Veronica menatap jengah ke arah bos nya yang dengan tidak berdosanya membuat Veronica lembur sedangkan karyawan lain mungkin sudah sampai rumah.
"Bos? Kapan saya bisa pulang?"
Bian seolah olah tuli, ia malah sibuk dengan laptop didepannya ketimbang meladeni karyawan baru yang sudah seperti cacing kepanasan. Tidak mau diam!
"Pekerjaanmu sudah selesai semua?" Tanya Bian setelah beberapa menit terjadi keheningan.
Veronica mengangguk malas. "Dari tadi kali!"
Bian kembali menatap ruang dalam cafe ini yang sudah bersih dan wangi. karyawan musuhnya ini memang tak bisa di ragukan kemampuan babunya.
"Harusnya itu bagian Romi yah bos, saya kan kerja di bagian kasir! Betewe," Gadis itu berbicara penuh penekanan. Setelah saat jam pulang kerja tadi Romi malah di suruh langsung pulang dan Veronica lah yang kena getahnya.
Memang dari dulu bos tak punya akhlak nya itu selalu saja membuat gara gara pada Veronica.
"Katanya kamu ingin naik gaji? Yasudah lembur jawabannya."
Veronica mendengus. "Ya nggak gitu juga caranya bos!" dengan tak berperasaan Veronica malah menjambak rambut Bian dengan keras membuat laki laki itu memekik kesakitan.
"Lo ngapain! Aw-- ARRGHH!!!! LEPASIN NGGAK?!!"
Veronica tertawa jahat dan malah mengeratkan jambakan anti letoynya ke rambut tembal Bian. tak menghiraukan rintihan dan juga teriakan super merusak telinga Veronica.
"AH! SAKIT AH!"
"Kampret! Jangan ngedesah anjir! Nanti dikira gue ngapa ngapain Lo!" Veronica melepas jambakannya karna Bian bukannya kesakitan malah mendesah. Rada rada kan bos cafe satu ini?
"Dah lah pulang sono! Kamu nggak akan dapat gaji lembur karna sudah melakukan kekerasan seksual pada bosnya sendiri," Veronica yang mendengarnya pun tak terima.
"HEH! Kekerasan seksual dari mana? Emang gue udah merkosa Lo? Udah bikin Lo hamil? Nggak ya?!!"
Bian tidak mendengarkan Omelan dari Veronica, ia masih sibuk menata rambut tampannya karna di rusak oleh gorila yang keluar kandang.
"Satu lagi! Nggak dapet gaji? Oke nggak papa, liatin aja besok bakalan ada kejutan yang bikin Lo nggak betah jadi bos disini!"
"KEBALIK!!! Harusnya Lo yang nggak betah dodol! Lo kan karyawan disini," Bian dengan kesal membereskan barang-barangnya dan segera pergi dari cafe miliknya. Ia sudah tidak tahan jika harus seruangan dengan musuh bebuyutan bad akhlak itu.
"Heh! Mau kemana?" Veronica berteriak kencang membuat Bian menutup telinganya dan meringis.
"Mau pulang babu, bisa keriput gue kalo lama lama sama Lo," Bian angkat suara tanpa menoleh ke arah Veronica. Ia melanjutkan jalannya yang tertunda sembari bersiul.
"Bos? Yang bener aja gue di tinggal sendirian? BOS?!!!" Bian tertawa kencang melebihi kuntilanak pada umumnya. Ia membuka pintu cafe ingin segera keluar dan mengunci penghuni baru yang ada di cafe ini.
"AARGHH!!" Bian menggeram saat Veronica dengan tiba tiba loncat dan nemplok di tubuhnya yang tinggi.
"BERAT WOY BERAT!!"
Gadis itu malah cekikikan dan semakin mengeratkan pelukannya di punggung Bian. kedua kakinya pun sudah mengunci di pinggang lelaki itu membuat ia kesulitan dalam bergerak.
"Anterin gue pulang dulu, enak aja dah bikin gue lembur terus di tinggal gitu aja? Bahaya say anak gadis pulang tengah malem. Kalo gue nggak masuk besok berarti udah di jemput tuhan karna bosnya jahat banget nggak nganterin gue pulang sampai rumah dengan selamat! Lo bakal di tuntut dan di pe--"
"OKE! IYA JUBEDAH IYAAA!!!"
"Nah gitu dong," Bian mendengus mendengar nada halus dari suara Veronica mengalun ngeri di telinga lelaki itu.
"Turun dulu Dugong! Lo berat, nggak tau diri banget nemplok begini"
Gadis itu cengengesan dan turun dengan hati hati. Ia menepuk bajunya beberapa kali. "Kenapa Lo?"
"Biar nggak ada virusnya, kan gue abis nemplok di badan siluman," Bian sontak melotot tak percaya mendengar penuturan dari mulut Veronica yang asal jeplok. Tangannya sudah menggenggam erat sudsh ancang-ancang akan menabok mulut lemes itu. Tapi ia tahan karna masih memiliki hati, sedikit.
"Mana ada karyawan yang ngelunjak begini sama bosnya? Udah mah nggak di pecat lagi walau kelakuannya melebihi dedemit yang suka nangkring di pinggir jembatan tengah malem," Bian berbicara pedas sembari melotot tajam dengan hidung yang sudah mengeluarkan asap. Ceritanya
"Mana ada bos yang usil banget sama karyawannya? Udah mah nggak ada wibawa wibawanya lagi jadi bos"
Gadis itu tertawa kencang saat melihat raut Bian yang berubah menjadi menyeramkan.
"Kalo masih ngoceh aja gue tinggal!" Veronica kelabakan melihat Bian yang sudah ingin menutup pintu sedangkan gadis itu masih setia berada di dalam.
"ck! Sabar dikit napa?" Bian menghela nafas. "Nggak bisa kalo ngadepin Lo! Gue nggak bisa sabar!"
Veronica sampai terlonjak kaget saat Bian dengan tiba tiba berbicara ketus tepat di telinganya. Ia mengusap dadanya reflek. "Ngusap ngusap dada kaya ada isinya aja"
"Diem! Begini begini juga gue masih ada ya biji bijian nya di dada! Mau liat?" Bian menggeleng ribut saat Veronica sudah siap memegang ujung bajunya dan akan di buka jika Bian tidak menahannya.
"Biji doang mah gue juga punya kali," Bian berucap malas. Ia berjalan di depan sedangkan karyawan jadi jadiannya jalan di belakang dengan gaya selengekan andalannya.
Saat sudah sampai parkiran ia menyalakan mobilnya dan masuk ke dalam. Saat menengok ke samping ternyata karyawannya itu masih di luar dan malah diam mematung dengan wajah cengo. Bian hampir saja tertawa jika tidak ia tahan.
"Buruan masuk karyawan! Gue dah ngantuk!" Bian berdecak saat Veronica tak menggubris ajakannya.
Ia dengan kesal yang sudah di ubun-ubun melepaskan seat belt yang sudah terpasang sempurna dengan kasar. Membuka pintu dan menghampiri Veronica.
"Lo kenapa sih?"
"Gue nggak bisa naek mobil beginian bos"
"Hah? nggak bisa? mabok gitu?" Pecah sudah tawa yang ia tahan sedari tadi saat Veronica mengangguk pelan.
"Gue kira kebiasaan buruk Lo naik mobil dulu itu dah ilang, ternyata masih ada yah?" Bian belum meredakan tawanya juga melihat Veronica dengan muka kecutnya. Ia jadi kasihan.
"Ck! Gue pulang pake ojek aja lah!" Ia sudah misuh misuh di tempat saat Bian belum juga berhenti tertawa. Gadis itu membuka handphonenya dan sudah siap ingin mencari ojek yang masih ada di dekat sini.
"Nggak bakal ada kali ojek jam segini, Udah yuk sama gue aja. Jendelanya di buka biar nggak pusing"
Bian mengajak Veronica masuk kembali ke dalam mobil. Reflek gadis itu menutupi mulutnya setelah Bian membuka pintu mobilnya.
"Dah tuh gue buka full jendelanya, masih pusing nggak?" Veronica mengangguk pelan.
"Di dashboard ada minyak angin biar Lo nggak pusing, pake aja," Lagi lagi Veronica hanya mengangguk pelan membuat Bian menghela nafas lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments