“Kau tau, pihak keluarga tidak menuntut setiap kejanggalan yang ada pada ke dua jasad”
“Hah, yang benar saja?”, ucap Bagas.
Bagas tidak habis pikir bagaimana pihak keluarga para korban tidak menuntuk penyelidikan lebih lanjut terhadap para jasad yang terdapat memar disekujur tubuh mereka, terutama jasad laki-laki.
“Oh, atau mungkin keluarga para jasad tidak berpengalaman hingga tidak dapat membedakan mana jasad korban kecelakaan tunggal dan korban pelecehan atau penganiayaan?”.
“Yah, jika itu keluarga si perempuan bisa jadi. Tapi, tidak pada keluarga korban laki-laki”, ucap Putra.
Ia memperingatkan Bagas bahwa keluarga laki-laki adalah keluarga terpandang dan berpendidikan. Terutama ayah si korban yang bernama lengkap Bambang Hartono adalah, calon Wali Kota saat ini.
Kedua korban yang berinisial David Hartono (laki-laki) usia 19 tahun, dan Laura Anatasya (perempuan) usia 19 tahun merupakan mahasiswa baru di salah satu universitas ternama di Kota J.
David adalah anak dari pak Bambang yang keluarga mereka adalah keluaga kalangan atas, sedangkan Laura adalah anak dari keluarga menengah yang kedua orang tuanya adalah pedagang.
“Hah, kau benar. Ayah korban laki-laki saat ini merupakan salah satu dari calon Wali Kota kan?”, ungkap Bagas yang teringat pada informasi yang ia dapatkan.
“Tapi, bukankah ini cukup aneh? Kenapa pihaknya begitu tenang sejauh ini?”, tanya Bagas
Ia pun cukup penasaran kenapa pihak pak Bambang tidak heboh akan kasus penemuan mayat anaknya yang cukup janggal.
“Haa? Kau ini seperti tidak kenal jalan pikiran para politikus saja, mereka hanya menunggu!”, ucap Putra.
Putra yang sudah hidup berdampingan dengan para politikus ini tidak akan terkejut melihat bagaimana aneh dan mengerikannya jalan pikiran orang-orang yang dianggapnya tamak itu, lantaran mereka hanya terus memikirkan keuntungan diri sendiri.
Bukan pula satu dua kali kejadian mereka saling menghancurkan diri mereka sendiri, bahkan memakan keluarga mereka selama mereka untung dan hidup nyaman, terlebih lagi jika anggota keluarga itu tidak dianggap penting.
“Menungggu apa?”
“Tentu saja menunggu waktu yang tepat!”, jelas Putra yang membuat Bagas cukup mengerti apa yang akan terjadi.
“Ehh, dia tidak mungkin memanfaatkan kematian anaknya sendirikan?”, tepis Bagas pada apa yang tengah ia terka saat ini.
Namun sayangnya, semua yang ia pikirkan mungkin saja hal yang sebenarnya terjadi. Mengingat berbagai rumor tentang pak Bagas satu tahun yang lalu, yang bahkan dengan teganya menghianati istri pertamanya.
“Heh, kenapa tidak? Jangan lupa dia seorang politikus yang mendahului karirnya dari pada keluarga! Kau tidak lihat betapa antusias dan gencarnya ia dalam kampanyenya kali ini, meski sudah kalah sebelumnya!”, tegas Putra lagi yang membuat Bagas yakin atas apa yang ia pikirkan tidaklah keliru.
“Cih, rubah tua itu. Sudah, lupakan masalah politknya itu. Aku hanya ingin mengungkapkan kasus ini!”, ucap Bagas yang tidak mau lagi mendengar ocehan tentang dunia politik yang dianggapnya sesat itu.
Namun sayangnya, kasus ini justru tidak bisa di lepaskan dari dunia politik Pak Bambang yang berencana memanfaatkan kematian dua sejoli yang entah karena apa sebab pastinya, untuk keuntungan kampanyenya kali ini.
“Kenapa kau harus repot-repot? Aku yakin, mereka sudah menetapkan para pelakunya! Mereka hanya menunggu seseorang mengigit umpan untuk membuat peristiwa ini meledak!”, ingat Putra pada Bagas.
Putra sudah bisa menganalisa apa yang akan terjadi bila reporter kompeten dan ternama ini terlibat pada kasus yang hingga kini belum di respon oleh pihak pak Bambang.
Bukan tanpa alasan pula Putra berpikir demikian, hal ini bermula pada postingan tanpa sadar Bagas waktu itu, yang dirilis terlebih dahulu dari pada pernyataan pihak kepolisian pada awak media.
Ia sangat yakin bahwa pak Bambang yang tidak merespon pernyataan pihak kepolisian hingga saat ini, pasti ingin membuat kehebohan yang lebih besar kelak hingga kehebohan itu berdampak baik baginya.
Namun sayangnya, Bagas tidak menyadari hal tersebut sehingga dia tetap kekeh untuk mengungkapkan misteri ini secepat mungkin.
“Ck, sialan. Kau dengar ya, jika masalah ini ditutup oleh pihak kepolisian maka akan susah untuk mengungkapnya lagi. Aku tidak peduli pada si Bambang sialan itu, tapi bagaimana dengan keluarga Laura?”, ucap Bagas.
Bagas saat ini hanya membayangkan, keadaan keluarga Laura yang dari keluarga kelas menengah itu tidak bisa berbuat apa-apa meski mereka mulai curiga pada kejanggalan yang ada.
“Kau hanya akan diam melihat kasus anak mereka yang gantung dan dimanfaatkan untuk ketenaran seorang politikus kelak? Jangan bercanda, hatiku masih hati seorang manusia bukan iblis!”, tegas Bagas akan perasaanya.
Akan tetapi bagi Putra, hati nurani atau perasaan Bagas saat ini tidaklah berguna. Terlebih lagi jika ini meruapakan kasus yang berkaitan dengan dunia politik yang susah disingung apa lagi diungkapkan.
“Ahahaha, menarik. Saaaaangat menarik!”, ucap Putra yang puas atas respon Bagas sesuai dengan perkiraannya.
“Mari kita bertaruh, kau adalah orang yang akan membuat berita ini menjadi viral dan menghebohkan! Tapi, setelah kau melakukan itu semua, si Bambang bajingan itu akan menjadi orang yang paling berduka, dia akan merebut semua simpati publik untuk dirinya sendiri!”, ucap Putra.
Sekali lagi Putra mengingatkan Bagas yang dinilainya terlalu buru-buru pada kasus yang bahkan belum menemui jejak bukti yang jelas.
Namun tanpa di ketahui oleh Putra, Bagas bertindak demikian lantaran terpengaruh pada kasus kematian sang kekasih yang bahkan, belum menemukan titik terang meski sudah setahun berlalu.
“Apa maksudmu?” tanya Bagas yang mulai curiga bahwa Putra mengetahui sesuatu.
Namun Putra yang ingin mengukur kemampuan analisa Bagas, tidak akan pernah berbicara dengan sejelasnya lantaran ia ingin menjadikan Bagas sebagai rekannya, terutama dalam kasus ini.
“Para pelaku yang entah benar mereka melakukannya akan tertangkap!”, ucap Putra sekedar memberi informasi yang pastinya akan lebih menarik perhatian Bagas.
“Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi!”, respon Bagas yang mulai terpancing pada perkataan Putra.
“Tidak, kau tidak bisa menghentikan mereka!”, tambah Putra yang membuat emosi Bagas semakin menjadi-jadi.
“Itulah yang akan terjadi. Yah, mari kita berpisah disini. Cepat atau lambat kau akan segera menemuiku!”, ucap Putra.
Putra yang tidak lagi melanjutkan perkataannya karena apa yang ia harapkan telah terjadi, ia pun segera melangkah meninggalkan Bagas sendirian disana yang telah masuk ke alam kemarahannya.
“Cih, persetan denganmu. Aku tidak akan pernah membuat kesalah seperti yang kau katakan, tidak akan kubiarkan mereka melakukan korban salah tangkap”, pekik Bagas
Ia yang tidak habis pikir pada apa yang baru saja di lontarkan oleh Putra, menepis setiap kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi dalam kasus ini.
“Hahaha, tidak perlu khawatir. Aku yakin para mahasiswa lah yang akan tertangkap. Jumpa lagi satu minggu kemudian, dahhh!”, respon Putra dengan santainya.
Putra yang sudah mengatakan apa pun yang ia inginkan pergi meninggalkan Bagas dengan kerennya. Namun Bagas yang di tinggalkan dengan cara demikian semakin frustasi, ingin rasanya ia memukul orang yang baru saja mengatakan hal yang mustahil begitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments