Kebakaran ...
Kebakaran...
Kebakaran....
Warga berhamburan keluar dari rumah, wajah-wajah panik ketika melihat api yang sudah berada di ujung pohon, suara tangis ketakutan anak-anak menambah suasana yang semakin mencekam. Keributan terdengar memancing seluruh warga untuk datang ke lokasi terdekat kebakaran. Semuanya panik dan hampir kondisi tak terkendalikan. Satu sama lain saling mencari memastikan anggota keluarganya selamat.
"Pak Ustad. Kemana Pak RT?" Seorang perempuan datang memburu kedatangan Pak ustad dengan warga yang melakukan solat dan mengaji bersama di mesjid tadi.
"Innalilahi..." Ucap Pak Ustad.
"Pak Bari dan Pak RT tadi bukannya pergi ke desa sebelah kan?" Pak Samsul tiba-tiba bicara di hadapan istri Pak RT yang sudah tidak bisa tenang. Mendengarkan penjelasan Pak Samsul langsung membuatnya histeris. "Pak Ustad! Suami saya! Suami saya!" Sambil histeris menangis memegangi sorban Pak Ustad.
"Cepat padamkan apinya!" Sambil bicara berusaha memberitahu warga yang masih tampak syok melihat api melahap habis pohon. Raut wajah Pak Ustad memperlihatkan bagaimana situasi yang sudah terjadi, termasuk kondisi dua orang yang tadinya pergi. Tak kunjung mendapatkan jawaban Pak Ustad, istri dari Pak RT langsung pingsan di tempat. Buru-buru yang lainnya memburu istri dari Pak RT cepat mengevakuasinya ke mesjid.
Sudah diingatkan seperti tadi, akhirnya semua warga bahu membahu memadamkan api dengan alat seadanya.
"MUNDUR!!" Teriak salah seorang warga sambil berlari menjauh, reaksinya diikuti warga lain juga dengan panik.
Duuaagghh.... Sebuah pohon jatuh di depan mata semuanya. Beruntung semuanya selamat karena berhasil menghindar.
Semua pasang mata melihat api yang semakin lama semakin besar, seperti tidak ada harapan untuk padam.
Wajah bingung dan pasrah tampak menjadi keputusan sulit untuk warga di sana. Masalahnya bukan hanya jumlah mereka yang sedikit, tapi juga tidak ada alat yang bisa memadamkan api sebesar itu.
"Bagaimana Pak RW? Pak Ustad?" Ucap Pak Parto yang berlari tadi.
Semuanya bingung, ditambah suasana semakin kacau.
"Selamatkan semua barang berharga dari rumahnya masing-masing. Kita akan pergi bersama." Keputusan Pak Ustad didengarkan baik oleh semuanya.
"Dengarkan! Perhatian! Untuk seluruh warga secepatnya membawa barang berharga dari rumahnya masing-masing. Kita akan pergi secepatnya sebelum api membakar habis hutan!" Pak Samsul mengumumkan dengan suaranya yang lantang dan bisa terdengar oleh semuanya.
Setelah pengumuman diperdengarkan kemudian tangis histeris warga terdengar semakin jelas. Pasti tidak akan ada yang rela meninggalkan rumah dan tempat kelahiran karena insiden besar terjadi.
"Cepat!" Pak Parto bergerak cepat menolong nenek-nenek yang rumahnya paling dekat dengan kebakaran. Tanpa terkecuali, semuanya sangat sibuk berlari memburu harta berharga yang bisa dibawa seadanya. Berupa uang ataupun perhiasan yang ringan.
"Pak Ustad!" Ucap Pak Tono menyadarkan Lamunan Pak ustad.
Pak ustad menghentikan Tono yang ingin bicara, seolah sadar apa yang akan dikatakannya saat itu. "Sekarang fokus untuk evakuasi warga saja, Kita akan pergi ke desa sebelah melalui rute berbeda." Ucap Pak Ustad.
Mendengarkan Pak Ustad Mang Tono langsung terdiam paham. "Pak Bari, Pak RT. Keduanya di sana kan?" Mang Tono masih bersikeras bertanya.
Pak Ustad sekali lagi menganggukkan kepala tanda mengiyakan.
Tampak puas dengan jawaban Pak Ustad, Mang Tono kemudian pergi membantu warga yang membutuhkan.
Selang 5 menit, di pimpin oleh Mang Tono warga yang sudah berkumpul dipandu untuk segera pergi meninggalkan kawasan yang rentan.
Sedangkan Pak Ustad masih enggan pergi, berdiri cukup jauh dan mengawasi hutan yang sudah terbakar.
"Ayo Pak Ustad!" Ucap Pak Samsul bermaksud mengajak Pak Ustad untuk pergi!
Pak ustad menghentikan ucapan Pak Samsul lagi dengan tangannya. Matanya masih melihat ke arah api. Hanya tinggal Pak Ustad saja yang sedang berdiri dan ditemani Pak Samsul.
"Semuanya sudah pergi!" Ucap Pak Samsul. Selesai bicara saat melihat ke arah mana Pak Ustad memperhatikan, dari arah api itu muncul sesuatu yang membuat mata Pak Samsul terbelalak. Ada sesosok orang keluar dari api besar, datang dan berjalan tanpa ada api yang menyentuh tubuhnya. Pak Samsul terlihat syok tidak percaya ternyata orang yang datang adalah anak Pak Bari. Bukan hanya kejadian takjub itu, namun cara berjalannya menjadi sorotan Pak Samsul. Seperti sosok lain yang datang.
Semakin mendekat, membuat Pak Samsul cepat berjalan ke belakang Pak Ustad.
"Assalamualaikum!" Seru Pak Ustad pada Ahmad.
"Waalaikum salam." Jawabnya dengan suara yang terdengar lain.
"Salam. Hamba Allah dari kaum jin yang diridhai nya. Kami akan meninggalkan tempat ini. Sekarang kau tinggalkan raga anak ini juga!" Ucap Pak Ustad.
"Islam adalah agama ku. Allah adalah tuhanku. Silahkan manusia untuk pergi dari kawasan ini. Raga anak ini tidak bisa kembali normal seperti sedia kala, jika berkenan ijinkan saya mengikuti anak ini." Jawabnya dengan suara Ahmad.
"Dunia kita berbeda, sebaiknya kau tetap di dunia mu dan jangan ganggu anak ini!" Ucap Pak Ustad.
"Saya sudah berjanji untuk membawa anak ini, saya berhutang budi pada leluhurnya."Jawabnya. Kemudian tampak tubuh Ahmad lemas jatuh ke tanah.
"Cepat pak Samsul kita pergi!" Ucap Pak Ustad.
Pak Samsul ketika melihat Pak ustad yang akan membawa Ahmad seketika dia merasa enggan dan takut. "Istighfar pak. Tidak ada manusia yang sempurna. Kita harus saling tolong menolong!" melihat Pak Ustad yang tulus, seketika hati Pak Samsul tergerak untuk mengangkat tubuh Ahmad. Bersama Pak ustad akhirnya Ahmad dibawa keduanya untuk pergi.
Tanah kelahiran hanya menjadi kenangan saja, setelah kejadian tidak ada satupun warga yang berani untuk kembali. Meskipun api sudah padam dan pertolongan datang, tapi semuanya tidak ada yang mau untuk kembali.
Meski keputusan warga terdengar seperti kabar baik, karena dari awal Pak Ustad memang bermaksud untuk memberitahu dan meminta persetujuan warga untuk meninggalkan desa sebelumnya, dan pak ustad tidak mengenal kesulitan untuk membuat warga mendengarkan. Namun di sisi lain yang baik, kabar buruknya adalah kabar duka yang harus cepat diumumkan pada semuanya. Kabar dugaan kematian Pak Bari dan Pak RT, masalahnya harus ada yang memastikan apakah benar keduanya tidak selamat. jika kemungkinan besarnya memang ia, warga juga harus ikut melakukan pencarian jasad Pak RT dan Pak Bari yang dimungkinkan terbakar bersama hutan.
Perlu banyak waktu untuk memulihkan trauma warga, Pak Ustad tidak mungkin membiarkan warganya yang sudah trauma harus dipaksa untuk datang lagi ke tempat yang bagi mereka adalah ketakutannya.
Akhirnya keputusan diambil, dan pencarian dua orang korban diserahkan sepenuhnya ke tangan pihak yang berwenang. Sementara warga yang menjadi korban kebakaran dan selamat, direncanakan akan mengungsi ke tempat yang lebih layak juga aman. Semuanya tanpa terkecuali, pergi ke kota ke tempat yang sudah disediakan pemerintah, mungkin awal bagi semuanya juga harus bisa tinggal di sana.
Ahmad yang sudah menjadi orang linglung, dia seterusnya manut pada Pak Ustad, pergi ke pesantren dan tinggal di sana.
####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Tiara Andini
kira-kira ini jin yang bikin ritual sama ayahnya bukan ya
2024-08-04
0
Tiara Andini
asli GK kebayang jadi istri pak RT 😢
2024-08-04
0
Mitsuki
s ahmad itu si Anton mungkin ya. ini muncul dg sosok berbeda
2024-07-29
0