018 | Ve baperan

"bos, kalo tau Lo mau sekalian belanja bahan bulanan, gue ikut! Kenapa nggak ngomong sih?"

"Lo kan punya kewajiban selain itu Ve," Bian tak menatap lawan bicara. Melainkan sibuk menata sayur dan juga lainnya untuk ia stok dalam sebulan kedepan.

Sebenarnya Bian sangat jarang menyetok atau pun belanja bahan bulanan seperti ini. Karna akan berakhir membusuk di dalam kulkas karna ia sering makan cepat saji yang simpel atau pun ikut makan di rumah Mama nya.

Tapi sekarang kan beda situasi, sudah ada babu Ve yang siap sedia di depan dapur dengan alat perangnya. Jadi ia tidak perlu repot-repot makan makanan tidak sehat lagi.

Apalagi sekarang bian sedang pantang agar tidak ke rumah sang Mama karena terus di teror minta cucu yang belum ada calon sama sekali. Ia sudah pusing di totor segala desakan dari kedua sepasang suami istri itu yang tak lain tak bukan Mama nya si paling rempong, dan sang Papa tiri yang selalu menyuruh Bian giat bekerja agar masa depannya tertata rapi.

Cemara sekali bukan?

"Nggak!"

"Apalagi sih Ve?, mending Lo bantuin gue nata ini deh. Biar fresh. Nggak kaya Lo, layu melulu."

Veronica berdecak tapi tak ayal ia menurut juga.

"Habis ini kita makan siang ples sama sarapan yang sempat tertunda. Biar nggak naik lambungnya."

"Udah naik kale!"

Bian geleng-geleng kepala, belum satu hari tapi ada saja pertengkaran yang mereka ributkan. Lelaki itu masih di tahap sabar, karena dalam otaknya merencanakan segala hal agar Veronica tak bisa hidup tenang tapi selalu bertergantungan dengannya. seperti saat ini,

"Bos? Udah selesai semua kan? Makan yuk, laper nih."

Bian bersorak dalam hati, apa yang ia pikirkan tadi? Benar benar terjadi kan?

Gadis itu sudah menatap penuh binar pada hidangan makanan yang Bian pesan tadi. Segala per seafoodan di pesan oleh Bian, mulai dari asam pedas sampai gurih manis ada. Jangan lupakan lauk kesukaan Veronica yakni ayam rica-rica.

"Bian, tau aja Lo mana yang gue demen sama yang nggak."

Lelaki itu mengangguk samar, ia menarik kursi di depannya dan mendudukkan tubuhnya yang sudah sedikit merasa lelah.

"Baguslah kalo suka, abisin semuanya. Habis inilo boleh istirahat, tapi nanti sore bikinin gue cemilan sama kopi. Itu kebiasaan gue kalo lagi ada di apartemen. Lo harus tau!"

Gadis itu mengangguk saja tanpa melihat Bian yang sama sekali belum menyentuh makanan yang ia beli sendiri. Tapi sudah di perawani oleh Veronica.

Bian menghela nafas berat. "Makan yang banyak, gue nggak demen punya babu modelan badannya kaya bihun begitu."

Sebenarnya gadis itu sudah misuh misuh dalam hati, tapi karna ada makanan lezat di depannya. Tak baik adu bacot depan my favorit, pamali. Pikir Veronica.

Setelah majikannya selesai berkutat dengan beres beres tadi. Ia menghampiri Veronica yang sudah makan dengan lahapnya.

"Lo belum makan setahun apa gimana?"

Gadis itu menelan makanannya dengan susah payah karena terlalu penuh di dalam mulut.

"Swok tawu bangwet lwo!"

"Telen dulu makannya! Baru ngomong," Bian menyodorkan minuman pada babunya itu. Takut tiba-tiba mati karena tersedak, kan bahaya. Baru pertama kali bekerja sebagai babunya malah ko'it.

"Bos, kalo setiap hari makannya kaya gini di jamin badan gue jadi montok deh. Percaya sama gue," Veronica tersenyum centil ke arah Bian. Yang di balas tatapan jijik oleh lelaki itu.

"Yang ada aneh ntar Ve, perawakan cowok banget tiba-tiba montok gemulai. Jadi kaya bencong Lo."

Veronica tak sakit hati di bilang seperti itu, karna jika dipikir pikir memang benar. Tubuh dan sifatnya sudah benar benar seperti lelaki. Hanya suaranya saja yang cempreng dan wajahnya yang tidak tegas seperti cowok pada umumnya. Malah ia pernah di bilang cowok boti karena wajahnya imut oleh pelanggan kafe waktu itu. Kurang asem memang.

"Ya nggak apa-apa sih Yan, mau kaya gimana pun penampilan gue. Yang penting gue nyaman dan temen temen gue nggak ada yang permasalahan itu."

Bian mengangguk saja, karna sejauh ini. Tidak ada pelanggan yang komplen padanya karena memiliki karyawan yang seperti Veronica. Setengah manusia jadi jadian.

Lama mereka makan siang, karena di bumbui dengan keributan yang harus setiap hari ada. Bian yang jahil dan Veronica yang emosian. Di tambah tidak ada para teman-teman nya yang biasa menjadi penengah.

Veronica dengan kesal menggigit lengan Bian karena sudah terlanjur kesal.

"AARRGHH!!! Lo vampir apa? Ngegigit gue sampe segitunya. Tuh liat? Merah kan? Ada jigong Lo lagi. Aduh gue kena rabies."

Veronica melotot tak terima. "Elo kali vampir nya! Dimana mana vampir itu cowok!"

"Ya Lo kan cowok!"

"Tapi hati mungil gue mengatakan kalo gue itu cewek!" Veronica berteriak melengking karena Bian tidak mau mengalah dengan pertengkaran ini. Ada saja omongannya yang membuat Veronica marah.

"Ya udah, jadi jati diri Lo yang sebenarnya. Ngapain sih begayaan begitu? Lo kalo jadi cewek bakal cantik dan imut. Kalo nggak selengekan."

Veronica terdiam, ia menatap Bian dengan tatapan kosong. Pikirannya berisik kali ini, dan hatinya sudah terlanjur sakit karna teringat masa lalu yang membuat ia harus berpenampilan seperti ini.

"Lo jahat Yan!"

Setelah mengatakan hal itu dengan suara yang sangat lirih. Veronica berlalu begitu saja ke arah kamarnya, Bian menatap gadis itu heran. Ada apa? Tak biasanya Veronica adu mulut sampai marah besar seperti ini. Apa ia salah bicara?

Bian tak segera membujuk Veronica, ia justru mengendikkan bahunya bodo amat. Nanti malam juga balik lagi jadi cerewet seperti biasanya.

Lelaki itu membersihkan bekas makan keduanya, lalu menaruhnya ke tempat cuci piring. Ia tak mencucinya, itu kan sudah bagian pekerjaan nya Veronica.

Setelah selesai semuanya, ia mengambil handphone yang sedari tadi berbunyi tanda ada panggilan telepon. Sengaja tak buru buru ia angkat, ia sudah bosan mendengar suara deringan telepon itu hari ini. Karna banyak sekali yang menelepon membuatnya pusing.

"Halo pa?... Belum dipikirin lagi sama Bian."

Lelaki itu berjalan ke ruang kerjanya sambil berbincang dengan sang papa. Yang mendesaknya untuk segera membuat pencabangan kafe di luar kota.

"Iya, kemaren Bian udah runding hal ini juga sama karyawan. Kalo mereka nggak bisa kerja di luar kota juga. Jadi terpaksa nanti Bian nyari karyawan lagi dan bakal nyeleksi."

"Kalo soal karyawan nanti papa aja yang nyariin nak, kamu pikirin aja dulu soal pencabangan kafenya. Kalo bisa di percepat yah nak, soalnya tempat di sana sangat strategis banget."

Bian menghela nafas lelah. "Nanti Bian kabarin papa lagi deh, sekarang Bian mau bicarain ini lagi sama Roki."

Ia melempar handphonenya di sofa begitu saja. Sudah lelah terus di teror ini itu oleh kedua orang tuanya.

Episodes
1 001 | Butuh Kedamaian
2 002 | Stok Kesabaran
3 003 | Perhatian?
4 004 | Bos Kepret!
5 005 | Bian Kewalahan
6 006 | Usil lagi
7 007 | kedatangan seseorang
8 008 | Ngerumpi Lagi say
9 009 | Menjalani Hukuman Ala bos Bian
10 010 | Perjalanan panjang
11 011 | Ve edisi ngambek
12 012 | Rambut baru ala Ve
13 013 | Datangnya tokoh?
14 014 | Perkara Rapat
15 015 | Gabutnya Ve
16 016 | Senengnya Ve dapet Loker
17 017 | Hah? Tinggal Bareng?
18 018 | Ve baperan
19 019 | Ternyata datang bulan.
20 020 | Chika nih kepoan!
21 021 | Gelagat Aneh Bian.
22 022 | Ramalan dari Romi.
23 023 | Ve mode senggol bacok
24 024 | Berantem mulu
25 025 | Gelagat aneh Bian
26 026 | ngambek berujung gelud
27 027 | Cowok juga butuh curhat
28 028 | Ada Pengganggu! Lariii~
29 029 | Ve dengan kesenangannya
30 030 | Keributan keributan!
31 031 | Tamu tak di undang
32 032 | Di paksa cemburu
33 033 | Bingung dengan perasaan sendiri.
34 034 | Diam nya Ve
35 035 | menghabiskan waktu bersama.
36 036 | Kekhawatiran Bian
37 037 | benalu nggak tau diri
38 038 | Ve sakit
39 039 | Hukuman setimpal
40 040 | detik detik Kemurkaan Bian
41 041 | cemburu sama Vespa
42 042 | Ngomongin si Benalu berujung nostalgia
43 043 | bersama
44 044 | Resign
45 045 | Deja vu
46 046 | Mulai benih benih cinta
47 047 | Halusinasi
48 048 | Bian Selingkuh
49 049 | Berkunjung
50 050 | Sedikit berdebat
51 051 | Perkara selingkuhan
52 052 | ya ya ya, berantem aja teross
53 053 | Ular mendesis sis sis sis siiisss
54 054 | Romantis nggak kena umur
55 055 | Nggak akan akur
56 056 | Cupang cupangan
57 057 | mood jor joran
Episodes

Updated 57 Episodes

1
001 | Butuh Kedamaian
2
002 | Stok Kesabaran
3
003 | Perhatian?
4
004 | Bos Kepret!
5
005 | Bian Kewalahan
6
006 | Usil lagi
7
007 | kedatangan seseorang
8
008 | Ngerumpi Lagi say
9
009 | Menjalani Hukuman Ala bos Bian
10
010 | Perjalanan panjang
11
011 | Ve edisi ngambek
12
012 | Rambut baru ala Ve
13
013 | Datangnya tokoh?
14
014 | Perkara Rapat
15
015 | Gabutnya Ve
16
016 | Senengnya Ve dapet Loker
17
017 | Hah? Tinggal Bareng?
18
018 | Ve baperan
19
019 | Ternyata datang bulan.
20
020 | Chika nih kepoan!
21
021 | Gelagat Aneh Bian.
22
022 | Ramalan dari Romi.
23
023 | Ve mode senggol bacok
24
024 | Berantem mulu
25
025 | Gelagat aneh Bian
26
026 | ngambek berujung gelud
27
027 | Cowok juga butuh curhat
28
028 | Ada Pengganggu! Lariii~
29
029 | Ve dengan kesenangannya
30
030 | Keributan keributan!
31
031 | Tamu tak di undang
32
032 | Di paksa cemburu
33
033 | Bingung dengan perasaan sendiri.
34
034 | Diam nya Ve
35
035 | menghabiskan waktu bersama.
36
036 | Kekhawatiran Bian
37
037 | benalu nggak tau diri
38
038 | Ve sakit
39
039 | Hukuman setimpal
40
040 | detik detik Kemurkaan Bian
41
041 | cemburu sama Vespa
42
042 | Ngomongin si Benalu berujung nostalgia
43
043 | bersama
44
044 | Resign
45
045 | Deja vu
46
046 | Mulai benih benih cinta
47
047 | Halusinasi
48
048 | Bian Selingkuh
49
049 | Berkunjung
50
050 | Sedikit berdebat
51
051 | Perkara selingkuhan
52
052 | ya ya ya, berantem aja teross
53
053 | Ular mendesis sis sis sis siiisss
54
054 | Romantis nggak kena umur
55
055 | Nggak akan akur
56
056 | Cupang cupangan
57
057 | mood jor joran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!