada datang ke sini gara-gara teriakan kamu!" Isa bangun dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Ya habisnya Om kenapa tidur di kamar Inan?" protes Jinan dengan memanyunkan bibirnya.

"Emang kenapa kalau Mas tidur di sini, kan kamu istri Mas."

"Iya, tapi kan Inan masih di bawah 20 tahun, Om. Inan takut hamil sekarang,"

Isa kembali tertawa mendengar kicauan Jinan yang kini merengek di sampingnya. "Hmm, Om gak ngapa-ngapain kamu, kok. Jadi kamu tenang aja. Gak bakal hamil sekarang. Ya paling nanti belakangan!"

"Om, nyebelin!"

"Udah, sekarang udah jam 5 lewat, kita belum salat subuh, ayo sana ke kamar mandi dulu!" titah Isa pada Jinan yang langsung dituruti.

Terpopuler

Comments

Na

Na

YG SEMANGAT

2024-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!