Hal Yang Tak Wajar

“Kenapa, kenapa kau tidak mengatakannya padaku hari itu? Hiks.. Kenapa kau cuma diam mengetahui itu semua?”, tanya ayah Laura.

Ia tidak habis pikir kenapa sang istri saat itu memilih diam membisu mengetahui keanehan yang ada pada jasad putrinya.

“Aku yang tidak mengizinkannya mengatakan padamu”, ucap nenek Laura dari pihak ayah.

Nenek dan kakek Laura yang baru tiba ini mendengarkan semua percakapan mereka, betapa terkejutnya dia mendengar fakta yang tak ia bayangkan itu bisa menimpa sang cucu.

Hari itu, ia berpikir bahwa memar itu adalah bekas dari perbuatan David yang di ketahui sebagai kekasih Laura yang juga di temukan jasadnya bersama Laura.

Barulah sang nenek mengatakan, untuk tidak mengatakan apa pun terkait memar itu.

Lantaran ia tidak mau hal itu justru jadi gosip baru yang akan menghina arwan Laura.

Namun sayangnya, bekas memar dan bengkak di area kemaluan Laura tidak mungkin, dan tidak masuk akal pula bila di sebabkan oleh satu orang saja.

Bukankah nenek Laura yang sudah berpengalaman ini, harusnya lebih memahami akan hal itu dari pada siapa pun. Terlebih lagi, dia adalah seorang bidan.

“Kenapa ibu tidak mengizinkannya, apa aku tidak boleh tau tentang jasad putri ku sendiri?”, ucap Ayah Laura.

Ia tidak habis pikir, kenapa pula sang ibu melarangnya tau tentang kondisi jasad dari putri satu-satunya itu.

Terlebih lagi hal yang ingin ditutupi oleh sang ibu itu bisa menjadi bukti akurat bahwa kematian Laura bukanlah disebabkan oleh kecelakaan tunggal belaka.

“Karena kau pasti akan membuat kehebohan yang tidak perlu begini!”, tegas sang ibu.

Ia tidak mau bahwa ayah Laura melakukan kesalah yang akan membuat malu keluarganya, bila ternyata memar dan luka itu benar hasil dari perbuatan David seorang.

Yang mana di ketahui oleh banyak orang saat ini, bahwa David juga meninggal bersama Laura yang memungkinkan mereka telah melakukan perbuatan terlarang sebelum terjadinya kecelakaan tunggal.

Namun, hal itu tidak masuk akal bagi Andini. Pikirnya, apa mungkin hal itu bisa disebabkan oleh satu orang? Sekali pun melakukan BDSM, apa itu bisa terjadi?

Dang lagi, apa Laura mau melakukan BDSM yang cenderung dilakukan oleh orang yang berkelainan se***?

“Kehebohan yang tidak perlu bagaimana ibu? Apa menurut ibu memar yang ada di kemaluan Laura itu hal yang wajar?”, ucap Andini.

Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana pola pikiran ibunya saat ini, apakah perkataan orang lain lebih penting baginya?

Dari pada, mengetahui fakta apa yang telah terjadi dibalik kecelakaan tunggal yang dialami David dan Laura saat itu.

“Apa maksudmu?”, tanya nenek dari pihak ibu Laura.

Ia yang baru tiba dengan dikuti oleh seorang laki-laki ini terkejut mendengar, apa yang baru saja di ucapkan oleh Andini.

Dirinya saat itu tidak melihat jasad cucu yang sangat amat ia manjakan, lantaran ia jatuh pingsan mendengar kematian tragis dari Laura.

Laura yang sebelum kejadian itu mengunjunginya, dan bermanja-manja untuk meminta tambahan uang saku.

Lantaran uang saku yang di berikan oleh ibu Laura, telah digunakannya untuk keperluan kampusnya.

Lalu bagaimana mungkin wanita yang sudah menginjak usia 65 tahun itu tidak terkejut di buatnya, belum lewat 24 jam ia malah di hubungi terkait penemuan mayat sang cucu.

...Flashback...

Pukul 22. 00, sebelum kejadian.

“Nek, apa kau punya uang? Uang saku yang diberi mama tadi sudah aku gunakan untuk membeli buku, sekarang aku tidak punya uang saku lagi!”, ucap Laura dengan nada manja.

Ia yang mengunjungi sang nenek di sore itu, datang dengan keadaan yang terlihat baru usai menangis.

Namun karena wajah letih nan pucat Laura, sang nenek pun tidak berani bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Terlebih lagi Laura mengatakan ia hanya singgah sebentar, sebelum kembali keasramanya.

Ia ingin istirahat sambil menenangkan pikirannya, dengan merebahkan kepalanya di atas pangkuan sang nenek.

Sebenarnya, melihat peristiwa itu, sudah cukup melukai hati sang nenek yang amat sangat memanjakan Laura.

Ia tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi pada gadis kecil yang dulu ditimang penuh kasih olehnya.

“Kau butuh berapa sayang?”, jawab sang nenek lembut.

“Berapapun yang nenek berikan, semakin banyak, semakin bagus!”

“Dasar, anak ini!”

“Hehehe”

“Oh ya, Laura!”, ucap sang nenek.

Baru saja sang nenek hendak bertanya perihal Laura yang terlihat lesu dan penuh beban pikiran saat datang disore tadi, namun hpnya malah berdering.

Entah siapa yang memanggil itu, Laura pun mematikannya.

Kemudian Laura memeriksa isi pesan yang tak ia lihat sejak sore tadi, lantaran ia tidur nyenyak diatas pangkuan sang nenek.

“Nek, sepertinya aku harus pergi sekarang!”, ucap Laura yang terlihat buru-buru setelah memeriksa isi pesan yang entah apa itu.

“Sebentar, nenek ambil kan uang_”, ucap sang nenek yang belum selesai lantaran di potong oleh Laura.

“Tidak apa nek, lain kali saja. Laura pergi ya nek, nenek jaga diri baik-baik saat Laura ngak ada!”, ucap Laura yang tidak sadar mengatakan itu.

Namun perkataan Laura menimbulkan perasaan resah dan gelisah di hati sang nenek, terlebih lagi melihat Laura yang pergi dengan raut wajah cemas itu.

Dan siapa sangka, semua kegelisahan sang nenek atas sikap janggal Laura hari itu malah menjadi moment terakhirnya bersama sang cucu.

...Saat Ini....

“Ma, hiks.. Terdapat memar yang tidak wajar di kemaluan Laura, hiks..”, jelas singkat dari ibu Laura.

“Arghhh, akhh.. huhuhu.. Sudah ku duga, pasti telah terjadi sesuatu pada gadis itu. Huhuhu..”, ucap sang nenek.

Ia yakin, hari itu pasti telah terjadi sesuatu pada cucunya.

Dan ia pun menyesal, lantaran tidak bertanya akan hal apa yang telah menimpa Laura hingga ia terlihat sedih, gelisah dan tak karuan begitu.

Terlebih lagi ia tidak teringat untuk bertanya siapa orang yang mengirim pesan pada Laura saat itu, dan hendak kemana Laura di jam segitu dengan kondisi yang terlihat buru-buru pula.

“Kenapa? Kenapa, aku begitu bodoh dan tidak melarangnya pergi hari itu, huhuhu..”, pekik sang nenek.

Ia sangat menyesal atas sikap tak biasa yang ia lakukan hari itu, entah apa yang tengah terjadi padanya, namun ia merasa seperti disihir sesuatu.

Hal itu dikarenakan ia tidak pernah mengizinkan Laura keluar sendirian dimalam hari, terlebih lagi larut malam begitu. Namun, hari itu ia benar-benar ceroboh.

Melihat kondisi keluarga Laura yang semakin ramai dan riuh itu, membuat Bagas tak enak hati pula untuk mendengar lebih jauh lagi percakapan mereka.

Kemudian Bagas pun pergi dengan pelan dari rumah Laura yang kini kehadiriannya tidak di perlukan lagi, oleh orang-orang yang tengah berdiskusi akan hari itu.

Hari dimana Laura membuat kenangan terakhir akan dirinya, meski terasa sangat amat menyakitkan bagi sang nenek sebagai saksinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!