Di kediaman Mahesa
"Sebenarnya apa yang telah terjadi?", tanya Vivian.
"Aku juga bingung", jawab Rani.
Dua keluarga itu Rahman-Mahesa berkumpul di ruang tamu bingung dengan masalah yang terjadi.
"Tapi aneh, kenapa Arfan meninggalkan rumah setelah kita tidak mempercayainya?", ucap William.
"Aku juga rasa ada aneh", kata Mira.
"Apa jangan-jangan laki-laki yang bersama Anisa adalah Arfan?", tebak Roni.
Suasana ruang tamu tiba-tiba sunyi mendengar perkataan Roni.
"Jangan mengada-ada itu tidak mungkin!", seru Raisa.
"RAISA! PELANKAN SUARAMU", bentak Andhika.
"Tapi memang aneh kenapa Arfan sangat marah tujuh bulan yang lalu?", tanya Cantika.
Lagi-lagi tidak ada yang berbicara sepatah kata pun.
"Anisa juga tidak menjawab siapa laki-laki yang tidur bersamanya", kata Roni.
Dan akhirnya mereka pasrah karena tidak menemukan petunjuk sama sekali.
Di kota Jogyakarta,pukul 14.15
"Arfan, saya tidak sangka kau bisa mendapat pekerjaan di umur 16 tahun walau gaji nya sedikit tapi kita tetap harus bersyukur karena Allah selalu melindungi kita",kata Anisa.
"Iya, ini juga karena doa istri sholeh-ku ini sudah 7 bulan beberapa bulan lagi kedua anak kita di perut kamu akan lahir dan tepat umur ku yang ke 17 tahun aku akan mengambil perusahaan Rahman dan Mahesa dengan cara membelinya", kata Arfan.
"Memang bisa?", tanya Anisa polos yang membuat Arfan gemas.
"Kau ya, tujuh bulan ini kau pikir aku menabung buat apa dan juga uang tabunganku di rekening itu cukup untuk kita berempat", kata Arfan sambil memeluk pinggang Anisa dan Anisa wajahnya sudah memerah.
Ya, inilah kebiasaan mereka sejak tujuh bulan yang lalu dan Anisa baru sadar setelah menikah dengan Arfan sifat dan sikap Arfan sebenarnya terlihat ketika bersama dengan orang yang ia sayangi. Kalo kalian tanya kapan Anisa dan Arfan menikah? Jawabannya..... rahasia nanti di jawab di chapter selanjutnya.
Ok kembali ke topik
Arfan dan Anisa menjalani keseharian mereka seperti biasa, mereka tetap sekolah dan ada dokter pribadi yang menangani kehamilan Anisa selama 7 bulan ini.
Sampai kecelakaan itu terjadi tepat usia kehamilan Anisa memasuki 9 bulan.
Di rumah sakit
"Ugh, ini di mana?", tanya Anisa sambil melihat sekelilingnya.
Anisa meraba perutnya yang ternyata sudah rata.
"Sus! Dokter! Di mana bayiku?!", histeris Anisa.
Segera dokter dan suster masuk ke dalam dan Anisa sudah berpenampilan berantakan karena mengamuk.
"Tenanglah Anisa, kedua bayimu selamat dilahirkan hanya saja Arfan koma setelah operasi tapi dia baik-baik saja sekarang", kata sang dokter.
Anisa yang mendengarnya pun lega dan ia menangis.
"Anisa, ada apa? Ada yang sakit?", tanya sang dokter lagi.
"Tidak, aku senang karena anak-anakku lahir dengan selamat. Anu, Dokter Angga boleh saya menemui suamiku dan anak-anakku?", tanya Anisa.
"Boleh Anisa, bantu Anisa sus", kata Dokter Angga.
Di ruang PACU
Di sana terbaring lemah Arfan yang belum sadar Anisa seketika menangis di samping ranjang Arfan.
"Ar, anak kita sudah lahir tapi saya belum melihat mereka cepat sadar ya supaya kita berempat bisa bersama berkumpul kalo gitu saya pamit mau menemui anak-anak", kata Anisa dan meninggalkan ruangan Arfan.
Di ruang bayi
"Di sini mereka lucu kembar laki-laki dan perempuan oh iya, sebelum kau tanya siapa yang lahir duluan anak laki-lakimu", jelas Dokter Angga.
"Iya, makasih", kata Anisa.
"Satu hal lagi mereka masih dalam pemantauan kami karena kondisi kesehatan nya buruk apalagi anak laki-lakimu tenang saja ini tidak akan merebut nyawanya", jelas Arfan.
"Baiklah, terima kasih", kata Anisa dan Dokter Angga dan suster pergi meninggalkan Anisa bersama kedua anaknya.
"Sayang, kemarilah ibu akan menamaimu Ryan Adinata Mahendra Mahesa dan kamu putri kecilku, Reyna Putri Mahesa", kata Anisa sambil memandang kedua anaknya yang baru lahir.
"Ryan sangat mirip dengan Arfan aku sungguh menantikan hari kita bersama berempat berkumpul", gumam Anisa.
"Tapi, siapa yang mau mecelakai kami?", pikir Anisa.
Dua tahun kemudian di ruang rawat inap Arfan.
"Sudah dua tahun tapi kamu belum sadar", gumam Anisa lirih.
"Ibu, Kak Ryan lagi-lagi gak mau makan", kata seorang anak perempuan yang imut.
"APA? Anak itu sifatnya sangat mirip dengan Arfan", keluh Anisa.
"Reyna di sini dulu ya temani ayah",kata Anisa lembut dan di setujui Reyna dan Anisa pergi meninggalkan Reyna.
Di ruang rawat Ryan
"Aku gak mau makan",gerutu Ryan selalu menolak.
Para suster sudah kewalahan dan datang Anisa lalu meminta para suster pergi saja.
"Makan ya,Ryan", kata Anisa dan lagi-lagi Ryan menolak.
"Ibu mohon", kata Anisa membujuk putranya.
Akhirnya,Ryan mau disuapi makan walau dengan wajah datarnya.
"Ibu, kenapa kakek dan nenek mengurung ibu dulu? Dan kenapa ibu tidak bilang kalau ayah lah laki-laki yang bersama ibu dua tahun lalu?", tanya Ryan.
Anisa bungkam lalu tersenyum tipis menatapa putranya dengan sayu berkata.
"Nak, dunia bisnis begitu kejam dan dingin hal seperti ini kalau di utarakan akan merusak keluarga Mahesa dan Rahman lagian sebentar ibu mau mengunjungi kakekmu mumpung beliau ada di kota ini nanti Reyna ikut ibu kok", ucap Anisa penuh harap dengan Ryan.
"Hah, baiklah hanya sebentar kalau mereka merasa bersalah ibu boleh pulang bersama mereka tapi kalau sebaliknya ibu harus kembali ke sini", kata Ryan dan disetujui Anisa dan Anisa pergi meninggalkan Ryan setelah suapan terakhir dan memnawa Reyna.
Di sisi lain kota Yogyakarta.
"Ibu, kita ngapain di sini?", tanya Reyna .
"Kita akan menemui keluarga ibu", jawab Anisa sambil mencium kening Reyna yang dalam gendongannya.
Lalu keluarlah Agus dan Andhika dari lobi hotel.
"Papa",panggil Anisa.
Agus yang mendengarnya berbalik menatap Anisa ada rasa rindu dimatanya tapi di sisi lain ia marah mengingat perilaku tercela putrinya.
"Jadi dia kakek", pikir Reyna.
"Papa, Anisa rindu", kata Anisa berjalan mendekati Agus namun Agus mendorong keras Anisa.
Reyna yang melihat itu memeluk Anisa sambil berkata.
"Ibu, tenang ada Reyna",kata Reyna sambil menatap tajam ke arah Agus dan Andhika.
Andhika yang melihatnya terkejut karena tatapan mata Reyna mirip putranya, Arfan.
"Ibu ayo kita kembali saja kakak pasti menunggu", kata Reyna.
Anisa menatap papanya penuh harap namun apa yang ia dapat? Agus tak menatapnya sama sekali dan pergi meninggalkan Anisa.
"Ibu?", panggil Reyna.
"Ayo pulang sayang", kata Anisa sambil mengendong Reyna pulang ke rumah sakit dan baru saja sampai Anisa melihat Ryan dalam gendongan Arfan dan tatapan Arfan terlihat bingung.
"Ar, a-ku me-nemui papa dan ayah Andhika papa tak menatapku sama sekali ia hanya menganggapku seperti angin lewat", ucap Anisa terbata-bata.
Ryan sudah menduganya dan Arfan terlihat sangat marah Reyna yang melihatnya langsung memeluk Arfan dan membujuknya.
"Ayah, ayah baru siuman ayah istirahat saja dulu benar kan bu?", bujuk Reyna.
"Iya sayang",jawab Anisa dan Arfan menggandeng tangan Reyna dan menatap Anisa seolah mengisyaratkan untuk ikut.
Dan apa daya Anisa hanya bisa mengikuti.
Tiga hari berlalu akhirnya Ryan dan Arfan keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah mereka.
Di rumah pada malam hari,di kamar kembar.
"Kak, ke depannya bagaimana?", tanya Reyna.
"Begitu seperti biasa, kau sendiri lihat bagaimana kakek bersikap pada ibu", kata Ryan.
"Iya juga sih, tahu ah aku mau bobo", ucap Reyna tak butuh 1 menit Reyna tertidur pulas.
"Dasar kembar kebo, lihat saja akan ku balas perbuatan mereka", kata Ryan lirih dengan tatapan penuh dendam.
Di hotel yang sama seperti tadi di kamar 126.
"Kenapa rasanya tadi familiar ya dengan gadis itu" pikir Andhika.
Panjang kan..😄 sengaja supaya kalian para readers puas
Untuk selanjutnya tak akan dikecewain kok😊
Sesuai janjiku di chapter selanjutnya aku bongkar kecelakannya dan kapan mereka nikah
Kalau gitu, vote dan komen sebanyak-banyaknya suapaya cepat update🥰
Bye2👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Maharani Rania
ko ga nyambung masa anak umur 2 THN bicaranya kaya orang dewasa.yg baru siuman setelah koma 2 thn masa langsung bisa gendong anak🤦
2022-10-10
1