BAB 4 — Kafe Part 2

"Terima kasih banyak!"

Setelah pelayan meletakkan dua cangkir Coffee Latte di meja, suasana di antara kami mulai mencair.

Tidak, aku bohong. Suasananya masih agak canggung, bahkan Fumiko sama sekali tidak tergerak ketika pesanannya sudah datang. Maksudku, dia tidak menyentuh kopinya, dan masih menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Aku mencoba menikmati kopinya, berharap itu bisa menenangkan pikiranku yang masih kacau. Ngomong-ngomong, kopi ini terlalu manis untukku. Atau mungkin, bukan seleraku saja?

Entahlah, tapi mau sampai kapan Fumiko menutupi wajahnya?

Jika sudah begini, aku terpaksa mencari cara agar suasananya tidak canggung lagi.

"Fumiko."

Aku memanggilnya lembut, berharap agar membuatnya merasa lebih nyaman.

Perlu waktu cukup lama untuk menunggu Fumiko menurunkan tangannya, hingga dia melihat ke arahku.

Kali ini, aku dapat menatap matanya lagi. Wajahnya juga sedikit memerah, tapi dia mencoba untuk tersenyum.

"Maafkan aku, Haruto-kun. Aku merasa sedikit gugup."

"Tidak masalah. Aku juga gugup, mungkin."

"Mungkin? Haha.. kau meragukan rasa gugupmu sendiri."

Fumiko tertawa kecil, dan senyumnya terlihat melebar.

Ah, jadi ini maksud dari salah satu gadis tercantik di sekolah?

Jika dilihat-lihat, Fumiko memang sangat cantik. Wajahnya begitu mulus, tanpa cacat sedikitpun. Mata hitamnya bersinar dengan sangat cerah, seolah-olah memikat segalanya.

Setiap kali Fumiko tersenyum, bibir lembutnya melengkung dengan proporsi yang sempurna. Tidak hanya itu, kulitnya juga putih bersih, sehalus porselen.

Namun, kecantikan Fumiko bukan hanya sekadar penampilan luar. Dia adalah sosok yang cemerlang dalam segala hal yang dia lakukan.

Tubuhnya begitu atletis, dan dia sangat mencolok saat jam olahraga. Di sisi lain, Fumiko juga memiliki kecerdasan yang luar biasa. Nilai akademiknya lumayan tinggi, dan dia selalu berada di peringkat atas.

Mungkin karena itulah, kebanyakan orang merasa begitu tertarik padanya. Tidak hanya karena penampilannya, tetapi karena keseluruhan dirinya yang memancarkan pesona luar biasa.

"Haruto-kun, aku akan malu jika kau terus menatapku."

"Eh? Ah, ya.. maaf."

Nampaknya aku terlalu lama menatap Fumiko, hingga akhirnya dia merasa malu. Aku tahu, siapapun pasti akan malu jika dirinya terus-menerus ditatap.

Secara terpaksa, aku mengalihkan pandanganku ke meja tempat Coffee Latte berada. Warna kopi ini agak pucat, dengan taburan susu yang sudah tidak berbentuk.

"Be-begini, Haruto-kun."

"Ada apa?"

Aku kembali menatap mata Fumiko, sepertinya dia kesulitan untuk membicarakan ini. Tatapannya tidak lurus ke arahku, lalu gerakan tubuhnya juga tidak teratur, menandakan kalau dia sedang gelisah.

"Anu, apa kau pernah merasa tidak nyaman karena selalu diperhatikan orang-orang?"

Aku terdiam, memikirkan pertanyaan itu. Apakah Fumiko merasa risih karena tatapanku tadi? Tidak, aku yakin kalau dia tidak mempermasalahkannya. Lalu kenapa?

Untuk mendapatkan kejelasan, kurasa aku harus bertanya balik.

"Apa itu berhubungan dengan ketiga lelaki sebelumnya?"

"Ya, walaupun tidak ada bukti, aku tetap yakin mereka juga ada hubungannya."

Oh, aku mengerti sekarang.

Singkatnya, Fumiko mengeluhkan tentang dirinya sendiri yang terlalu menarik perhatian. Karena penampilannya itulah, kemungkinan dia kerap kali mengalami hal yang sama, seperti berhadapan dengan ketiga lelaki tadi.

"Bagaimana, Haruto-kun? Apa kau pernah?"

"Seperti yang kau tahu, aku tidak memiliki satu pun teman di kelas. Keberadaanku seperti angin lalu, jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya menjadi pusat perhatian."

Aku hanya bisa jujur dengan keadaanku saat ini. Memang terdengar menyedihkan, tapi aku tidak memiliki masalah apapun, dan kehidupanku aman-aman saja.

"Bagaimana denganmu, Fumiko?"

Agar keluhannya semakin jelas, aku sengaja bertanya balik.

Fumiko menunduk, tampak berpikir keras. "Itu... sulit. Setiap kali aku melangkah keluar, aku merasa semua mata tertuju padaku. Mereka tidak akan berhenti, sebelum salah satu temanku datang dan memberi peringatan."

"Baiklah, aku mengerti. Dengan kata lain, kau sengaja menarik perhatian di gerbang sekolah tadi?"

"Ya. Maafkan aku, kau jadi terlibat sejauh ini."

Kurasa semuanya sudah jelas. Gadis ini, Fumiko Reina, adalah seseorang yang sangat menarik perhatian hingga ada beberapa orang yang berniat buruk padanya. Bahkan tanpa ada niat buruk sekalipun, aku yakin dia tetap kesulitan karena banyaknya tatapan mata yang dia terima.

"Tidak masalah, jadi kau ingin apa?"

"Dari dalam diriku, sebenarnya aku hanya ingin ketenangan."

Fumiko menggigit bibirnya, dan suaranya sedikit bergetar.

"Ketenangan, ya?"

"Ya, begitulah."

Bagaimana aku harus mengatakannya? Sebenarnya aku sangat ahli dalam hal ini, mengingat aku tidak memiliki satu pun teman di sekolah. Tapi...

"Maaf, Fumiko."

"Eh? Ada apa tiba-tiba?"

Aku mengerti semuanya. Apa yang Fumiko inginkan, dan tindakan yang akan dia lakukan, aku sudah tahu sekarang.

"Fumiko Reina, sejak awal aku melihatmu, aku sudah memutuskan untuk tidak terlibat denganmu. Kau tahu? Aku berbeda dengan mereka. Mungkin, mereka akan menolongmu karena kau adalah salah satu gadis tercantik di sekolah, tapi aku tidak seperti itu."

"Itu.. apa maksudmu, Haruto-kun?"

Wajah Fumiko tampak bingung. Tentu saja, aku tidak memaksanya untuk mengerti. Aku akan menjelaskannya secara singkat.

"Singkatnya, aku tidak bisa mengabulkan keinginanmu."

"Keinginan apa?"

"Aku tidak bodoh, Fumiko, kau ingin berpura-pura pacaran denganku, kan?"

"Hah?! Bagaimana... kau?"

Sudah kuduga, memang itulah keinginannya. Fumiko tahu kalau dia sangat menarik perhatian, dan dia dengan sengaja memanggilku di dekat gerbang sekolah, bahkan menunjukkan senyumannya.

Dari situ saja, niat tersembunyi Fumiko... tidak, bukan tersembunyi lagi. Dia terang-terangan membuka niatnya sendiri.

"Ke-kenapa?"

Fumiko bertanya pelan. Dia terdengar kecewa, lalu pandangannya mengarah ke kopi yang ada di meja.

"Asal kau tahu, aku tidak memiliki siapapun di sekolah, baik itu teman ataupun pacar."

"Lalu, kenapa kau menolakku?"

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu."

"Begitu, ya?"

Kami berdua terdiam sejenak, menyesap kopi masing-masing.

Yah, disini aku sedang bertaruh.

Jika menolak ajakan Fumiko untuk berpura-pura pacaran adalah sebuah kesalahan, maka aku akan mengalami Time Loop. Namun jika tidak terjadi apapun, maka menolaknya bukanlah kesalahan.

Jujur saja, memperlakukan Fumiko seperti ini, sebenarnya aku merasa tidak tega. Karena untuk pertama kalinya, dari sejak awal masuk SMA, aku merasa ada koneksi yang nyata dengan seseorang.

Tapi, aku tidak bisa menjelaskannya pada Fumiko, tentang Time Loop yang kualami ini. Bahkan jika kujelaskan sekalipun, dia belum tentu percaya dan mungkin akan menganggap kalau aku terlalu banyak berkhayal.

Baiklah, mari kita tunggu! Entah itu beberapa menit, atau beberapa jam lagi.

"Aduh, kepalaku!"

"Haruto-kun, kau kenapa?!"

Astaga, ternyata hanya beberapa detik. Tanda-tanda Time Loop kembali muncul. Kepalaku terasa pusing, dan dunia di sekelilingku terlihat berputar. Untuk yang kesekian kalinya, aku kehilangan kesadaran.

"Apa kau baik-baik saja?"

"Hei, Haruto-kun?!"

Samar-samar, aku mendengar suara Fumiko yang tampak mengkhawatirkanku. Tidak, dia terlalu baik, padahal aku sudah berbuat jahat padanya.

Aku akan menebusnya. Jika memang itu yang dia inginkan, maka aku harus melakukannya. Ini sudah membuktikan, kalau Time Loop yang kualami memang terhubung dengan Fumiko Reina.

Terpopuler

Comments

范妮·廉姆

范妮·廉姆

ak jg PGN Kopi...

2024-08-01

1

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

lama" Jadi jongos nya Reina si MC.

2024-07-31

1

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

bagus, selain kuat MC juga berotak senku.

2024-07-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!