"Terimakasih ya udah anter gua pulang sampai rumah." Ucap citra. Netranya masih berusaha menatap beberapa kali ke arah Andre yang terus memalingkan wajah.
Andre tampak canggung, tidak balik memperlihatkan sorot matanya, hanya menjawab ucapan citra dengan sebuah anggukan.
"Dre?" panggilnya. Citra ingin bicara lebih banyak. Tapi sepertinya Andre tidak sependapat. "Ada yang salah ya?" Tanya citra.
Andre cepat berbalik dan berhasil menangkap netra Citra yang serius melihatnya. "Gak ada Ra" Jawabnya gugup. "Gua pamit pulang saja ya." Tanpa menunggu jawaban Citra, dia buru-buru bersiap untuk pergi.
"Andre!" Panggil citra menghentikan. "Tapi, gua takut sih, Lu bisa tinggal dulu di sini kan sampai Bunda dan nenek pulang." Pinta citra meski terdengar lancang.
Andre nampak menarik napas dalam, dia canggung karena belum pernah sampai mengantarkan seorang perempuan ke rumahnya, apalagi harus tinggal berdua saja. "Yasudah ra. Gua temenin dulu." Jawab Andre meski berat hati.
Alasan lain yang tidak bisa membuatnya tetap tinggal adalah Citra sendiri. Dia melihat setiap keanehan yang dibicarakan orang-orang tentang Citra. Sekarang terlihat jelas. Citra sangat ketakutan, entah apa yang dilihatnya karena setiap kali melihat citra pasti saja bulu kuduk nya langsung berdiri.
Alasan Andre tidak seperti yang lain, menjauhi Citra karena sebuah rumor belaka, alasannya hanya karena Cantik. Andre adalah teman baik Cantik, dan citra teman dekat Cantik.
Citra diam saja, batin dan pikirannya masih bergelut tentang cantik. Seperti tersambar petir di siang hari, dia belum bisa menerima kabar kematian cantik. Apalagi kejadian tadi siang, dia tidak menyangka jika Cantik benar sudah meninggal seperti yang dikatakan orang-orang. Tidak mungkin orang-orang berbohong kan? Tapi kejadian di perpus?
Pikirannya terhenti lagi, tidak ada yang bisa dicerna baik dan diartikan jelas oleh otaknya.
Satu hal yang tidak dia tahu, mengapa kabar kematian Cantik dia sampai tidak tahu? Tidak pernah mendengarnya, padahal dia temannya kan?
"Ra!" Panggil Andre yang mengagetkan. "Kenapa? Ngelamun kan?" Tanya Andre hati-hati. Padahal dia juga tidak baik-baik saja, semakin lama tinggal di rumah Citra dia merasa semakin tidak nyaman. Ketika mengamati sekeliling, matanya terus terjaga, ditambah lagi terus melihat citra melamun, jangan sampai Citra kesurupan.
"Jangan melamun terus!" Andre memperingatkan karena citra tidak banyak bicara saat itu.
"Gak Kok Andre! Beneran!" Yakin citra.
"Ngomong-ngomong masih lama gak itu momy kamu?" Andre bertanya tentang ibu dan nenek nya.
"Oh ia, bentar aku mau tanya dulu!" ucap citra mulai melanjutkan mengetik pesan ke neneknya.
"Cit. Ngomong-ngomong lu seminggu ini gak masuk kampus kan." Ucap Andre. "Kenapa?"
Seketika pernyataan Andre langsung membuat citra terdiam, dia baru tahu ternyata sudah seminggu ini dia tidak masuk kampus, apakah itu alasannya dia jadi tidak tahu tentang kematian Cantik? Lalu selama satu Minggu ini dia kemana?
Citra bingung karena dia sendiri tidak merasa sudah meninggal kampus selama satu Minggu.
"Gak ada apa-apa kok Ndre. Aku sibuk sih seminggu ini. Biasa, momi sama nenek aku tuh ada kesibukan di toko, jadi aku gantian jagain." Alibinya meyakinkan Andre.
"Oh gitu ya." Balas Andre.
"Andre bentar lagi kok nenek gua pulang. Terimakasih banget ya udah anterin gua. Tapi." Ucap citra menggantung, menjadi pertanyaan andre. "Tapi jangan bilang-bilang kejadian di kampus." Citra melanjutkan lagi.
"Oh soal itu. Tenang kok, aman!" Ucap Andre.
"Kalau mau pulang yasudah gak apa-apa kok. Tapi gua ikut ya sampai warung depan, gua nunggu di depan aja." Citra rupanya enggan tinggal di rumah sendirian.
"Udahlah kalau gitu nanti nungguin nenek mu pulang dulu. Ngapain nunggu di warung." Andre menolak permintaan citra, tapi sebenarnya Andre sudah tahu jika citra saat itu sedang ketakutan, Andre sekarang bisa yakin jika apa yang diceritakan Cantik tentang citra adalah benar.
"Wah jadi gak enak gini. Beneran gak apa-apa nih?" Citra menegaskan lagi.
"Ia gak apa-apa nyantai aja." Jawab Andre. beruntungnya karena Andre memperdulikan citra.
Setelah percakapan seterusnya dua orang yang duduk di ruang tamu dengan pintu terbuka, kini masing-masing mulai sibuk dengan hp.
Andre sesekali melihat sekeliling rumah, sesekali lagi melihat layar Hp untuk mengusir bosan. Namun ada sesuatu hal yang cukup menarik perhatian Andre, setelah melihat potret album keluarga Citra dia melihat ada seorang lelaki di sana, namun nampak berbeda tidak mirip dengan anggota keluarga yang lain, seorang tampak menatap kosong di Poto dengan ekspresi yang berbeda dari semuanya. Lelaki dengan warna kulit khas orang berkulit hitam, jika semakin teliti lagi dilihat Andre merasa itu bukan keluarga Citra.
"Kenapa Andre?" Tanya citra penasaran. Secara tidak sengaja citra melihat Andre yang terus memperhatikan album Poto di ruangan itu.
"Penasaran aja, kok aku belum pernah tahu ya sama lelaki yang di Poto itu!" tunjuk Andre pada sosok yang dibicarakan.
"Oh itu, itu ahmad, Mang Ahmad Andre. Dia dari desa kebetulan. Sebenarnya bukan saudara kandung dia yang tinggal sama ua sepuh dari keluarga ku. Bisa dibilang anak angkat." Citra menjelaskannya dengan detail.
Citra juga ikut melihat lagi fotretnya, tapi sesuatu seperti sedang mengingatkannya. Citra merasa ada yang aneh. Mengapa kali ini dia berpendapat jika Cantik dan Mang Ahmad memiliki kemiripan sedikit.
Tapi karena tak ingin pusing, apalagi sampai berpikir apakah mang Ahmad juga dari desa yang sama dengan cantik? Dia tidak ingin tahu masalahnya.
Lagipula mempercayai semua mimpi nya itu hanya menambah masalah. Bukankah hanya menambah perasaan tidak tenang juga? Meski kata-kata cantik membuat dia terusik, merasa terancam, seperti sebuah teror?
"Cit kenapa?" Tanya Andre memudarkan lamunan Citra.
"Dre. Gua bener-bener gak tahu apapun. Gua gak tahu tentang kematian Cantik. Gua sebenarnya gak tahu juga kenapa gua bisa gak ingat apapun satu Minggu ini." Keluh Citra. Dengan setiap cerita anehnya, biasanya Cantik yang selalu menjadi pendengar setia.
Andre menarik napas, menatap dalam-dalam kedua mata Citra. Bukan satu atau dua tahun dia baru mendengarkan cerita Citra, tapi Andre sudah berteman dengannya selama SMA sampai sekarang. "Ra! Lu baik-baik saja kan! Jangan terlalu dipercayai, semua tahayul. Mending kita lupakan semuanya sampai Lu merasa membaik!" Jawab Andre.
Citra masih menangis. "Dre! Gua lihat Cantik. Gua lihat dia dengan keadaan seperti itu." Sambil memperlihatkan rasa sedih yang bercampur dengan ketakutannya. "Cantik memperingatkan Gua! Gua takut dan gak paham apa maksudnya dre! Gua gak mau dre!" Citra menangis lagi.
Entah mengapa Andre tiba-tiba seperti orang yang mengerti dengan apa yang dikatakan Citra tentang Cantik. Andre terus berusaha menenangkan Citra sebisanya.
Padahal hati dan pikiran Andre sendiri juga sedang tidak baik-baik saja. "Ra! Si cantik ditumbalin. Dia datang lebih dulu ke gua. Tapi dia melarang gua buat datang ke rumahnya." Batin Andre.
"Aku mau pergi ke pemakamannya. Kapan kita pergi Dre?" Tiba-tiba citra meminta sesuatu yang terdengar mustahil.
Bayangan Cantik yang jelas memperingatkannya membuat Andre sangat percaya, dia tidak mau terjadi sesuatu dengan dirinya dan keluarganya.
"Udah lah Ra. Kapan-kapan nanti kita pergi ke sana!" Ucap Andre.
Andre tetap menutupi semua yang dia alami pada Citra, dia hanya berharap jika hal seperti itu tidak menjadikannya teror.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Rizik Mustofa bilah
😶
2024-08-04
0
Nur nuryani
si citra penakut banget ya. persis kaya aku😂 gak suka horor tp gak apa nyoba baca novelnya aja
2024-07-29
0
Mitsuki
ceritanya bagus kak... 💪 semangat
2024-07-29
0