“Apa kau menemukan keanehan pada tubuh Laura?”, tanya Bagas setelah Andini cukup tenang.
“Ya, bukan hanya aneh. Itu malah terlihat tidak wajar”, ucap Andini yang memberanikan diri.
“Apa maksudmu?”, tanya Bagas yang sangat penasaran.
Pikir Bagas, hal tak wajar apa yang terdapat di tubuh Laura, melihat gelagat Andini yang engan berbicara itu, Bagas memikirkan sesuatu yang tak masuk akal.
Namun, ia berusaha menipis apa yang tengah ia pikirkan saat ini.
Dan sayangnya, hal buruk yang tengah diingat oleh Bagas ini pun terjadi.
Andini menyatakan sesuatu yang membuat luka lama Bagas kembali tergiang hingga melukai hatinya, menyakiti dadanya hingga terasa amat sangat sesak.
“Sebelum itu, berjanjilah satu hal padaku!”, ucap Andini yang ingin memastikan bahwa Bagas tidak akan mengatakan hal yang tidak perlu ke publik.
“Tenanglah aku tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak perlu. Tapi, jika itu adalah bukti yang harus dipublikasikan. Maaf, aku tidak bisa menutupinya!”, ucap bagas yang membuat Andini panik.
“Tidak, meski ini bisa di jadikan jejak bukti aku mohon, hiks.. Aku mohon, jangan katakan apa pun pada publik, hiks..”, tangis penuh mohon dari Andini.
Melihat reaksi Andini, membuat Bagas teringat pada permohonan dari adik perempuan mendiang kekasihnya saat itu, yang meminta Bagas untuk tidak mempublikasikan kondisi jasad sang kekasih.
Pihak keluarganya yang tidak ingin melakukan otopsi lantaran tidak ingin menghina jasad, barulah sang adik secara diam-diam menemui Bagas yang menanam luka pada keyakinan Bagas atas pertanyaan tentang kondisi kotor sang kekasih kala itu.
“Apa bagian kemaluannya mengalami bengkak, merah, memar atau luka?”, tanya Bagas.
Pertanyaan Bagas itu membuat Andini terkejut bukan main.
Pikirnya, bagaimana Bagas mengetahui hal itu? Sejauh apa sebenarnya ia tau, apa sebelumnya Bagas telah melihat jasad Laura tanpa sepengetahuan keluarganya?.
Kecurigaan Andini pada Bagas yang telah melihat jasad ini bukan tanpa alasan pula, lantaran Bagas lah yang memposting pernyataan bahwa kedua jasad meninggal dengan cara yang tak wajar.
“Kua tau, kekasihku meninggal dengan cara yang tidak wajar. Adiknya saat itu memberi tauku kondisi tak wajar pada tubuh kekasihku”, jelas Bagas yang membuat Andini terkejut.
Sekarang Andini tau kenapa Bagas sangat tertarik dan tak bisa melewati kasus Laura yang dinilainya aneh nan penuh misteri.
“Dan kau tau, hahh.. Samapi saat ini, aku tidak bisa mengungkapkan peristiwa dibalik kematiannya. Hari itu, dia melompat dari gedung kantornya tepat dihadapanku. Hikss.. Setelah ia bertanya, apakah aku akan tetap mencintainya, sekotor apa pun dirinya!”, jelas Bagas dengan isak tangis yang tak tertahankan.
Bagaimana mungkin Bagas bisa menahan luka lama yang terbuka kembali, bahkan ia yang belum bisa move on dari sang kekasih.
Kini Andini merasakan betapa sakit dan terlukanya Bagas saat itu, melihat sang kekasih yang bunuh diri tepat didepan matanya, tanpa tau apa sebenarnya yang telah terjadi.
“Aku, hahh.. Aku bersumpah tidak akan membiarkan kasus ini tenggelam begitu saja. Aku pasti akan mencari siapa pun pelakunya”, ucap Bagas yang yakin bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi dalam kasus ini.
Namun anehnya, Bagas tidak pernah berpikir positif sedikit pun pada kasus ini.
Berbeda dengan dirinya, yang saat itu tidak ada bersama sang kekasih dan tidak pula menyentuhnya.
Laura meninggal bersama David yang merupakan kekasihnya, mungkin saja bekas itu hasil dari perbuatan David.
Dan lagi, Bagas juga belum mendengar dengan jelas bekas apa yang ada di kemaluan Laura.
Namun, Bagas yang terlarut pada perasaannya itu, telah mengambil keputusan untuk segera menyelidiki hal apa yang telah di alami oleh kedua korban yang dinyatakan mengalami kecelakaan tunggal oleh pihak kepolisian.
“Aku telah menemukan satu bukti, tapi untuk saat ini bukti itu belum bisa digunakan karena tidak akurat. Dan aku sarankan, kalian melakukan autopsy pada jasad Laura”, jelas Bagas.
Saat ini tidak ada yang bisa di lakukan terkecuali melakukan autopsy pada Jasad Laura, untuk membuktikan semua kecurigaan Bagas.
Namun hal itu cukup sulit di lakukan lantaran pihak keluarga tidak memberi izin pada pihak yang berwajib, untuk memeriksa jasad Laura lebih lanjut.
“Apa hanya itu satu-satunya cara?”, tanya Andini.
Ia tidak tau apakah abang dan kakak iparnya akan setuju dengan hal itu, lantaran keduanya lah yang bersikeras saat itu agar tubuh Laura tidak di otak- atik oleh para ahli bedah mayat.
“Ya, hanya itu satu-satunya cara untuk memperkuat segala kecurigaan kita. Jangan sampai karena engan melakukan autopsy dengan dalih ingin melindungi tubuh jasad, justru menghambat pembuktian atas apa yang telah terjadi hari itu”
“Tapi, aku ragu orang tua Laura akan setuju”
“Apa bisa aku bertemu langsung dengan mereka? Mungkin pengalamanku, bisa menyakinkan hati mereka”, ucap Bagas.
Mendengar perkataan Bagas itu membuat Andini tergerak hati untuk mempertemukan Bagas dengan orang tua Laura.
Sebab, ia juga tidak mau hal yang dialami oleh kekasih Bagas ini menimpa Laura, apa pun kemungkinan yang terjadi hari itu harus di ungkapkan.
Meski ia sangat berharap bahwa tidak terjadi hal buruk di hari itu, dan benar bahwa kematian Laura di sebabkan oleh kecelakaan tunggal.
“Baiklah, mari ikut aku bertemu mereka!”, ucap Andini yang mengajak Bagas kembali kerumah Laura.
Kemudian, mereka pun pergi meninggalkan restoran itu menuju rumah Laura.
Hanya butuh waktu 10 menit dengan mengendarai mobil, mereka pun tiba di kediaman Laura yang memang sudah di tunggu oleh ayah Laura disana.
Akhirnya Bagas pun bisa berbicara lebih lanjut mengenai kecurigaannya pada kasus ini, Bagas yang ingin mendapat kepercayaan dari orang tua Laura pun menceritakan mengenai pengalama pahitnya.
Tentang sang kekasih yang memilih mengakhiri hidupnya tanpa memberi tau, hal apa yang telah menimpanya.
Dan kasus itu tidak bisa diungkap lantaran keluarga sang kekasih menolak untuk melakukan autopsy, dangan dalih tidak ingin menghina lebih dalam lagi arwah sang kekasih.
Mendengar perkataan Bagas ini membuat kedua orang tua Laura kian ngilu hatinya, terutama sang ibu yang memandikan jasad Laura kala itu.
“Pa, kita harus melakukan autopsy. Hiks.. Area kemaluan Laura memar dan bengkak, hiks… Aku melihatnya hari itu pa, huhuhu..”, ucap ibu Laura yang mengis histeris mengingat jasad putrinya itu.
Ia yang saat itu memandikan jasad putrinya memang sudah menaruh kecurigaan akan memar itu, namun ia tidak bisa mengatakan apa pun lantaran banyak orang disana.
“APA??”, pekik ayah Laura yang tidak tau sama sekali akan hal itu.
Hati ayah Laura serasa hancur, jantungnya serasa meledak dan dadanya tercekik mendengar pernyataan yang cukup membuat telinganya berdarah dalam keputus asaan.
Seketika ia merasa bersalah lantaran tidak menyetujui untuk melakukan autopsy pada jasad putrinya, yang ternyata mengalami sesuatu yang tak pantas.
Pikirnya, sejauh apa masalah yang terjadi hari itu, hingga kematian putrinya pun harus penuh misteri begini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments