Malam itu begitu gelap, seolah-olah langit sendiri menolak memberikan sedikit pun cahaya.
Di pegunungan terpencil, tersembunyi di balik tirai pepohonan lebat dan kabut tebal, terdapat sebuah gua.
Gua itu adalah markas dari Teratai Hitam, organisasi gelap yang ditakuti di seluruh negeri Ethyras.
Api unggun berkobar di tengah ruangan, menerangi wajah-wajah para pemimpin Teratai Hitam.
Bayangan mereka menari di dinding gua, menciptakan suasana yang menegangkan. Di tengah mereka berdiri Roger, seorang penyihir dengan kemampuan luar biasa.
Wajahnya penuh bekas luka perang, matanya menyala dengan kebencian dan ambisi yang mendalam.
Roger adalah seorang pemimpin yang ditakuti sekaligus dihormati oleh para anggotanya.
"Saudara-saudaraku, salah satu dari kita telah tertangkap di perbatasan hutan Rawgle," kata Roger dengan suara berat yang menggema di seluruh gua. "Wilson pasti telah membocorkan rencana kita demi menyelamatkan nyawanya."
Salah satu tetua, seorang penyihir tua dengan mata berkilat penuh emosi, maju dan berbicara, "Biarkan aku saja yang menghabisinya, Ketua. Wilson telah mengkhianati kita."
Roger mengangguk, "Aku serahkan semuanya padamu. Pastikan dia tidak sempat mengungkapkan lebih banyak lagi."
Para anggota Teratai Hitam mengangguk, tanda kesetiaan mereka terhadap Roger. Malam itu, mereka berkumpul untuk membahas rencana terbesar mereka.
Di hadapan Roger tergeletak sebuah kitab kuno, tertutup debu dan terikat dengan rantai besi yang sudah berkarat.
"Kitab ini, 'Grimoire Maledictus', berisi rahasia kebangkitan Raja Iblis. Dengan kekuatan ini, kita akan menguasai dunia," lanjut Roger, suaranya menggelegar di seluruh ruangan.
Para anggota saling berpandangan, kegelisahan dan antisipasi bercampur menjadi satu. Mereka tahu bahwa kebangkitan Raja Iblis adalah langkah besar yang penuh risiko.
"Namun, untuk melaksanakan ritual ini," lanjut Roger, "kita membutuhkan artefak kuno yang tersembunyi di jantung hutan Rawgle. Artefak ini adalah kunci untuk membuka segel yang menahan Portal Raja Iblis."
Seorang anggota Teratai Hitam dengan jubah hitam dan topeng tengkorak, yang dikenal sebagai Erick, maju dan berbicara, "Tuan Roger, ada rumor bahwa artefak itu dijaga oleh makhluk kuno yang sangat kuat. Namun, kita mungkin bisa menaklukkannya dengan sihir Summoner. Bagaimana kita bisa memastikan artefak itu tidak jatuh ke tangan orang lain?"
Roger tersenyum tipis, menunjukkan deretan gigi tajamnya, "Itulah sebabnya kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Aku sudah mengirim beberapa pembunuh bayaran terbaik kita untuk mengawasi hutan. Namun, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."
Di luar gua, di tengah kegelapan yang pekat, sosok-sosok bayangan meluncur tanpa suara, bergerak cepat menuju hutan Rawgle.
Mereka adalah para pembunuh bayaran yang telah lama dilatih untuk menyusup, mengintai, dan mengeliminasi.
Dipimpin oleh seorang pembunuh legendaris bernama Jack, mereka adalah ujung tombak Teratai Hitam dalam pencarian artefak tersebut.
Jack adalah seorang pria tinggi dengan rambut hitam panjang yang diikat rapi. Wajahnya ditutupi oleh topeng hitam yang hanya memperlihatkan matanya yang tajam dan penuh determinasi.
Setiap gerakannya begitu halus, seolah-olah dia adalah bagian dari bayangan itu sendiri.
"Semuanya bersiap," bisik Jack dengan suara dingin yang nyaris tak terdengar. "Kita masuk ke hutan Rawgle. Ingat, jangan ada yang tertinggal. Teratai Hitam mengandalkan kita."
Dengan gerakan sehalus angin, mereka memasuki hutan yang penuh misteri dan kegelapan. Suara hewan malam dan bisikan angin menambah kesan menakutkan.
Di setiap langkah mereka, ada rasa tegang yang tak terhindarkan, seolah-olah mereka diawasi oleh sesuatu yang lebih tua dan lebih jahat dari sekadar makhluk buas.
Jack berhenti sejenak di tepi hutan, memberikan sinyal kepada kelompoknya untuk berhenti. Ia mengeluarkan peta kuno yang sudah kusut dari balik jubahnya, memperhatikan dengan seksama sambil berbisik, "Kita harus menuju ke tengah hutan. Di sana ada reruntuhan kuil kuno. Artefak itu seharusnya tersembunyi di sana."
Seorang pembunuh bayaran muda bernama Michael bertanya dengan suara pelan, "Tuan Jack, bagaimana kita bisa memastikan tidak ada jebakan di kuil itu?"
Jack menatap Michael dengan mata tajam, "Kita tidak bisa memastikan. Itu sebabnya kita harus tetap waspada. Fokus pada misi dan jangan sampai terpecah."
Michael mengangguk, dan kelompok mereka melanjutkan perjalanan, menyelinap melalui kegelapan hutan Rawgle yang semakin pekat. Saat mereka mencapai reruntuhan kuil, suasana semakin mencekam.
Batu-batu besar yang tertutupi lumut, patung-patung dewa yang telah rusak, dan akar pohon yang menjalar di mana-mana memberi kesan bahwa tempat ini telah lama ditinggalkan.
Jack memberikan instruksi terakhir sebelum mereka masuk, "Tetap dalam formasi. Siapkan senjata kalian. Kita tidak tahu apa yang menunggu di dalam."
Mereka memasuki kuil dengan hati-hati, menyusuri koridor-koridor gelap yang penuh dengan bayang-bayang. Di dalam, mereka menemukan ruang utama yang dipenuhi dengan artefak dan tulisan-tulisan kuno di dinding.
"Aku menemukannya!" bisik salah satu pembunuh bayaran saat ia melihat sebuah peti kuno yang dihiasi dengan simbol-simbol mistis.
Jack mendekat dan memeriksa peti tersebut. "Ini dia," katanya dengan nada penuh kemenangan. "Artefak yang kita cari."
Namun, saat mereka hendak membuka peti itu, suara gemuruh terdengar dari dalam kuil. Batu-batu mulai berjatuhan, dan sebuah sosok besar muncul dari bayang-bayang, makhluk kuno yang terbangun dari tidurnya.
Monster kuno yang menghadang Jack dan timnya di reruntuhan kuil memiliki penampilan yang menakutkan dan megah.
Tubuhnya besar dan berotot, dilapisi dengan sisik-sisik yang keras seperti batu. Matanya tajam dan berwarna merah menyala, memancarkan aura kejahatan dan kekuatan yang ganas.
Dua tanduk besar menjulang dari kepalanya yang berbentuk seperti kalajengking, mengintimidasi siapapun yang melihatnya.
Cakarnya yang besar dan tajam, setiap satu dari mereka sepanjang lengan monster, merupakan senjata utama yang mampu menghancurkan batu-batu besar dengan mudahnya.
Kulitnya terlihat tua dan bersisik, memberikan kesan bahwa monster ini telah hidup selama berabad-abad di dalam reruntuhan tersebut.
Setiap gerakannya dipenuhi dengan kekuatan dan kecepatan yang menakutkan, mencerminkan potensi bahaya yang besar bagi siapapun yang berani menantangnya.
Monster ini juga memancarkan suara menggeram yang dalam dan menggema di sekitar reruntuhan, menambah kesan keangkerannya.
Meskipun sudah berumur panjang dan tampak seperti legenda yang hidup, kekuatannya masih sangat mematikan, membuatnya menjadi ancaman yang sangat nyata bagi Jack dan tim Teratai Hitam.
"Siapkan diri kalian!" teriak Jack, menarik pedangnya. "Kita tidak sendiri di sini!"
Pertarungan pun dimulai. Di tengah reruntuhan kuil kuno, di bawah bayang-bayang kegelapan, nasib dunia dipertaruhkan.
Mereka harus melawan tidak hanya untuk mendapatkan artefak, tetapi juga untuk bertahan hidup menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.
Dengan mata yang fokus dan napas yang tenang, Jack berdiri di hadapan monster kuno yang menghadang mereka di dalam reruntuhan kuil.
Rasa tegang menggelayut di udara, diiringi dengan desiran angin malam yang masuk melalui celah-celah batu kuno.
Monster itu meloloskan suara mendalam yang menggema di antara dinding-dinding yang runtuh, mengirim getaran melalui lantai batu. "Kalian tidak akan pernah menghentikanku!" desisnya, suaranya mirip dengan gemuruh guntur di kejauhan.
Jack tetap tenang, menggerakkan pedangnya dengan gesit di tangannya. "Kami tidak datang untuk menghentikanmu," kata Jack dengan suara yang tenang namun penuh kepastian, "kami datang untuk menaklukkanmu."
Monster itu melepaskan serangan pertamanya, mengayunkan cakarnya yang besar dengan kecepatan yang mengejutkan.
Jack meloncat ke samping dengan lincah, menghindari pukulan itu dengan selisih waktu yang sempit. "Koordinasi, sekarang!" teriaknya kepada timnya.
Para anggota Teratai Hitam bergerak dengan cepat, mengelilingi monster itu dengan formasi yang terorganisir.
Mereka mengatur serangan mereka dengan hati-hati, mencari celah dalam pertahanan monster yang kuat itu.
Sementara itu, Jack terus menghindari serangan monster dengan gerakan yang halus dan cerdas.
Dia mencari titik lemah, mengamati setiap gerakan monster untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk menyerang.
"Kalian hanya manusia lemah!" pekik monster itu, berusaha memprovokasi tim Teratai Hitam.
Jack tersenyum dingin. "Kami mungkin manusia, tetapi kami memiliki kekuatan yang kalian tidak bisa bayangkan."
Monster itu mengeluarkan teriakan marah dan melepaskan serangan-serangan yang semakin ganas.
Tetapi Jack dan timnya bergerak dengan koordinasi yang sempurna, menghindari setiap serangan dan memberikan serangan balasan yang cepat dan mematikan.
Saat pertarungan mencapai puncaknya, Jack melihat celah yang dia cari. Dengan gerakan yang cepat seperti kilat, dia meluncur maju dengan pedangnya yang berkilau.
Serangannya mengenai titik lemah di bawah lapisan pertahanan monster, menyebabkan rasa sakit yang tajam dan membuat monster itu tersungkur.
Monster itu terjatuh ke tanah, mengeluarkan raungan marah. Namun, kekuatannya mulai memudar, dan kesadarannya tentang situasi mulai pudar.
Jack menatap monster itu dengan mata penuh perasaan. "Kamu telah kalah," katanya dengan suara yang rendah namun tegas. "Sekarang, bersikaplah tenang."
Monster itu merintih, energinya yang kuat mulai terkendali oleh sihir penjinak para penyihir Teratai Hitam yang terampil.
Mereka mengelilingi monster itu, memancarkan energi magis yang mendalam untuk mengendalikan dan menaklukkan makhluk yang kuat itu.
"Kita akan membuatmu menjadi bagian dari kami," kata salah satu penyihir dengan suara yang penuh kepercayaan.
Jack mengangguk, memastikan bahwa proses penjinakan berjalan lancar. "Kita memerlukan semua kekuatan yang dapat kita peroleh untuk misi ini," tambahnya, menyampaikan tekad yang kuat kepada timnya.
Dengan keahlian dan koordinasi mereka, para penyihir Teratai Hitam berhasil menaklukkan monster kuno yang sebelumnya menjadi ancaman besar bagi mereka.
Sihir penjinak mereka bekerja dengan cemerlang, mengubah monster itu dari musuh menjadi sekutu yang setia bagi Teratai Hitam dalam misi mereka yang berbahaya.
Jack menghirup udara dalam-dalam, merasa lega bahwa pertarungan ini berhasil. Dia tahu bahwa mereka masih memiliki banyak tantangan di depan, tetapi kemenangan ini memberi mereka semangat dan kekuatan baru untuk menghancurkan dunia Ethyras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments