“Lalu, apa kau akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait kematian putramu?”, tanya yang lainnya.
Pertanyaan dari awak media kali ini membuat Bagas sangat tertarik lantaran hal itu juga ingin ditanyainya pada pak Bambang yang dinilainya cukup tenang akan kasus kematian putranya.
“Itu benar, saat ini banyak pihak yang mencurigai bahwa kasus kematian putramu terdapat banyak kejanggalan!”, tambah yang lainnya.
Namun sayangnya apa yang di pikirkan oleh Bagas pun terjadi, pak Bambang memberi jawaban yang tidak ingin di dengar oleh Bagas.
“Utuk pertanyaan itu, aku telah menyerahkan semuanya pada pihak kepolisian. Mari kita percayai mereka saat ini!”, ucap pak Bambang.
“Lihatlah, betapa yakin dan pasrahnya dia!”, gumam Bagas.
Bagas yang tidak tahan lagi atas perkataan pak Bambang yang terlalu pasrah akan penemuan apa pun dari pihak kepolisian ini akhirnya berbicara dan menyakan sesuatu secara gamblang.
“Bagaimana pun sebagai seorang ayah kau tidak boleh terlalu santai begitu, bukankah kau juga harus melakukan sesuatu?”, ucap Bagas.
Perkataan yang di lontarakan begitu saja oleh Bagas menjadi hal yang menarik bagi para awak media, mereka pun mulai melakukan serangan tingkat dua.
“Itu benar, apakah pak Bambang akan tetap pasrah jika masalah ini tidak menemui titik terang?”, tambah yang lainnya.
“Sekali pun terdapat memar tidak wajar pada jasad putramu?”, serang yang lainnya.
“Apakah kau percaya dengan kecelakaan tunggal yang dinyatakan oleh pihak kepolisian?”, timpal yang lainnya.
Melihat para awak media yang mulai menyerang pak Bambang dengan agresifnya, Bagas pun menebak bahwa pak Bambang akan menghindari pertanyaan tersebut.
Dan benar saja terjadi, pak bambang mulai mengatakan hal yang membuat Bagas frustasi.
“Maafkan aku, untuk saat ini aku belum bisa memberi jawaban. Tapi satu hal yang pasti, aku sangat berharap kasus putra ku segera menemui titik terangnya!”, ucap pak Bambang.
“Maaf sepertinya kami harus pergi, terimakasih!”, tambah pak Bambang.
Kemudia dia pun pergi meninggalkan kerumunan media yang kini meliputi berita ekslusif tentang dirinya.
“Cih, benar saja dia melarikan diri!”, ucap Bagas.
Bagas yang tidak memiliki urusan lagi disana pun segera pergi lantaran tidak mau keberadaanya yang menggunakan topi dan masker itu di ketahui oleh para awak media.
Ia yang saat ini menjadi pemicu hot topik pada kasus ini lantaran para penggemarnya yang aktif membagikan postingannya beberapa hari yang lalu menjadi incaran awak media pula.
Hal itu dikarenakan mereka ingin tau darimana Bagas memiliki asumsi bahwa terdapat keganjalan pada memar dua jasad yang disampaikan secara gamblang di postingannya waktu itu.
“Ah, aku benar- benar sia- sia datang kemari!”, ucap Bagas begitu sampai di mobilnya.
Bagas yang tidak ingin mengambil pusing dengan prasangkanya pada pak Bambang, melangkahkan mobilnya menuju rumah mendiang Laura yang merupakan jasad perempuan yang di temukan bersama David (anak pak Bambang) kala itu.
“Maaf apa benar ini rumah keluarga Laura?”, tanya Bagas pada salah satu orang yang baru saja meninggalkan kediaman Laura.
“Oh, ia. Benar, ini rumah mendiang Laura!”
“Baiklah, terimakasih pak”, ucap Bagas.
Kemudian Bagas pun mampir ke rumah Laura, ia yang awalnya ingin bertemu dengan ayah Laura namun tidak bisa lantaran sang ayah menolak.
Hal ini dikarenakan postingan Bagas yang waktu itu cukup menarik perhatian banyak pihak, hingga rumahnya di kunjungi oleh banyak wartawan beberapa hari belakangan ini.
Sedangkan sang ibu Laura saat itu sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja lantaran kehilangan anak semata wayangnya yang membuat dunianya hancur tak bersisa.
Bagas pun memilih pergi dari rumah yang tidak disambut oleh pemiliknya ini, terlebih lagi kehadiran Bagas disana sudah cukup menyita perhatian para warga yang mengenali dirinya.
“Haa, sepertinya butuh usaha keras untuk mendekati keluargamu Laura!”, ucap Bagas.
Bagas yang meninggalkan kediaman Laura ini di lihat oleh adik dari ayah Laura atau orang yang biasa dipanggil bibi kecil oleh Laura.
Bibi yang serasa sahabat lantaran usia mereka yang tak jauh berbeda ini memang cukup akrab dengan ponakan satu-satunya itu.
Tak jarang pula mereka saling mencurahkan isi hati mereka, bahkan bertengkar layaknya kakak beradik. Hal itulah yang membuat sang bibi kecil ini tidak terima pada kepergian janggal dari sang ponakan tersayang.
“Tunggu, apa kau pak Bagas?”, tanya sang bibi kecil.
“Benar, ada apa ya?”, tanya Bagas pada gadis berusia 23 tahun yang tak dikenalnya ini.
“Panggil aku Andini, aku bibi kecil Laura. Satu-satunya saudari ayah Laura!”, jelas Andini.
“Bisa kita berbicara di tempat lain saja?”, tanya Andini yang tau bahwa kedatangan Bagas ke rumah abangnya itu pasti berkaitan dengan postingan yang sempat ia baca beberapa hari lalu.
Andini tidak seperti ayah Laura yang pasrah akan pernyataan polisi lantaran keluarganya juga tidak punya bukti dan kekuatan untuk menuntut atau melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kematian Laura.
Bagas yang mengerti dari tatapan mata Andini ini pun mempersilahkan dirinya untuk masuk kedalam mobil Bagas.
Mobil itu pun melaju meninggalkan kediaman Laura yang di perhatikan oleh ayah Laura bahwa sang adik pasti akan mengatakan sesuatu pada Bagas.
Namun, di hati kecil sang ayah yang amat mencintai putri semata wayangnya itu juga berharap akan kasus ini segera menemukan titik terangnya.
Barulah ia tidak menghentikan sang adik, ia tadinya juga bermaksud memanggil Bagas untuk menanyakan apa saja yang di ketahui oleh Bagas, namun di dahului oleh sang adik yang baru tiba disana.
“Apa kau juga mencurigai kematian Laura?”, tanya Bagas yang berusaha mencairkan suasan.
Mereka yang telah tiba disebuah restoran, tidak mengatakan sepatah kata pun sejak dari tadi lantaran Andini tidak terlihat baik-baik saja.
“Ya”, jawab Andini singkat.
“Apa kau juga melihat jasadnya?”, tanya Bagas lagi yang ingin tau apa saja yang dilihat oleh Andini di jasad gadis itu.
Namun seketika Andini menangis, ia tidak sanggup lagi membenam perasaan kelutnya terkait kematian tragis Laura yang entah apa sebenarnya telah terjadi hari itu.
“Hiks.. aku melihatnya. Huhuhu..”, tangis Andini kian pecah.
“Te-tenanglah, jangan menangis. Aku tidak tau harus melakukan apa jika kau menangis”, ucap Bagas berusaha menenangkan Andini.
Namun, mana mungkin Andini yang telah mengubur sekian hari pada rasa sakit hatinya dalam kasus ini sejak melihat jasad dari Laura hari itu, bisa tenang.
Terlebih lagi ia menemukan sesuatu yang amat sangat tak wajar, namun tidak bisa dan tidak tau harus mengatakan pada siapa.
Jika ia mengatakan hal itu pada orang lain, itu justru bisa menjadi aib bagi Laura yang telah berada di alam sana.
Dan jika ia mengatakan hal itu pada kedua orang tua Laura, pastilah hati mereka kian hancur. Namun melihat Bagas yang dinilainya cukup baik sebegai seorang reporter yang telah mengungkapkan banyak kasus.
Barulah Andini memberanikan dirinya untuk berbicara, meski sakit rasanya. Namun Andini juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi, sekali pun itu hal yang memalukan bahkan menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments