BAB 10 — Bersantai

Tugas kelompok, ya? Aku benar-benar melupakannya. Kalau tidak salah, itu tugas matematika dari Tanaka-sensei.

Aku yakin, kalian pasti bisa menebak alasannya. Kenapa aku melupakannya? Memangnya masih perlu dijelaskan?

Jika Tanaka-sensei tahu tentang ini, maka dia akan memarahiku habis-habisan. Tentu saja, mau kujelaskan sepanjang apapun, dia pasti tidak mempercayainya. Mungkin aku akan dijuluki sebagai tukang khayal nantinya.

Yah, sudahlah. Kupikir aku harus berterimakasih pada Fukuzawa, karena dia sudah mengingatkan tentang tugas merepotkan itu.

Tunggu, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu. Bukankah ada hal yang sudah kutunggu-tunggu? Benar sekali. Setelah sekian lama, aku bisa bersantai di apartemen tempatku tinggal.

Kedengarannya memang konyol. Pikirkan saja, seharusnya semua orang juga akan kembali ke tempat mereka tinggal. Namun dalam kasusku, rasanya tetap saja berbeda.

Aku menikmati perjalanan pulangku. Dari suara kicauan burung, hingga angin sore yang berhembus. Semua itu terasa baru untukku.

Sesampainya di apartemen, aku jadi lega. Setelah mengalami berbagai kejadian yang menyulitkan di sekolah, akhirnya aku bisa mengosongkan pikiran. Jujur saja, rasanya begitu tenang ketika aku kembali ke tempat yang familiar ini.

Tanpa membuang waktu, aku langsung membuka pintu apartemenku yang terkunci, lalu masuk ke dalam.

Ah, aku sudah menantikan momen ini. Selamat datang di ruangan yang begitu berantakan! Kurasa siapapun pasti merasa tidak nyaman ketika melihat ini, tapi berbeda denganku.

Aku malah merasa nyaman dan tenang ketika melihat ruangan yang penuh dengan sampah plastik dan kaleng-kalengan. Ini bukan berarti aku termasuk orang yang kotor, hanya saja aku memiliki jadwal tersendiri untuk bersih-bersih, yaitu sebulan sekali.

Memangnya kenapa jika sebulan sekali? Tidak ada yang melarang, bukan? Bahkan orang tuaku lebih memperdulikan nilai ujian yang kudapat ketimbang kebersihan apartemen.

Yah, terserahlah. Aku tidak ingin membuang banyak waktu, jadi setelah melempar tas milikku ke sofa, aku langsung menuju dapur untuk membuat secangkir kopi.

Oh, benar juga. Aku tidak ingin melakukan apa-apa lagi saat malam hari nanti. Menurutku, menyelesaikan semuanya sekaligus adalah ide yang bagus. Aku bahkan sengaja tidak berganti baju, karena aku akan mandi setelah ini.

Kembali ke urusan awal, aku menyalakan ketel listrik dan menunggu air mendidih. Sementara itu, aku mengambil kopi bubuk dan menuangkannya ke dalam cangkir.

Aroma kopi yang harum mulai memenuhi ruangan, memberikan perasaan nyaman yang sudah lama tidak kurasakan. Setelah air mendidih, aku menuangkannya ke dalam cangkir, lalu mengaduk perlahan.

Hmm.. makan malam, ya? Tidak, sebut saja makan sore. Mungkin mie instan tidak buruk juga.

Aku lalu membuka bungkus mie instan dan memasukkannya ke dalam mangkuk besar. Setelah itu, aku menuangkan air panas dari ketel ke dalam mangkuk, menutupnya dengan piring, dan menunggu beberapa menit sambil membawa cangkir kopi ke ruang tamu.

Meletakkan cangkir kopi di meja samping sofa, aku kembali ke dapur untuk memastikan mie instan sudah siap.

Baguslah, kini aku tidak perlu melakukan apapun lagi.

Setelah ikut membawa mangkuk berisi mie ke ruang tamu, aku kemudian duduk di sofa, dan mulai menikmati waktu bersantai ku.

Dari hidungku, tercium aroma sedap mie instan yang tergabung dengan aroma kopi, itu menciptakan kombinasi yang menenangkan.

"Akhirnya, waktu untuk diriku sendiri," gumamku sembari mengambil suapan mie pertama, kemudian menyeruput secangkir kopi.

Rasanya enak, seperti mie instan pada umumnya. Kopinya juga sama, tidak ada masalah. Namun, satu-satunya hal yang berbeda adalah momennya.

Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, terus menikmati setiap momen ketenangan yang ada.

BLUP! BLUP!

Pesan masuk? Sayang sekali, ketenangan ini tidak berlangsung lama. Ponselku berbunyi, menandakan ada seseorang yang mengirimi pesan. Tidak memiliki pilihan lain, aku membuka ponselku, memastikan siapa orang itu.

Eh, Fukuzawa? Tampaknya dia begitu terburu-buru dengan tugas kelompoknya. Tapi, aku bisa memakluminya karena Tanaka-sensei yang memberi tugas.

Tunggu, sepertinya aku salah mengira. Fukuzawa tidak membicarakan tentang tugas kelompok, tapi dia menanyakan kondisiku.

[Fukuzawa: Bagaimana keadaanmu, Haruto?

Me: Aku baik-baik saja, ada apa?

Fukuzawa: Aku mendengarnya dari Reina-san. Tadi kau bertarung dengan Ken Barato dan gengnya, kan?

Me: Ken Barato? Siapa dia?

Fukuzawa: Kau tidak tahu? Dia adalah siswa kelas tiga yang paling ditakuti di sekolah. Semuanya pasti akan bergetar ketika namanya disebut.

Me: Bagaimana denganmu, apa kau juga takut?

Fukuzawa: Serius tanya begitu? Tentu saja aku takut.]

Ken Barato, aku memang ada mendengar rumor tentangnya. Kalau tidak salah, dia pernah membuat beberapa siswa di sekolah masuk rumah sakit. Tidak hanya itu, dia juga bergabung dengan tawuran antar pelajar dan berhasil menang telak.

Yah, aku tidak menyangka kalau Ken Barato yang dirumorkan ternyata tidak sekuat itu. Kupikir yang kuhadapi saat itu hanyalah kelompok berandalan sekolah biasa, tapi ternyata dia adalah Ken Barato.

Bahkan dengan jumlah yang lebih unggul, Ken Barato tetap tidak bisa menang dariku. Yang berarti, seharusnya aku tidak perlu khawatir. Dari segi manapun, aku jauh lebih unggul. Aku juga akan bersiap jika dia berniat untuk menantang lagi.

[Me: Kurasa kau tidak perlu khawatir.

Fukuzawa: Kenapa bisa setenang itu? Tidak mungkin dia akan melepaskan mu setelah apa yang terjadi.

Me: Ya, aku tahu. Tapi, ayolah. Dia tidak sekuat itu.

Fukuzawa: Seriusan?

Me: Mungkin kau juga akan menang jika melawannya.

Fukuzawa: Itu tidak masuk akal!

Me: Jika kau tidak memikirkan siapa lawanmu, semuanya akan masuk akal.

Fukuzawa: Apa maksudmu?

Me: Maksudku, jangan dengarkan hal apapun tentang lawanmu sebelum berhadapan. Akan lebih baik jika kau fokus menganalisisnya ketika berhadapan saja.

Fukuzawa: Kau rumit seperti biasanya.

Me: Terserahlah. Bisa aku akhiri percakapannya?

Fukuzawa: Eh, tunggu. Jangan akhiri sekarang!

Me: Apa lagi?

Fukuzawa: Ini mungkin tidak penting, tapi Reina-san meminta nomormu dariku.]

Oh, aku tidak menyangka kalau Fumiko akan meminta nomorku dari Fukuzawa. Padahal dia bisa langsung memintanya, tapi kenapa harus lewat Fukuzawa?

Aku bisa saja berasumsi untuk mendapat jawabannya, tapi sayangnya, otakku hampir tidak bisa digunakan untuk berpikir lagi. Hanya satu yang bisa dipikirkan oleh otakku sekarang, yaitu bersantai dan menikmati ketenangan.

[Me: Aku tidak keberatan, berikan saja.

Fukuzawa: Tidak, aku sudah menolaknya.

Me: Kenapa?

Fukuzawa: Aku menyuruh Reina-san untuk memintanya sendiri. Jadi, persiapkan dirimu!

Me: Aku mengerti.

Fukuzawa: Enak sekali, ya? Disukai oleh gadis secantik Fumiko. Apa kau tidak puas denganku?

Me: Apa maksudmu?

Fukuzawa: Dasar tidak peka! Hmph ~]

Ah, Fukuzawa tidak aktif lagi. Jika saja otakku masih normal, aku pasti akan memikirkan tentang pesan terakhirnya. Tapi, sekarang aku sama sekali tidak peduli.

Aku meletakkan ponselku di sofa. Setelah berkirim pesan dalam waktu yang cukup lama, aku lanjut menikmati ketenangan yang sempat terjeda. Selesai dengan itu, aku langsung bersiap untuk mandi.

Tanpa terasa, waktu sudah menunjukkan malam hari. Dengan tubuh yang begitu lemah, aku memasrahkan diriku untuk berbaring di kasur.

Ngomong-ngomong, walaupun sudah berbagi kesadaran, tampaknya Time Loop tidak muncul sama sekali. Sepertinya kekuatannya benar-benar mendekati nol, sehingga dia perlu waktu untuk pulih.

Aku jadi penasaran, bagaimana dengan hari-hariku kedepannya?

Terpopuler

Comments

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

tomboy tsundere

2024-07-31

1

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

ternyata cuman cunguk.

2024-07-31

1

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

mie kuah kopi.

2024-07-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!