"Ve, yang bener aja? Itu mah gaya rambut anak cowo!"
"Orang gue biasanya kalo motong pake gaya itu kok," Bian menggeleng tak setuju. Kalau memotong rambut pendek menjadi bentukan rambut lelaki pada umumnya bisa hilang aura feminim dari Veronica. Ini juga sudah hilang sebenarnya tapi masih tertolong karna rambut gadis itu seperti rambut Dora. Lucu Di mata Bian.
"Nggak! gue nggak setuju Ve," Gadis itu malah melotot ke arah Bian.
"Siapa elo? Gue lebih nyaman sama potongan kaya gitu yah!" Enak saja Bian mengatur atur hidupnya yang sudah tertata sempurna itu. Sebelum Bian datang kembali dalam kehidupannya. Menjadi bos dalam pekerjaannya lagi.
"Gue bos Lo! Kalo Lo motong kaya gitu, customer malah mikir Lo itu transgender! Suara imut kaya cewek perawakan malah kaya cowok!"
Veronica berdecak tak suka. "Ya udah sih, gue dah biasa digituin sama pelanggan Lo btw, jadi mereka juga udah maklum," Bian menghela nafas lelah. ia sudah mengalah sebelum perlombaan di mulai. Cemen bukan?
Mas mas potong rambut yang berdiri di tengah tengah mereka di buat bingung dengan pertengkaran suami dan suami ini. Eh! Kan? Mas salon saja sampai berpikir seperti itu.
"Ini motong rambutnya jadi nggak mas, m-mas?"
"Tuh kan? Dia aja ngira Lo cowok Ve!" Veronica malah tertawa ringan. Ia merangkul mas salon itu walau sedikit kesusahan karena mas salon ini terlalu ketinggian atau ia yang terlalu kecil?
"Kalem aja sih, ya nggak mas?" Mas salon itu canggung bukan main karna di pelototi oleh Bian. Lelaki di depannya ini auranya sangat hitam sekali pikir mas salon.
"i-iya mas--"
"Mbak! Dia cewek mas bukan cowok!" Bian meralat ucapan mas salon tersebut.
"Dah sih! Ribet amat lu! Gue yang potong rambut Lo yang rempong, ayo mas kita lanjut sesi cukur mencukur rambut gue nya," Bian jadi lelah sendiri menghadapinya. Ia dengan sangat terpaksa duduk di belakang dimana di sediakan tempat untuk menunggu di situ.
"Mau gaya yang seperti apa mbak?" Tanya mas salon tersebut.
"Comma hair mullet dong mas, potongan kesayangan gue itu!" Veronica berujar semangat sedangkan yang di belakang sana sudah cemberut tak karuan sembari tangannya memegang tas ala cowok milik Veronica.
"Siap mbak!"
Veronica sesekali melirik Bian melalui kaca di depannya. Ia menahan tawanya melihat Bian bersedekap dada sembari pandangannya mengedar kemana mana.
"Lo nggak ada niatan buat motong rambut juga Yan?"
"Nggak!"
Kan? Padahal Veronica niatnya baik ingin berbasa basi agar Bian tak jenuh dan berakhir mengamuk seperti gorilla yang lepas kandang.
"Idih! Gue cuman nanya doang kale! Sewot amat!"
"Bodo!"
Setelah beberapa menit berlalu dengan Bian yang sudah lelah menunggu, akhirnya selesai juga. Veronica berteriak tertahan. Ini yang ia inginkan dan idam idamkan sejak lama.
"AAAKKHH! Gila gue suka banget!"
Veronica berbalik arah dimana Bian berada, ia bergaya cool dengan memasukkan kedua tangannya di masing masing kantong celananya.
"Gue ganteng nggak?"
Bian menatap datar ke arah gadis yang bukan gadis itu. "Pertanyaan Lo melenceng banget."
Veronica berdecak. "Seenggaknya apresiasi dikit lah bos," Ah cewek itu sudah hancur moodnya melihat respon tak mengenakan dari bosnya.
"Lo ganteng banget bang, ngelebihi gue lagi. PUAS?!"
Veronica cekikikan melihat Bian berbicara dengan nada terpaksa dan raut mimik yang masih datar sedari tadi.
"Baik banget bos gue, ganteng pula!"
Veronica menepuk bahu bosnya sembari mulutnya sibuk komat Kamit mengeluarkan kata emas agar Bian berbaik hati mau membayarkannya.
"mas bayarnya sama bos gue ya, oke makasih sama sama! Bay~" gadis itu berlalu lalang begitu saja ke arah pintu keluar. Sembari bersiul siul jika melihat cewek cantik yang sedang duduk di kursi tunggu sampai membuat gadis itu salting.
Mas salon sampai terperangah tak percaya bahkan mulutnya terbuka saking kagetnya melihat kelakuan ajaib dari pelanggannya.
"Udah biasa mas, jangan kaget begitu"
•••
"Ve?! YA AMPUN! GUE KIRA OPPA OPPA BONCEL YANG NYASAR KE SINI!!!"
"Kurang asem!"
Chika membulak balikkan tubuh Veronica yang lebih kecil darinya itu. "Lo cukur? Udah cantikkan rambut yang kemaren padahal Ve"
"Gue nggak suka Chik kalo kepanjangan, apalagi sampai di bilang cantik! Iyuh nggak banget!"
Chika tercengang menatap Veronica. ia bahkan sampai menyentuh dahi Veronica, takut gadis itu demam atau kerasukan jin tomboy.
"Kena semprot Lo Ve sama bos penampilannya nambah kek cowok begini mah!" Chika berusaha menyadarkan Veronica yang sepertinya sangat tergila gila dengan perawakan cowok. Takut nanti tiba tiba ganti kelamin.
"Orang dia yang nganterin gue ke salon kok kemaren, yang ngebayarnya pun dia," Lagi lagi Chika dibuat tercengang dengan sifat yang kelewat santai itu.
"Terus? Respon bos gimana?" Ia bertanya karna sangat penasaran sekali. melihat makin hari teman barunya itu makin lengket dengan sang bos.
"Ya nggak gimana gimana, cuman ngamuk doang tapi nggak sampai ngancurin bui sama seisinya kok. Lo kalem aja"
"Ve? Sumpah Lo nggak ada takut takutnya sama si bos! Kalo gaji Lo tiba tiba di turunin drastis gimana?" Chika menatap resah melihat Veronica yang malah memasang tampang coolnya minta di tabok. Tidak melihat situasi dan kondisi memang.
"Gue turunin juga lah harga dirinya! Enak aja maen nurunin gaji gue yang nggak seberapa itu," Chika mengangguk membenarkan. Ada betulnya juga.
"Tapi gue takut Lo lebih sesat lagi Ve, ntar tiba tiba nggak ada angin nggak ada ujan Lo operasi ganti kelamin lagi kayak artis ono noh"
"Apaan si! Ya gue masih punya otak lah, nggak sampai sejauh itu. Jangan bawa bawa orang lain yah Chik"
Chika menghela nafas lelah. "Gue sebagai teman yang baik cuman mengingatkan aja lah Ve"
"Widih~, Sapa nih? Ganteng ganteng boncel."
Veronica menatap datar ke arah seseorang yang asal jeletuk itu, siapa lagi kalau bukan Romi. Si wakil raja julid, posisi raja masih di menangkan oleh Veronica sendiri.
"Eh? My friends ternyata~"
"yayaya! Terserah Lo, eh gimana? penampilan gue hari ini kece nggak?"
Romi memberikan dua jempol kepada Veronica. "Keren banget Ve! sumpah! Gue sampe speechless ngeliatnya."
Chika geleng geleng kepala melihatnya. Hancur Sudah bumi jika Romi dan Veronica bersatu. Ia kembali pada pekerjaannya yang tertunda tadi, sebelum bosnya datang. Takut kena semprot juga seperti Veronica yang sudah kenyang menghadapi amukan sang bos.
Ya iya lah! Ve gitu loh~" Romi bertepuk tangan heboh menanggapi ke ria an dari Veronica.
"Ngapain pagi pagi malah ngerumpi? Bukannya bekerja malah melakukan hal yang berfaedah, kembali bekerja sana!"
Romi mengangguk cepat dan mengambil lap juga peralatan lainnya sebelum di bom oleh bosnya yang pemarah itu. sedangkan Veronica malah menatap Bian.
"Gimana penampilan saya hari ini bos? Berdamage nggak?"
"Jelek! Kaya kingkong!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments