Bab 2 Menyibak Waktu

Malam terus berjalan pada waktu. Ia, Nik, aku teringat tentang apa yang kau taksir tentang waktu. Karena waktu menyimpan segala perjalanan. Meski hakekat gugusan waktu hanya ada tiga. Yaitu, tadi, kini dan nanti.

"Tadi bermaksud yang telah kita lalui. Kemarin dan perjalanan usia kita. Kini berpusat pada hal yang kita jalani. Sedangkan esok adalah perwujudan yang akan kita hadapi, "ungkapmu.

Aku mengangguk tanda menyepakati apa yang kau ungkapkan tentang waktu.

'Benar, dan kemarin adalah sejarah perjalanan akan bisa kita baca pada saat ini. Kini adalah evaluasi dari tadi dan kemarin. Kini adalah gagasan atau rancangan. Sedangkan nanti, esok adalah aplikasi dari gagasan yang kita rancang," tambahmu.

Aku semakin memahami tentang siapa dirimu. Seorang Anika, Gadis yang nampak tak begitu berarti bagi yang lain. Tapi bagiku kamu memiliki arti yang sulit buat aku terjemahkan. Postur tubuh yang tak begitu tinggi, rambut ikal yang menyimpan jutaan arti. kadang kau juga menutupi kecerdasan pikirmu pada selembar kain yang bernama hujan.

Wajah bulat yang penuh dengan keinginan dan bersifat optimis, membangun gagasan gagasan yang kadang orang tak mengerti. Kulit tubuhmu yang cerah, halus dan lembut memperkuat kehalusan akhlak dan pekertimu.

Anika, aku menemukannya pada saat yang tepat. Yakni pada kesendirianku, aku mendatangi sebuah objek benda sejarah di perkampungan dekat sebuah gunung di kotanya.

"Kau mau kemana, Kak? " tanyanya padaku dengan senyum yang tersinggung indah pada bibirnya.

"Aku akan ke arena persawahan itu, ' jawabku sambil menunjuk pada sebuah persawahan yang konon di situ terdapat sebuah objek benda bersejarah.

"Oh, Sawah Medang? " tanyanya.

Aku mengangguk.

Memang orang menyebut tanah persawahan itu dengan nama Medang. Konon menurut sebuah cerita, di sawah itu terdapat sebuah kerajaan yang bernama Medang. Medang adalah Kerajaan yang bercorak Hindu Buda. Kerajaan Medang semula ada di Yogyakarta. Akan tetapi saat terjadi letusan Gunung Merapi yang dahsyat, para bangsawan serta diikuti beberapa rakyatnya, bermigrasi ke Jawa Timur. Dan banyak yang menduga bahwa mereka mendirikan kerajaan di lokasi yang kini nampak hamparan sawah tersebut.

"Kita berangkat sekarang, Kak? "tanya Anika.

"Sebentar, " jawabku sambil mengambil kamera. Aku iseng mengambil gambarnya beberapa kali.

"Nih, kamu nampak cantik, kan?! " godaku sambil menunjukkan gambarnya pada kameraku.

Dia tersenyum lepas. Nampak sekali giginya yang putih rapi. Barangkali gigi yang di sebut miji timun itu adalah seperti miliknya.

Segera aku pakai tas ranselku, dan mengajaknya untuk mendatangi sebuah objek benda sejarah di Medang.

"Yang kau tahu, di sawah itu ada apa? " tanyanya.

"Kata orang ada yoni juga beberapa batu bata besar," jawabku sambil terus berjalan.

"Kau percaya bahwa di situ bekas kerajaan Medang Periode Jawa Timur? " tanyanya kembali.

"Kalau aku percaya seratus persen, aku tak akan datang kemari, 'jawabku.

Aku terus berjalan pada pematang sawah. Anika aku lihat lebih cekatan sehingga kali ini, aku yang harus membututinya.

*****

Tidak ada 25 menit aku dan Anika telah tiba pada sebuah area yang kami tuju. Sebuah persawahan luas. Di situ nampak sebuah pohon asam besar, di bawahnya terdapat sebuah benda bersejarah. Benda itu yang bernama Yoni.

"Mungkin tempat ini adalah Candi, ' aku menduga dengan bahasa ringan.

"Dugaanmu tak jauh beda dengan pikiranku. Selain adanya sebuah yoni lokasinya agak tinggi di banding lokasi sekitar, ' ujar Anika.

"Namun, di mana keberadaan Lingga? 'tanyaku.

"Lingga banyak yang hilang di Kota ini. Temuan-temuan yoni telah banyak yang tanpa lingga," jawabnya.

*****

Malam terus bergerak sesuai ketentuan rotasi waktu. Meski semburat warna merah di timur belum nampak, namun tengah malam telah terlampaui. Pikiranku terus teringat akan pertemuan pertama denganmu.

Memang tak bisa terpungkiri, bahwa diri seorang Anika adalah memiliki arti yang tak ringan untuk aku lupakan. Meski aku juga harus memahami, tentang dirinya.

Anika adalah seorang yang cerdas dan cantik. Anika yang mungil penuh dengan keceriaan dan yang paling membuat aku tak bisa melupakan adalah kegemarannya akan malam.

Seperti beberapa waktu sebelum dia meninggalkanku, pernah terjadi beberapa perdebatan. Tentang sawah Medang, persoalan kesejarahan.

"Bagiku belum tentu, Sawah Medang sebuah istana pada masa itu," ungkapanku yang membuatnya tercengang.

Seolah dia tak percaya akan ungkapan yang aku keluarkan. Sebab saat ia berpendapat menurut penuturan pini sepuh Medang tentang keberadaan lokasi yang diyakini sebagai Istana Kerajaan setelah Mataram Kuno luluh lantak akibat Gunung Merapi yang meletus.

"Temuan Yoni hanya bisa mengarah pada sebuah candi," ujarku.

"Lantas, dengan penuturan para sepuh tentang adanya pendapa di sawah yang kemarin kita datangi?" tanyanya.

"Kurang bisa menjadi bukti. Batu batu besar yang ada di sawah Medang tidak cukup menjadi bukti kuat akan adanya sebuah istana, "jawabku.

Anika memandangi lebih dalam. Ia seperti ingin tahu akan keterangku. Sorot mata yang rindu akan pengetahuan bergelombang sehingga menyeretku pada keinginan untuk tidak berjauhan dengannya.

"Kalau batu itu kita sebut ompak tentu salah. Sebab tak mungkin ompak istana atau rumah bangsawan kerajaan hanya sebuah batu yang diletakkan. Tanpa dibentuk tanpa adanya hiasan, " ujarku memberi alasan.

"Sangat beralasan bila kita membantah penuturan masyarakat yang sangat meyakini adanya sebuah istana di Medang," ungkapnya.

"Namun kita juga harus mengerti, di Pendapa Agung Trowulan, yang di duga sebagai Pendapa Istana Majapahit, batu ompaknya juga tanpa hiasan. selain itu tak ada bentuk yang disengaja," ucapnya sembari memainkan pena di tangannya.

"Kita juga harus mengerti bahwa, masa Kerajaan Medang terpaut jauh dengan Kerajaan Majapahit," terangnya untuk meyakinkanku.

Aku mengangguk halus. Tetapi juga belum bisa menerima pendapat bahwa Sawah Medang yang ada di Sampung Ponorogo itu merupakan bekas Istana Kerajaan Medang masa Jawa Timur.

"Bagaimana dengan keberadaan Candi IPad di Kedaton Trowulan?" tanyaku.

"Maksud, Kakak?" tanyanya ulang.

"Di Candi Kedaton atau di Sumur Upas ompak nampak dibentuk. Sebelah dari candi Kedaton. yang itu bisa kita mungkinkah adanya rumah bangsawan," jawabku tegas.

Saat saat perdebatan yang demikian itulah yang menjadi sulitnya ingatanku melupakan akan dirinya. Kecerdasannya terus terasah.

Bahkan yang langka aku temukan adalah wanita belia yang berani menerobos sunyi malam. Selain itu ia mengartikan malam adalah keindahan yang dirahasiakan.

"Malam bagiku adalah keindahan. Malam adalah seni yang rahasia pada ruang semesta, "ujarnya saat aku bertemu dengannya dan makan malam di sebuah Rumah Makan.

"Malam dan misteri yang di bangun masyarakat kita adalah waktu yang menyeramkan. Dan kita harus menaklukkan! " ungkapnya tegas.

"Malam memang menakutkan. Karena kita harus tahu angin malam yang jahat, " ujarku sekenanya untuk mengimbangi pendapatnya.

"Boleh saja demikian, tapi kita harus mengerti tentang rahasia malam, " jawabnya.

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

👍

2024-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Ganjilkah Cinta
2 Bab 2 Menyibak Waktu
3 Bab 3 Bima Sakti Sahabat Baru Anika
4 Bab 4 Kebersamaan di kahyangan
5 Bab 5 Menyibak Suru Kubeng
6 Bab 6 Sabda Bancangan
7 Bab 7 Lokasi Raibnya Ki Gede
8 Bab 8 Mencari Titik Jimat
9 Bab 9 Kidung Prabu Brawijaya
10 Bab 10 Bumi Wengker
11 Bab 11 Bumi Taji
12 Bab 12 Candi Kami
13 Bab 13 Rusaknya Tempat Sakral
14 Bab 14 Keajaiban Lokasi Keramat
15 Bab 15 Teror Hantu Jepang
16 Bab 16 Hantu Jepang Dan Kasus Kemanusiaan
17 Bab 17 Wayang Jawa
18 Bab 18 Cungkup Kok Candi
19 Bab 19 Sayembara Roso Wulan.
20 Bab 20 Terbunuhnya Anjing Belang Junjang
21 Bab 21 Wong Kalang Tegap dan Kuat
22 Bab 22 Dewi Senggono
23 Bab 23 Lumpuhnya Dewi Senggono Wati
24 Bab 24 Yakin Jadi Mantra Sakti
25 Bab 25 Penari Kepang kok Kesurupan
26 Bab 26 Reyog Untuk Hengki
27 Bab 27 Rahasia Weton
28 Bab 28 Buwuh
29 Bab 29 Reog dan Avatar Wisnu
30 Bab 30 Nara Singa Melawan Raja Asura
31 Bab 31 Lacak Gemblak
32 Bab 32 Ki Warok Jo Kromo
33 Bab 33 Malam Pertama Jadi Gemblak
34 Bab 34 Menerima Hadiah Seekor Sapi
35 Bab 35 Kasdi Gemblak
36 Bab 36 Gladen Jatil
37 Bab 37 Menuju Pentas
38 38 Reog Sotren
39 Bab 39 Gemblake Njathil
40 Bab 40 Gemblak Bukan Pelarian Seks
41 Bab 41 Misteri Cinta
42 Bab 42 Berebut Buah Rambutan
43 Bab 43 Pertama Berdua
44 Bab 44 Foto di Laptop
45 Bab 45 Tika Mata Awan
46 Bab 46 Tika Indigo
Episodes

Updated 46 Episodes

1
Bab 1 Ganjilkah Cinta
2
Bab 2 Menyibak Waktu
3
Bab 3 Bima Sakti Sahabat Baru Anika
4
Bab 4 Kebersamaan di kahyangan
5
Bab 5 Menyibak Suru Kubeng
6
Bab 6 Sabda Bancangan
7
Bab 7 Lokasi Raibnya Ki Gede
8
Bab 8 Mencari Titik Jimat
9
Bab 9 Kidung Prabu Brawijaya
10
Bab 10 Bumi Wengker
11
Bab 11 Bumi Taji
12
Bab 12 Candi Kami
13
Bab 13 Rusaknya Tempat Sakral
14
Bab 14 Keajaiban Lokasi Keramat
15
Bab 15 Teror Hantu Jepang
16
Bab 16 Hantu Jepang Dan Kasus Kemanusiaan
17
Bab 17 Wayang Jawa
18
Bab 18 Cungkup Kok Candi
19
Bab 19 Sayembara Roso Wulan.
20
Bab 20 Terbunuhnya Anjing Belang Junjang
21
Bab 21 Wong Kalang Tegap dan Kuat
22
Bab 22 Dewi Senggono
23
Bab 23 Lumpuhnya Dewi Senggono Wati
24
Bab 24 Yakin Jadi Mantra Sakti
25
Bab 25 Penari Kepang kok Kesurupan
26
Bab 26 Reyog Untuk Hengki
27
Bab 27 Rahasia Weton
28
Bab 28 Buwuh
29
Bab 29 Reog dan Avatar Wisnu
30
Bab 30 Nara Singa Melawan Raja Asura
31
Bab 31 Lacak Gemblak
32
Bab 32 Ki Warok Jo Kromo
33
Bab 33 Malam Pertama Jadi Gemblak
34
Bab 34 Menerima Hadiah Seekor Sapi
35
Bab 35 Kasdi Gemblak
36
Bab 36 Gladen Jatil
37
Bab 37 Menuju Pentas
38
38 Reog Sotren
39
Bab 39 Gemblake Njathil
40
Bab 40 Gemblak Bukan Pelarian Seks
41
Bab 41 Misteri Cinta
42
Bab 42 Berebut Buah Rambutan
43
Bab 43 Pertama Berdua
44
Bab 44 Foto di Laptop
45
Bab 45 Tika Mata Awan
46
Bab 46 Tika Indigo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!