Bab 10 Bumi Wengker

Dalam beberapa buku yang kami baca ada kisah bahwa Kerajaan Wengker dulu berada dj sekitar Kadipaten dan Setono. Bahkan Ibu Kota Kerajaan Mbah Purwa Wijaya menegaskan ada di Kadipaten.

Pada siang itu aku dan Anika juga Ima dan dua orang temannya berada di Pendapa Makam Batara Katong untuk mengamati beberapa peninggalan Batara Katong.

"Kepatihan Wengker menurut Mbah Purwa dalam Babad Kandha Wahana berada di Ira dahan. Patihnya bernama Perwira Dahana," kataku.

"Berarti Ira Dahan berasal dari kata Prawira Dahana, " ujar Ima.

"Benar. Taman Kerajaan Wengker berada di Sekar Dengan. Semua berada di wilayah Kadipaten, " lanjutku.

Aku juga memberi keterangan bahwa, kerajaan Wengker Ibu kota istananya di kelilingi sungai. Dengan pagar hidup yang tebuat dari bambu ori. Pendapat tersebut aku dapatkan dari seorang sahabat karibku.

"Di buku Kanda Wahana, di kisahkan beteng pertahanan berlapis lapis. Ada beteng pendemnya juga, " terangku.

"Sepakat, sebab aku dengar di Kadipaten ada satu nama lingkungan kecil masyarakat bernama Biting," tegas Anika.

"Jadi nama Biting identik dengan bereng, ya," kata Ima sambil menghirup minuman segar dalam gelas sembari mempetsilahkan kami untuk meminumnya. Secara serempak kami minum hidangan yang tersaji sesuai pesanan kami masing masing.

Di pendapa makam Batara Katong, udaranya mendukung untuk santai sambil diskusi. Sehingga suasana kita rasakan penuh damai dan kesantaian.

"Suasana asyik tapi saat kita ingin nambah jajan harus keluar dari area pendapa," ujar Pas teman Ima.

"Iya, kok. Mengapa ya tidak ada pedagang " ujar Anika.

"Tentunya hal itu memunculkan dua analisa. Pertama karena kurangnya pengunjung. Yang kedua karena kebijakan pengelola yang menyangkut kesepakatan sejak dahulu. Hal ini kemudian di sebut tradisi," jawabku.

"Maksudnya tradisi, Kak?" tanya Pras lagi.

"Kan memunculkan kata, sumpah tidak boleh, khawatir kalau begini dan begitu, " jawabku sambil tersenyum.

"Nah, kita lihat aja di makam Terbayat umpama. Di sana kan pedagang juga mengelilingi Pendapa," ungkap Hengki teman Ima satunya.

"Lain ladang lain belalang.... "kata Anika.

"Lain lubuk lain ikannya," sahut semua dengan serempak.

Kami kemudian tertawa bersama.

"Keuntungan Tembayat, lokasi makamnya ada di puncak pegunungan. Juga berdekatan dengan pasar tradisional yang kemudian juga menjadi pasar untuk souvenir dan aneka jajanan, " ucapku.

"Dengan keberadaan Situs dan pasar yang saling mendukung akhirnya terjadilah keberuntungan bagi UMKM setempat, "tambah Ima.

"Dan itulah yang saat ini di harapkan pemerintah. Maka sebetulnya giat giat budaya menghidupkan situs, akan membantu pemerintahan memajukan ekonomi melalui UMKM, "tambah Pras.

"Wao, maka lebih asyiknya lagi dengan adanya situs yang terawat akan menjadikan desa tersebut menjadi Desa Wisata, " tambah Ima.

"Tapi kebanyakan di Ponorogo belum nampak maksimal pengunjungnya. Yang nampak pengunjungnya banyak hanya Tegalsari, " tambah Hengki.

"Semua perlu proses, "kata Anika.

"Bicara proses, bicara waktu," terang Pras.

"Percayalah, semua akan indah pada waktunya, 'sahut Ima sambil tertawa kecil.

"Kita harus sadar, untuk meramaikan situs, selain dibutuhkan kenyamanan juga di butuhkan keyakinan terhadap situs tersebut. Juga di persiapkan beberapa hal yang mendukungnya. Juga perlu promosi kuat, " kataku.

"Dan semua perlu berbicara anggaran," timpa Hengki di sambut tawa lepas bersama.

"Kelihatannya, kau sudah layak jadi Kepala Dinas, ' sahutku sambil tersenyum.

Hengki membalas senyumku. Lalu ia menyahut gurauanku, "Siapa, Kak. Hengki gitu, loh!"

Kami pun tertawa bersama. Bahkan melihat ekspresi Hengki saat mengucap, loh, dengan bibir agak monyong menimbulkan kesan lucu, yang mau tidak mau kami harus tertawa lepas.

"Eit, jangan tertawa keras. Entah di marahi orang orang loh,"tegas Anika.

Sambil tetap menahan tawa akibat ekspresi monyong dari Hengki kami mencoba untuk menghentikan sejenak tawa kami.

*****

Setelah menahan tawa dan gurauan, kami kembali menyikapi beberapa persoalan terkait Bumi Wengker.

"Sebetulnya, Kerajaan Wengker itu ada benar, ya, " tanya Anika.

"Banyak beberapa bukti. Bila menurut para kaum sejarah, berkata Wengker di bagi beberapa bagian. Masa awal Wengker, di pimpin oleh Ketu Wijaya. Dalam Babad Ponorogo di sebutkan sebagai Putra Raja Mataram Kuno, " terang Ima.

"Mantab. Kelihatannya Ima persiapkan materi tentang Diskusi kita ini kali, " sahut Pras yang di sambut senyum kecil dari kami.

"Baru tau. padahal sejak dulu Ima cerdas, " ungkap Anika.

"Dianya saja, yang tak pernah paham kecerdasanku " gurau Ima sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Dan kalau dalam Babad Ponorogo, berdirinya Kerajaan Wengker, setelah luluh lantaknya Mataram Kuno karena letusan Merapi, " ujar Anika.

"Ini berarti bersamaan dengan berdirinya Medang di Jawa Timur," kata Pras.

"Benar. Dalam Babad Ponorogo di jelaskan rombongan Ketu Wijaya terpisah, berlari menyelamatkan diri ke arah Selatan, " kata Anika.

"Nah inilah yang harus kita diskusikan secara serius, " terangku.

Kemudian aku ajak mereka untuk menelaah Prasasti Taji. Sebuah Prasasti dari lempengan logam yang ditemukan di Taji Gelang Lor Kecamatan Sukorejo.

"Di Prasasti Taji, kita bisa membaca keadaan, kebudayaan di sini, sebelum letusan Gunung Merapi mengusir rakyat Medang, hingga migrasi ke Jawa Timur, " terangku.

"Wah kalau ini. menyebabkan aku harus nambah energi," sahut Ima sambil berdiri menarik tangan kanan Anika yang duduk bersila.

"Ada apa, Nih?" tanya Anika kurang paham akan ajakan Ima.

"Ayo kita beli minum, " ajak Ima.

Melihat keduanya mau membeli Minum aku terpaksa mengeluarkan uang ratusan ribu. Mereka aku suruh membelikan minuman cukup untuk berlima dan jalanan bila ada.

"Jangan lupa aku belikan rokok, " kataku sebelum mereka pergi.

"Siap. Tapi untuk membahas Prasasti Taji ditahan dulu, " ungkap Anika.

"Emang kenapa? Kita diskusi sekarang aja, Kak!" ajak Hengki meledek.

Anika dan Ima tidak pedulikan kata Hengki. Mereka keluar dari Pendapa Makam Batara Katong melewati Gerbang.

"Nah, kalau di sini ada Toko atau kios kan enak, Kak, "ucapan Pras.

"Kan tadi sudah di bahas, " sahutku.

'Boleh jadi besok lusa akan berbeda keberadaannya, " terang Hengki.

"Tentu, Bos. Sebab semakin lama peziarah di makam ini akan semakin banyak. Kalau hari Ahad pagi, banyak peziarah ke sini. Hampir imbang dengan malam Jum'at, " terang Pras.

"Kebanyakan dari mana peziarah datang ke sini, Dik?" tanyaku.

"Kalau dulu banyak juga yang dari luar kota. Selain memang peziarah lokal juga tak sedikit, " ujar Pras.

Pras juga menjelaskan tidak sedikit peziarah makam wali dari Ponorogo bila mau berangkat ziarah ke luar kota mendahulukan Makam Batara Katong.

"Wah, ada tradisi demikian...? " tanyaku heran.

"Takut terkena su'ul adab, Ya, " tanya Hengki.

"Entah, banyak Imam ziarah makam Wali yang demikian. Kebetulan atau memang ada tata anggah ungguh kita tidak tahu, " jawab Pras.

"Tapi tradisi baik bila di lanjutkan akan terbangun lebih apik, " terangku.

Perbincangan kami mengenai para peziarah di makam Batara Katong, terhenti karena kedatangan Anika dan Ima yang menenteng botol minuman dan beberapa minuman suplemen.

Episodes
1 Bab 1 Ganjilkah Cinta
2 Bab 2 Menyibak Waktu
3 Bab 3 Bima Sakti Sahabat Baru Anika
4 Bab 4 Kebersamaan di kahyangan
5 Bab 5 Menyibak Suru Kubeng
6 Bab 6 Sabda Bancangan
7 Bab 7 Lokasi Raibnya Ki Gede
8 Bab 8 Mencari Titik Jimat
9 Bab 9 Kidung Prabu Brawijaya
10 Bab 10 Bumi Wengker
11 Bab 11 Bumi Taji
12 Bab 12 Candi Kami
13 Bab 13 Rusaknya Tempat Sakral
14 Bab 14 Keajaiban Lokasi Keramat
15 Bab 15 Teror Hantu Jepang
16 Bab 16 Hantu Jepang Dan Kasus Kemanusiaan
17 Bab 17 Wayang Jawa
18 Bab 18 Cungkup Kok Candi
19 Bab 19 Sayembara Roso Wulan.
20 Bab 20 Terbunuhnya Anjing Belang Junjang
21 Bab 21 Wong Kalang Tegap dan Kuat
22 Bab 22 Dewi Senggono
23 Bab 23 Lumpuhnya Dewi Senggono Wati
24 Bab 24 Yakin Jadi Mantra Sakti
25 Bab 25 Penari Kepang kok Kesurupan
26 Bab 26 Reyog Untuk Hengki
27 Bab 27 Rahasia Weton
28 Bab 28 Buwuh
29 Bab 29 Reog dan Avatar Wisnu
30 Bab 30 Nara Singa Melawan Raja Asura
31 Bab 31 Lacak Gemblak
32 Bab 32 Ki Warok Jo Kromo
33 Bab 33 Malam Pertama Jadi Gemblak
34 Bab 34 Menerima Hadiah Seekor Sapi
35 Bab 35 Kasdi Gemblak
36 Bab 36 Gladen Jatil
37 Bab 37 Menuju Pentas
38 38 Reog Sotren
39 Bab 39 Gemblake Njathil
40 Bab 40 Gemblak Bukan Pelarian Seks
41 Bab 41 Misteri Cinta
42 Bab 42 Berebut Buah Rambutan
43 Bab 43 Pertama Berdua
44 Bab 44 Foto di Laptop
45 Bab 45 Tika Mata Awan
46 Bab 46 Tika Indigo
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Ganjilkah Cinta
2
Bab 2 Menyibak Waktu
3
Bab 3 Bima Sakti Sahabat Baru Anika
4
Bab 4 Kebersamaan di kahyangan
5
Bab 5 Menyibak Suru Kubeng
6
Bab 6 Sabda Bancangan
7
Bab 7 Lokasi Raibnya Ki Gede
8
Bab 8 Mencari Titik Jimat
9
Bab 9 Kidung Prabu Brawijaya
10
Bab 10 Bumi Wengker
11
Bab 11 Bumi Taji
12
Bab 12 Candi Kami
13
Bab 13 Rusaknya Tempat Sakral
14
Bab 14 Keajaiban Lokasi Keramat
15
Bab 15 Teror Hantu Jepang
16
Bab 16 Hantu Jepang Dan Kasus Kemanusiaan
17
Bab 17 Wayang Jawa
18
Bab 18 Cungkup Kok Candi
19
Bab 19 Sayembara Roso Wulan.
20
Bab 20 Terbunuhnya Anjing Belang Junjang
21
Bab 21 Wong Kalang Tegap dan Kuat
22
Bab 22 Dewi Senggono
23
Bab 23 Lumpuhnya Dewi Senggono Wati
24
Bab 24 Yakin Jadi Mantra Sakti
25
Bab 25 Penari Kepang kok Kesurupan
26
Bab 26 Reyog Untuk Hengki
27
Bab 27 Rahasia Weton
28
Bab 28 Buwuh
29
Bab 29 Reog dan Avatar Wisnu
30
Bab 30 Nara Singa Melawan Raja Asura
31
Bab 31 Lacak Gemblak
32
Bab 32 Ki Warok Jo Kromo
33
Bab 33 Malam Pertama Jadi Gemblak
34
Bab 34 Menerima Hadiah Seekor Sapi
35
Bab 35 Kasdi Gemblak
36
Bab 36 Gladen Jatil
37
Bab 37 Menuju Pentas
38
38 Reog Sotren
39
Bab 39 Gemblake Njathil
40
Bab 40 Gemblak Bukan Pelarian Seks
41
Bab 41 Misteri Cinta
42
Bab 42 Berebut Buah Rambutan
43
Bab 43 Pertama Berdua
44
Bab 44 Foto di Laptop
45
Bab 45 Tika Mata Awan
46
Bab 46 Tika Indigo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!