Fumiko menundukkan kepalanya. Dengan air mata yang mulai membasahi pipinya, suara isak tangisnya juga terdengar pelan. Melihatnya seperti ini, hatiku jadi terasa berat. Setiap isak tangisnya terasa seperti duri yang menusuk jantungku.
Aku yang seharusnya melindunginya, malah membuatnya merasa terpojok. Betapa bodohnya aku, berpikir bahwa memaksanya untuk jujur adalah solusi terbaik.
Aku, yang duduk di sampingnya, merasakan suasana penuh dengan ketidaknyamanan.
"Maaf, Haruto-kun... aku benar-benar tidak ingin ini terjadi. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi."
Fumiko masih terisak-isak, tangannya gemetar saat dia berusaha menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
Ah, bagaimana ini? Aku harus menenangkannya, karena jika tidak, dadaku terasa semakin sesak.
"Fumiko, seharusnya aku yang meminta maaf."
Aku berusaha untuk mengeluarkan suara yang halus, agar Fumiko bisa merasa lebih tenang. Kemudian, aku mengulurkan tanganku. Walaupun sedikit merasa ragu, tapi pada akhirnya aku menyentuh bahunya dengan lembut.
Kecil sekali. Aku baru tahu kalau bahu seorang gadis ternyata sekecil ini. Namun, walau kecil, rasanya begitu kuat.
Oh, tidak. Apa yang kupikirkan?! Aku harus fokus untuk menenangkan Fumiko.
"Aku tidak bermaksud untuk membuatmu menangis. Aku hanya ingin tahu siapa yang telah menyakitimu. Jadi, maafkan aku karena sudah ikut campur dalam masalahmu."
Tepat sekali, kesannya aku memang seperti sedang ikut campur dalam masalah Fumiko. Padahal dia berusaha keras untuk menutupinya, tapi aku dengan mudahnya berkata tentang perundungan yang dialaminya.
Aku tahu, Fumiko perlu waktu untuk mengungkapkan itu. Jadi, aku memang salah kali ini. Dengan hanya mengandalkan asumsi, bukan berarti semuanya akan berjalan sesuai keinginan.
"Haruto-kun, kenapa malah kau yang meminta maaf? Semua ini salahku!"
"Tidak, aku memang bersala—"
"Ini bukan salahmu, Haruto-kun! Aku yang memulai semua ini. Aku yang meminta Fukuzawa-san untuk menyebarkan rumor. Aku yang membuat segalanya menjadi rumit!"
Tunggu, ada apa ini? Baru kali ini aku melihat Fumiko berteriak. Dia terlihat seperti orang yang berbeda, dengan air matanya yang terus mengalir.
Jujur saja, setelah melihat semua ini, aku baru sadar kalau Fumiko merasa jauh lebih tertekan dari yang aku kira. Sudah jelas ini salahku, karena aku terlalu meremehkannya.
Setiap saat, aku selalu menganggap kalau Fumiko adalah salah satu gadis tercantik di sekolah. Dengan penampilannya yang begitu sempurna, aku jadi lupa kalau dia hanyalah seorang gadis SMA biasa. Padahal Time Loop sudah berkata seperti itu saat berpura-pura sebagai Alter Fumiko.
Ah, ini menyebalkan, seharusnya aku juga berasumsi tentang itu. Tapi anehnya, aku malah berasumsi untuk hal yang bahkan tidak penting sama sekali.
Fumiko lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya terguncang oleh isakan tangis yang semakin kuat. Rasanya seperti dunia ini telah runtuh di sekelilingnya.
Aku tidak tahu harus berbuat apa selain membiarkannya menumpahkan perasaannya. Benar juga, aku harus melakukan sesuatu yang lebih.
Aku lalu mendekatkan diriku pada Fumiko. Dengan perlahan, aku merangkulnya ke dalam pelukanku.
Hangat, rasanya sungguh hangat. Aku bisa merasakan tubuh Fumiko yang gemetar, dan suara detak jantungnya yang dengan cepat berdetak di dadaku.
"Fumiko, aku mengerti perasaanmu sekarang."
Sembari berusaha untuk terus menenangkannya, aku berbisik pelan di telinga Fumiko.
"Kau harus tahu.. aku tidak marah padamu. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau tidak tersakiti lagi."
"..."
Yah, sepertinya Fumiko perlu menangis lebih lama lagi. Walaupun kata-kataku diabaikan, itu tidak masalah selama dia merasa lebih tenang.
"Tidak apa-apa, menangislah selama mungkin. Aku ada disini."
Aku sedikit mengeratkan pelukannya, tetapi tetap menjaga tubuh Fumiko agar merasa nyaman.
Setelah menangis dalam waktu yang cukup lama, Fumiko akhirnya menurunkan tangannya perlahan, lalu menatapku dengan mata yang merah dan sembab. Akhirnya kami bisa bertatapan langsung.
Aku pun melepaskan pelukan yang sudah kulakukan tadi.
"Haruto-kun, aku harus apa? Aku telah melibatkanmu dalam semua kekacauan ini. Aku takut.. aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri."
Suara Fumiko terdengar begitu pelan, tampaknya dia memaksakan dirinya untuk bicara.
Tidak memiliki pilihan lain, aku kembali memeluknya, memberikan kenyamanan dan perlindungan yang dia butuhkan.
Rasanya hangat dan menenangkan, seakan-akan dunia di luar sana tidak ada. Pelukan ini tidak hanya untuk menenangkannya, tetapi juga untuk memberitahunya bahwa dia tidak sendirian.
Selama ini, Fumiko telah berjuang sendirian. Sepertinya kehadiran Fukuzawa bukanlah hal yang buruk, karena dia berhasil membuat Fumiko jauh lebih berani.
Fumiko berusaha untuk melawan perundungan dengan caranya sendiri, kemudian merencanakan sesuatu dengan menyebarkan rumor yang menjadi penyebab dia terkena perundungan.
Semua itu sudah cukup bagus. Perlu diakui, Fumiko bukanlah orang yang lemah. Dia kuat, bahkan sangat kuat. Oleh karena itu, aku perlu mengapresiasi segala usahanya selama ini.
"Tenanglah, Fumiko. Aku tidak akan marah. Sudah kubilang, kan? Aku tidak mempermasalahkannya."
Sembari membelai rambut Fumiko dengan lembut, aku menenangkannya.
"Ya, terima kasih. Ini yang keenam kalinya kau menyelamatkanku."
"Ayolah, aku tidak melakukan apa-apa."
Fumiko menggenggam bajuku dengan erat. Saat dia berbicara di dalam pelukanku, aku hampir tidak bisa mendengar suaranya. Itu karena suaranya terdengar begitu pelan dan tenggelam dalam pelukanku.
"(Haruto, maaf mengganggu momen romantismu.. tapi ada yang perlu kubicarakan sekarang.)"
Eh?! Astaga, hampir saja aku terkejut karena Time Loop tiba-tiba bicara padaku. Namun untungnya, aku tidak mengeluarkan reaksi yang dapat membuat Fumiko terganggu.
Time Loop berkata kalau dia ingin membicarakan sesuatu sekarang. Memangnya sepenting apa? Aku jadi kesal karena dia mengganggu momenku dengan Fumiko.
"(Sudah kubilang aku minta maaf, sekarang kau harus segera mengantar Fumiko pulang.)"
"(Memangnya kenapa?)"
"(Mungkin kita harus bertukar kesadaran juga.)"
"(Kita sudah melakukannya, untuk apa bertukar kesadaran?)"
"(Tidak, kali ini aku akan mengambil alih tubuhmu sementara. Percayalah padaku!)"
"(Bukannya aku tidak percaya, tapi memangnya harus sekarang?)"
"(Ya, sebelum itu.. kau bisa mengantar Fumiko pulang lebih dulu. Aku akan menjelaskannya setelah itu.)"
"(Baiklah, aku mengerti.)"
Ah, ini merepotkan. Apa boleh buat, sepertinya Time Loop sedang merasakan suatu masalah sekarang.
Aku tahu betul karakter Time Loop ini. Saat merasa ada masalah, dia pasti akan terburu-buru untuk menyelesaikannya.
"Fumiko, mari kita pulang. Aku akan mengantarmu sampai di depan rumah."
Secara terpaksa, aku melepas pelukanku dan berdiri menghadap Fumiko, mengajaknya untuk pulang.
"Kau tahu alamat rumahku?"
"Umm.. aku tidak tahu, tapi setidaknya aku ingin tahu."
"Oh, rumahku tidak jauh dari sini. Aku bisa memberitahumu."
"Baiklah, ayo kita pergi!"
Aku mengulurkan tangan ke arah Fumiko, dan dia langsung menerimanya lalu ikut berdiri.
Setelah itu, kami pun berjalan bersama untuk pulang. Tentu saja, sebelum pulang, kami tidak lupa untuk membuang jus jeruk yang sudah habis ke tempat sampah.
Sebagai awalan, aku akan mengantar Fumiko sampai ke depan rumahnya, lalu membicarakan sesuatu dengan Time Loop. Entah kenapa, rasanya ini akan jadi lebih merepotkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Acumalaka Sir
kaget mulu dah
2024-08-03
1
☆White Cygnus☆
peluklah bang, masa diem bae...
2024-08-02
1