BAB 006

"Taram!!"

Allura tertawa seraya menutup mulut. Baru saja membuka pintu kamar, Marco sudah menyuguhkan buket bunga besar yang isinya lebih dari lima ratus tangkai mawar merah.

"Dapat dari mana kamu?"

Masih pagi dan Marco sudah punya bunga secantik ini. Benar- benar pacar bayaran yang kreatif, inovatif dan tidak membosankan.

Ada paper bag juga di atas meja depan sofa ruang tengah. Allura membukanya kemudian membentangkan dress putih pendek.

Mendadak, Allura menatap Marco yang masih tersenyum manis. "Apa ini, Ko?"

"Untuk mu hari ini." Marco menjembreng kemeja putih tulang yang senada dengan warna dress Allura. "Kita akan pakai couple!"

"Jangan konyol!" Allura tidak pernah memakai pakaian yang sepasang. Bahkan dengan Nuel sekalipun, tidak pernah mau melakukannya.

"Ini seru, Sayang."

Marco mencebikkan bibirnya. Dan itu terlihat begitu manis, kadang anak ini terlihat dewasa terkadang begitu kolokan sesuai umurnya.

"Kita hanya akting berpacaran, Marco. Jadi tidak perlu memakai baju sepasang seperti ini segala. Kita hanya pura- pura pacaran!"

"Dan aku ingin mendalami peran." Marco lantas memaksa Allura menerima dress pilihannya untuk dipeluknya. "Pakai, ya."

"Baiklah."

Allura tidak tega dengan raut manis yang mungkin akan berubah kecewa. Terlebih, agaknya dress yang dibeli dress dari butik yang lumayan mahal.

Sudah berupaya membuat dia senang, Allura juga harus menghargainya. "Aku akan mandi, dan bersiap, kita sarapan setelah ini."

"Biar aku yang memasak sarapan. Tapi sebelum itu, kiss dulu, please!" Marco menurunkan pipi dan mendapat cubitan.

Marco dan Allura hanya tertawa setelah itu.

...\=\=~©®™~\=\=...

Beberapa saat kemudian.

Emmanuellson gelisah, legam mata panda karena semalaman lelaki 30 tahun itu terus berjaga di lobby apartemen. Kemeja yang biasanya selalu perfect, terlihat kucal, kini.

Di lantai paling atas gedung, penthouse milik mantan istrinya terletak. Dan entah sejak kapan Allura mengganti barcode akses lift yang menuju ke sana, yang jelas Emmanuelle sudah tidak bisa lagi naik ke lantai tersebut.

Kaki yang mondar- mandir kini terarah pada seseorang yang baru keluar dari lift. Sempat juga Emmanuelle terhenyak atas tampilan mantan istrinya yang berbeda.

Allura terlihat cantik dengan dress yang bahkan tidak Allura sukai. Meski nyatanya, Allura lebih cantik bergaya seperti ini.

Dress putih tulang pendek, sepatu boot coklat yang senada dengan ikat pinggang. Sungguh, Allura lebih manis dengan geraian rambutnya.

Allura berhenti langkah. "Kamu di sini? Sejak kapan? Aku tidak tahu kau di sini," katanya.

Emmanuellson tidak akan basa- basi lagi, dia perlu penjelasan lain yang lebih penting dari pada sekedar pertanyaan Allura.

"Barcode lift kamu ganti?" cecarnya.

"Hmm." Allura lantas mengayunkan langkah hingga ke lobby. Dan Emmanuellson segera mengekori wanita itu. "Sudah dua hari ini aku ganti akses lift supaya lebih privasi lagi."

"Semalaman aku nungguin kamu."

"Buat apa?" Allura menoleh sesekali. Keningnya lekas berkerut tipis- tipis.

"Pacar kamu--"

"Marco namanya," koreksi Allura.

Siapa pun dia, itu tidak penting, Emmanuellson hanya ingin menyampaikan sesuatu yang perlu Allura dengar. "Kamu berani tinggal sama dia?" tanyanya.

"Dia akan selalu ada untukku," santai Allura.

Emmanuelle berdecak. "Kamu nggak pernah tahu dunia luar karena selama ini dunia mu cuma sama kamera, Allura, dengar aku, anak seusia pacar kamu itu, nggak bisa diajak serius, cuma kesenangan yang mereka kejar!"

Emmanuellson khawatir, kemarin Allura terlihat berciuman dengan pemuda yang masih amat sangat muda. Bahkan, masih seusia Langit yang baru mulai kuliah.

"Jangan sembarangan kamu menjalani hubungan dengan lelaki!" tegur Emmanuelle.

Allura lalu menoleh, kemudian berhenti dan melekatkan tatapan. "Waktuku di dunia ini nggak banyak, Nuel. Aku tidak perlu khawatir apa pun selain tidak bisa bersenang- senang."

"Kamu serius mau mati?" cecar Emmanuelle.

Allura terkekeh kemudian. "Memangnya hidup panjang juga buat apa, Nuel? Kamu yang selalu berjanji akan sehidup semati dengan ku saja sudah bahagia bersama orang lain."

Emmanuelle terpojok. "Kita masih bersahabat kan, bukannya kita sepakat akan--"

"Mau kamu apa?" sela Allura. Biar tidak perlu bertele- tele, karena sebentar lagi Marco pasti tiba dan mengantarnya ke kantor.

"Aku cuma nggak bisa membiarkan kamu dimanfaatkan sama pacar kamu--"

Biar seperti apa pun akhir kisah pernikahan mereka, Emmanuelle masih tetap menjadi sahabat Allura dan merasa pantas cemas.

Allura tertawa. "Marco baik kok. Dia nggak manfaatin aku, justru malah aku yang mau jadi manfaat buat pemuda gigih sepertinya."

"Sayang..."

Manik legam yang sedikit bercorak kebiruan Allura melirik ke kanan, di mana Marco sudah memeluknya dari belakang. "Hey..."

Emmanuelle mengepal kuat tangan, antara kesal ingin memberikan teguran, atau tetap diam karena dia bukan siapa- siapa Allura.

Marco memakaikan jaket kulit Allura. Yang mana itu membuat Emmanuelle berspekulasi bahwa mantan istrinya akan keluar dengan motor.

Benar saja, Allura keluar dari lobby dan masuk ke area parkir motor. "Kalian naik motor?" tanyanya memastikan.

"Iya." Allura mengangguk. Langkahnya masih diarahkan kepada motor gede di ujung sana.

Emmanuelle mengernyit setelah Allura dan Marco tiba di motornya. "Kamu kasih motor aku ke dia, Al?" selidiknya.

"Sudah nggak dipake kan?" enteng Allura.

"Ya tetap saja, ini motor ku!" Emmanuelle menepuk jok motor sementara Allura masih bicara dengan nada santai.

"Aku yang belikan bukan?"

Emmanuelle terdiam karena memang benar jika motor itu pemberian Allura. Lagi pula, sebelumnya Emmanuelle sendiri yang bilang, motor ini termasuk gono gini untuk Allura.

"Al, dengarkan aku ... Aku yakin pemuda yang kamu pacari. Bukan pemuda yang baik."

Allura menghela napasnya. "Terus yang baik yang seperti apa, Nuel?!" tanyanya lelah.

Emmanuelle hanya bergeming memelas.

"Apa definisi baik itu yang seperti mu? Yang selingkuh sama artis papan atas, terus jadiin mobil istrinya buat ranjang goyang kalian?"

Allura masih ingat benar detik- detik dirinya memergoki suaminya bermain kuda- kudaan di mobil bersama Silviana. Walau telah lalu, tapi ingatan itu masih begitu jelas.

Kembali, Emmanuelle tercabik- cabik.

"Lagian kita sudah bercerai. Aku berhak dekat dengan siapa pun yang aku mau!"

Emmanuellson meredum, entahlah, dia seakan menyesal membiarkan Allura dekat dengan pria lain. "Kasih aku kesempatan buat terus jagain kamu sebagai sahabat."

Allura berdecak. "Nggak perlu, Nuel. Aku sudah punya pacar, aku sudah nggak butuh sahabat. Lagi pula kamu bukannya mau fokus sama kehamilan Silviana?"

Ah, Emmanuelle lupa jika Silviana sedang ada di rumah sakit sekarang. Kemarin, Silviana langsung datang flek setelah dia jatuhkan dari gendongannya.

Emmanuelle ingin tegaskan sekali lagi agar Allura tidak lagi berhubungan dengan sembarang orang. Namun, dirinya juga masih perlu mengangkat telepon dari Silviana.

"Kita masih perlu bicara, Al. Tunggu."

"Tidak akan," putus Marco sepihak, "karena kami sudah telat. Maaf mantan."

Terpopuler

Comments

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

nuel2 dah mantan kok masih aja perduli dgn alasan klise aneh dech kamu /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-02-07

0

Anonymous

Anonymous

Wah inj cerita yg aq mau,,,baru bab segini sdh sangat menghibur

2025-02-13

0

🌸 Airyein 🌸

🌸 Airyein 🌸

Ga usah sok ngirus deh. Siapa elu bang. Gada urusan

2025-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!