Rahasia nenek

Pada akhirnya Andre tetap pulang, meski seharusnya dia bersikeras tadi untuk menunggu tapi karena sudah terlalu lama, citra juga tidak enak hati merepotkan orang lain, dengan paksaan citra Andre pun pulang.

"Sudah jam 08.30 Malam." Batin citra berharap Ibu/neneknya cepat pulang. Setelah Andre pulang 10 menit yang lalu, citra sengaja membuka pintu dan membiarkannya seperti itu.

Citra tak bisa mengelak setiap perasaan yang membuatnya tenggelam dengan sensasi itu. Sejatinya dia selalu merasa ada begitu banyak pasang mata menatapnya, tapi memang tidak ada apapun, hanya sebatas perasaannya saja dan itu menyiksa.

Citra menatap ke pintu lain yang mengarah ke ruangan keluarga, dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam, karena keberanian tidak membuat dia pergi selangkah pun dari ruangan itu. Ditambah suasana rumah yang sangat sepi membuat citra semakin enggan untuk beranjak.

Selain itu citra merasa terus dihantui dengan pertanyaan yang kali ini ingin sekali dia kubur dalam-dalam jauh dari ingatannya, tentu saja tentang cantik. Setiap kali dia ingat citra cepat mengalihkan perhatiannya pada hal apapun. Sekarang dia butuh kejelasan dulu, sebenarnya satu Minggu yang lalu, atau satu Minggu ini dia pergi kemana? Mengapa citra tak ingat apapun.

Sraakk..Sraakkk...

Suara dari langit-langit rumah langsung menarik perhatian citra sepenuhnya, dengan pikiran yang kalut semakin membuat citra tenggelam ke dalam perasaan yang takut. Citra membayangkan jika itu hanya berasal dari suara tikus.

Citra kembali berusaha membuat dirinya tenang, tapi otaknya selalu saja membayangkan jika dari arah lain dari dalam rumah seperti sedang ada satu sosok yang mendekat ke arahnya. Sadar dengan ingatan itu Buru-buru citra mengabaikannya, menganggap jika bayangan sekilas itu hanya sebuah ilusi tidak berarti apapun.

Ketika berbalik tak sengaja citra menangkap sesosok yang terus lewat dari pandangannya, seperti ada seseorang yang berjalan namun terjadi dengan begitu cepat sehingga yang ditangkap oleh indra matanya hanya bayangan sekelebat saja.

Citra mundur dan duduk lagi di kursi, dia sangat tidak yakin, tapi lagi-lagi pikirannya membayangkan jika ada satu sosok lain yang mendekat.

Tak nyaman dengan situasi di dalam rumah, citra terburu-buru memutuskan ingin keluar dari rumah, dia berdiri dan segera berlari ke arah pintu.

Braakk... Terdengar seperti sesuatu yang jatuh sekaligus di atas langit-langit rumah, langkah citra sempat tertahan, namun dia segera pergi kilat menuju gerbang rumah dan ingin keluar saja dari rumah.

Tak disangka ketika citra ingin membuka pintu gerbang dia akhirnya melihat wajah yang terus dia nantikan dari tadi. Sosok nenek dan ibunya muncul di depan gerbang rumah. "Cit. Loh mau kemana?" Spontan neneknya bertanya karena melihat ekspresi Citra yang ketakutan dan terburu-buru akan keluar rumah.

Citra melepaskan lagi handel pintu dan membiarkan nenek juga ibunya masuk. "Tadi citra mau ke warung." Citra beralasan, namun bicaranya yang gugup tidak berhasil mengelabui neneknya itu.

"Jangan keluar citra, masuk yu!" Ajak neneknya menarik tangan citra setelah sadar dengan keanehan dari cucunya itu. Sebenarnya neneknya Citra selalu paling khawatir, dia seolah yang paling tahu segala sesuatunya, termasuk setiap halusinasi, mimpi, dan juga ingatan citra yang stabil, tidak bisa membedakan sebenarnya Citra sedang berhalusinasi atau sedang ada di dalam kehidupan nyata.

Citra sempat merasa gugup dia harus masuk ke dalam rumah setelah kejadian tadi. Bayangan ketakutan menghantuinya.

Nenek pergi membawa Citra ke kamar.

Ini adalah waktunya citra bertanya, tentang seminggu ini apa kegiatannya di rumah. Citra hanya berani berbicara dengan neneknya itu, apalagi ketika tidak ada ibunya Citra menganggap itu adalah kesempatan.

"Citra makan dulu cepat!" Ucapan Ibunya mengecewakan Citra, padahal tadinya dia hanya ingin bersama nenek. Tapi karena nenek juga sudah keluar kamar akhirnya citra hanya nurut saja ikut.

Citra duduk di meja makan bersama ibu dan neneknya, perasaan citra yang tak menentu dan gerak bola matanya seperti mencuri-curi kesempatan, tanpa sadar nenek sudah memperhatikan citra dari tadi.

Neneknya dari awal terus memperhatikan citra, seperti sudah tahu sesuatu tentangnya. "Ra, Kalau gak enak badan gitu nanti sudah makan langsung saja Masuk ke kamar ya harus banyak istirahat." Ucap neneknya perhatian. Padahal ada maksud lain dari pernyataan nenek.

Ucapan nenek menarik perhatian Citra, dia tahu apa artinya ucapan nenek.

"Loh. Kok gak bilang sih kalau lagi gak enak badan ke momi?" Protes ibunya citra yang juga ikut menguping.

"Citra baik-baik saja momi. Cuman kecapean sepertinya." Jawab citra bohong segera menutupi maksud dn rencana neneknya.

"Bener nih? Gak bohong kan? Momi sebenarnya masih khawatir, setelah kejadian seminggu ini momi jadi harus lebih perhatian deh kayaknya." Jelas Zira pada putrinya.

Citra hanya terheran, menaikan satu alisnya dengan perasaan bertanya-tanya. Dia ingin sekali tahu apa yang terjadi seminggu ini.

"Udahlah, yang terpenting sekarang citra udah sehat dan baik-baik saja kan?" Timpal neneknya melihat reaksi bingung dari citra, sekaligus ingin menghentikan Zira bicara lain. "Citra habiskan dulu makannya ya!" Neneknya mengingatkan citra untuk makan karena melihat piring nasi yang masih penuh.

Citra hanya mengangguk dan tidak banyak bicara lagi.

Meskipun begitu dia lebih baik bertanya pada neneknya nanti meskipun sepertinya Ibunya sudah tahu sesuatu.

"Mau ke kamar langsung?" Tanya ibunya sambil membereskan piring makan citra.

"Momi, besok bangunkan citra lebih awal ya!" Ucap citra pada ibunya.

"Citra ada jadwal pagi sekali?" Ibunya balik bertanya.

Citra buru-buru mengangguk saja tanda membenarkan perkataan Ibunya. "Kumpulan biasa. Nongkrong dulu sama teman." Jawab citra terdengar seperti mengarang, kenyataannya memang mengarang saja, karena selain Cantik dia tidak mempunyai teman lain.

"Citra masuk kamar ya, momi!" Ucap citra segera beranjak pergi.

Mata neneknya terus mengikuti arah kepergian citra saat itu. Niatnya memang ingin pergi ke kamar citra mengikuti.

"Kamu selesaikan ini!" Ucap nenek citra pada menantunya, lalu kemudian pergi tanpa mengatakan akan kemana selanjutnya.

Berjalan hati-hati dengan setiap sisi ruangan yang tidak lepas dari perhatiannya itu.

Setelah berada di depan pintu kamar citra buru-buru diketuknya dari luar.

Pintu ternyata tidak dikunci dari dalam, artinya citra sudah membiarkan Neneknya sukarela untuk masuk ke dalam kamar.

"Kau terlihat gelisah dari tadi. Ada apa?" Tanya neneknya cemas.

citra menggelengkan kepala, dia berpikir apakah baik untuk bertanya pada neneknya?

"Katakan saja! Kenapa jadi ragu seperti itu?" Selidik neneknya, memaksa citra untuk mengatakannya.

Citra menarik napas, meyakinkan lagi apa yang harus dia katakan sekarang, dan hal itu adalah yang terbaik dengan menceritakannya.

Citra menatap mata nenek dengan serius, begitupun sebaliknya membalas tatapan citra.

"Dalam satu Minggu ini. Sebenarnya, satu Minggu ini apa yang terjadi?" Citra gugup ketika mengatakannya.

Tapi seperti ada yang disembunyikan. Neneknya tidak begitu khawatir ketika Citra bertanya seperti itu.

"Kau pingsan dan koma dalam seminggu. Citra dirawat di rumah dan kemarin Citra bangun dengan sendirinya lalu pergi ke kampus. Nenek beluk sempat menceritakan apapun." Jelas neneknya sambil mencari-cari makna dan respon yang diperlihatkan citra.

Tapi sepertinya respon citra bukanlah yang diharapkan nenek. Citra tampak mematung dan terdengar berat menerima kenyataan bahwa dia koma, pingsan dalam seminggu? Mengapa harus terjadi seperti itu.

"Jangan terlalu dipikirkan sayang! Kamu baik-baik saja. Jangan dipikirkan lagi ya! Lihatlah sekarang, kau sudah sehat kembali." Ucap neneknya.

Namun kata-kata nenek tidak cukup membuat citra bergeming saat itu.

"Sekarang kau tidur nyenyak!" Ucap neneknya sambil mematikan lampu.

Namun sesuatu yang tidak disadari citra, neneknya sudah menaburkan garam besar di pintu kamar, ada sesuatu yang dia simpan dari kantong hitam yang di simpan di kamar juga tanpa sepengetahuan Citra.

Di belakang Citra neneknya tampak ketakutan. "Mudah-mudahan obat biusnya tidak terlalu berefek tinggi." Batin neneknya menyalakan dupa aroma di kamar citra.

"Yang terpenting citra harus melupakan segalanya. Biar semua ritual untuk penjagaannya berjalan lancar." Batin neneknya sambil menutup pintu setelah berhasil melakukan satu langkah rencananya.

Citra yang sudah terlihat mengantuk karena pengaruh aroma dupa itu kini dia benar-benar tertidur pulas.

Terpopuler

Comments

Tiara Andini

Tiara Andini

paling syuka ceritanya beda dari yang biasa aku baca, gak bisa ditebak bikin penasaran

2024-08-04

0

Tiara Andini

Tiara Andini

curiga sama si neneknya

2024-08-04

0

Nur nuryani

Nur nuryani

menghantui si asih 👻

2024-07-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!