Wilson bergerak dengan cepat melalui sisi timur hutan Rawgle, pepohonan tinggi yang menjulang di atasnya menciptakan bayangan gelap yang mengintimidasi.
Skill penjinaknya aktif, menjaga makhluk-makhluk hutan agar tetap berada di tempatnya, jauh dari jalur yang dilaluinya. Setelah pelarian yang berhasil, tujuannya kini hanya satu: kembali ke markas Teratai Hitam.
Namun, saat mencapai bagian terdalam hutan, Wilson melihat sosok pria berdiri di tengah jalan setapaknya.
Cahaya sinar sore samar menerangi wajahnya—itu Eric, salah satu anggota Teratai Hitam. Wilson mendekatinya dengan hati-hati, masih belum mengetahui niat Eric.
“Hai, Eric,” sapa Wilson dengan nada ramah, berharap tidak ada masalah di sini. “Apa yang kau lakukan di sini?”
Eric tidak menjawab dengan kata-kata. Alih-alih, ia mengayunkan tongkat sihirnya, mengirimkan gelombang energi hitam yang berdesir di udara.
"Pengkhianat harus membayar dengan darah!" teriak Eric, wajahnya penuh kebencian.
Wilson terperangah sesaat, namun dengan cepat mempersiapkan diri. "Aku bukan pengkhianat, Eric," balasnya tajam.
Tongkat sihirnya mulai mengeluarkan kilauan bintang yang terang dan lingkaran sihir bercahaya di tangannya. “Tapi jika kau ingin bertarung, aku tidak akan mundur.”
“Jangan berbohong, Wilson,” balas Eric dengan nada dingin. “Kau tahu betul apa yang kau lakukan. Kau telah mengkhianati kami, semua dengan menyebarkan rencana kita!”
Wilson terperangah. Bagaimana mungkin dia dapat mengetahuinya? Batin Wilson.
Pertarungan dimulai dengan sengit. Wilson mengangkat tongkat sihirnya, dan bintang-bintang kecil muncul di sekitarnya, berputar-putar sebelum meluncur ke arah Eric.
"Duar! Duar! Duar!" Setiap bintang membawa kekuatan ledakan kecil yang bisa melumpuhkan musuh dalam sekejap.
Eric berlindung di balik sihir pelindungnya, lalu dengan cepat mengangkat tangannya, mengeluarkan sihir hitam yang pekat dan menakutkan.
Gelombang energi hitam berbaur dengan bintang-bintang terang Wilson, menciptakan letupan cahaya dan kegelapan di antara mereka. Masing-masing serangan memekakkan telinga dan menerangi hutan dengan kilatan magis.
“Kau tidak mengerti, Eric!” teriak Wilson sambil meluncurkan lebih banyak bintang. “Aku tidak pernah bermaksud mengkhianati kita. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi.”
“Lelucon!” Eric balas dengan serangan sihir hitam yang lebih kuat. “Kau tidak bisa membohongi aku. Aku mengetahui semua sifat busukmu, dan aku juga tahu kau ingin melakukan kudeta dengan ketua.”
Wilson berusaha menjaga fokusnya, mengendalikan bintang-bintangnya agar terus menghujani Eric.
Namun, Eric juga tidak kalah cerdik, menggunakan sihir Black Hole untuk menyerap sebagian serangan Wilson dan membalikkan energi tersebut kembali ke arah Wilson.
“Dengar aku, Eric,” kata Wilson dengan suara tegas, menghindari serangan-serangan Eric. “Ada konspirasi di dalam Teratai Hitam. Aku punya bukti. Kita tidak bisa terus saling bunuh tanpa mengetahui kebenarannya.”
“Tutup mulutmu!” Eric berteriak, meluncurkan serangan terakhir yang penuh kebencian. “Aku tidak peduli dengan pembenaranmu!”
Wilson mengerahkan seluruh energinya untuk menghalau serangan Eric, namun kekuatan kegelapan Eric terlalu besar.
Sihir hitam itu menyelimuti Wilson, melumpuhkan tubuhnya. Dia terjatuh ke tanah, tubuhnya terasa berat dan sulit untuk bergerak.
Eric mendekatinya dengan langkah lambat, tatapannya penuh kebencian dan kepuasan. “Inilah nasib pengkhianat,” katanya dengan nada dingin. “Kau seharusnya tidak pernah kembali.”
Wilson, terengah-engah dan terluka parah, mencoba berbicara. “Eric... dengarkan aku... ini bukan seperti yang kau pikirkan...”
Eric menatapnya dengan dingin. “Kata-katamu tidak ada artinya lagi, Wilson. Kau akan mati di sini, dan aku akan memastikan tidak ada yang tahu keberadaanmu.”
Dengan kekuatan terakhirnya, Wilson mengangkat tangannya, mencoba memanggil satu bintang terakhir. Tapi kekuatannya habis, dan dia hanya bisa terbaring lemah di tanah.
Eric berbalik, meninggalkan Wilson yang terluka parah di tengah hutan. “Selamat tinggal, Wilson,” katanya tanpa menoleh. “Kau tidak akan pernah kembali ke Teratai Hi....” Ucap Eric terputus karena dia merasakan kehadiran seorang.
Tiba-tiba, aku merasakan tatapan tajam yang menghujam. Eric, dengan mata penuh amarah, menyadari keberadaanku.
Aku yang sedari tadi mengikuti Wilson dan bersembunyi untuk memperhatikan keadaan akhirnya ketahuan. Dengan langkah besar, Eric mendekatiku, wajahnya memerah penuh kemarahan.
"Kau! Keluar dari sana!" teriak Eric. Suaranya menggema di tengah hutan yang sunyi.
Dengan enggan, aku keluar dari persembunyian. "Apa yang kau lakukan di sini?" lanjut Eric dengan nada menuduh.
Aku menegakkan tubuhku dan menatapnya langsung. "Tujuanku adalah menangkap kembali Wilson. Aku hanya ingin dia dikembalikan kepadaku," kataku dengan tegas.
Eric tertawa terbahak-bahak, suara tawanya bergema di udara malam yang dingin. "Sungguh luar biasa. Musuhku datang sendiri ke hadapanku. Kini aku bisa mengorek semua informasi darimu!" katanya dengan senyum sinis.
Tiba-tiba, Wilson, yang terpuruk di dekat sana, berteriak dengan lemah. "Aku akan ikut denganmu, dan membocorkan seluruh informasi, asalkan kau dapat membunuh dia." Ucap Wilson lemah sambil menunjuk ke arah Eric.
Aku menatap Wilson dengan penuh curiga. "Untuk apa aku membantu musuhku?" ucapku dingin.
"Aku benci Teratai Hitam yang telah mengkhianatiku dan membuangku," katanya dengan suara serak.
Eric tertawa lagi, kali ini lebih keras. "Oh, sungguh ironis. Pengkhianat yang berbicara tentang kesetiaan. Kau tidak lebih dari sampah yang tak berguna," cibirnya.
Aku tidak mudah diperdaya, dan aku tahu ini mungkin jebakan. Tapi yang terjadi selanjutnya membuatku terkejut.
Dengan penuh tekad, Wilson meraih belati kecil dari saku bajunya dan melukai telapak tangannya. Darah mengalir, dan dia mengikrarkan janji darah.
"Dengan darah ini, aku berjanji untuk melawan Teratai Hitam dan semua yang mendukungnya. Aku akan menggunakan kekuatanku untuk membantu pasukan pertahanan, dan kau yang menjadi saksi dari sumpahku," ucap Wilson dengan suara yang gemetar namun tegas.
Seketika darah milik Wilson melayang di udara, lalu menempel di atas tanganku, membuat sebuah tato berwarna merah darah.
Aku terkejut. "Hei, apa yang kau lakukan?" ucapku panik.
Wilson tersenyum. "Ini adalah sebuah janji kesetiaanku. Apabila aku melanggar janji, maka kematian akan menjadi pertanggung jawabannya," ucapnya dengan penuh keyakinan.
Melihat kesungguhan dan pengorbanan Wilson, aku akhirnya memutuskan untuk mempercayainya.
Dengan membantu Wilson, aku tahu ini mungkin satu-satunya cara untuk mengalahkan organisasi misterius. "Baiklah, aku akan membantumu," kataku sambil mengulurkan tangan kepadanya.
Pertarungan sengit pun tak terelakkan. Eric merapalkan mantra dan menyerang dengan brutal. Aku mengayunkan tombakku dengan keahlian yang terlatih, setiap serangan Eric berhasil kutangkis dengan tombak.
"Duar!" Sihir milik Eric meledak di udara karena tebasanku. Aku terkejut, tidak menyangka ternyata tombak ini memiliki kemampuan anti sihir.
Eric menatapku dengan wajah pucat. "Ini tidak mungkin, kan?" ucap Eric terkejut karena sihir miliknya bisa ditebas dengan tombak tua itu.
Di sisi lain, Wilson mulai mengucapkan mantra, memanggil kekuatan sihirnya dengan sisa-sisa kekuatannya. Bola-bola api kecil muncul di udara, melayang dan menyerang Eric dengan kecepatan tinggi.
Eric terpaksa mundur beberapa langkah, menghindari serangan sihir Wilson. "Kalian berdua sungguh menyebalkan!" teriaknya, lalu melompat maju dengan menyerang dengan sihir yang mematikan.
Aku menangkis serangannya dengan menebas sihir dengan tombakku. "Duar!" suara logam bertemu sihir menggema di udara.
Wilson mengangkat tangannya ke udara, menciptakan dinding energi yang melindungi kami dari serangan Eric. "Kita harus bekerja sama!" teriak Wilson kepadaku.
Di tengah pertarungan, Wilson menggunakan kemampuan penjinaknya. Dengan satu gerakan tangan, ia memanggil hewan-hewan hutan untuk membantu kami
Seekor serigala besar muncul dari bayang-bayang, menyerang Eric dari samping. Eric terkejut, terpaksa menangkis serangan serigala itu dengan sihir pelindungnya.
"Bagus, Wilson! Lanjutkan!" teriakku sambil mengayunkan tombak ke arah Eric, memaksanya untuk mundur lebih jauh.
Eric menggeram, matanya menyala penuh kemarahan. "Kalian pikir bisa mengalahkanku dengan mudah?!" Ia mengumpulkan kekuatan terakhirnya, bersiap untuk serangan terakhir.
Wilson dan aku bertukar pandang, tahu ini adalah momen yang menentukan. Dengan satu gerakan cepat, Wilson melancarkan serangan sihir terkuatnya, menciptakan gelombang energi yang menyelimuti Eric.
Aku memanfaatkan kesempatan itu, melompat maju dan menghujamkan tombakku ke arah Eric. Eric melawan dengan segala kekuatannya, tapi serangan kami terlalu kuat.
"Ini untuk semua pengkhianatanmu, Eric!" teriak Wilson sambil mengerahkan seluruh kekuatannya. Eric jatuh tersungkur ke tanah, tak berdaya.
Namun, pertarungan belum berakhir. Eric mengeluarkan sebuah benda misterius dari saku jubahnya dan menghantamkannya ke tanah. "Duar!" Ledakan besar terjadi, memisahkan kami. Aku terlempar jauh, tetapi dengan cepat bangkit kembali.
Wilson terperangkap di balik dinding api yang diciptakan Eric. "Aku akan menghancurkan kalian semua!" teriak Eric dengan penuh kebencian.
Aku menatap api dengan cemas. "Wilson, kau baik-baik saja?" teriakku.
Wilson berdiri di balik api, luka-luka di tubuhnya mulai terlihat. "Aku tidak akan menyerah!" katanya, lalu melompat ke dalam api, tubuhnya dikelilingi oleh aura magis.
Dengan pengorbanan besar, Wilson menyerap api itu ke dalam dirinya, mengubahnya menjadi kekuatan sihir yang dahsyat. Dengan serangan terakhir, dia menghantamkan kekuatan itu ke arah Eric, mengakhiri pertarungan dengan ledakan cahaya yang membutakan.
Ketika debu dan asap mulai mereda, aku berlari ke arah Wilson yang terbaring lemah di tanah. "Wilson, kau luar biasa," kataku sambil membantunya berdiri.
Dengan napas tersengal-sengal, kami berdiri di atas tubuh Eric yang tak berdaya. Aku menatap Wilson, yang kini menjadi sekutu tak terduga. "Kita berhasil," kataku dengan suara lega.
Wilson mengangguk, matanya penuh determinasi meskipun tubuhnya lemah. "Ini baru permulaan. Masih banyak yang harus kita lakukan."
Kami berdua tahu, perjalanan ini belum berakhir. Tapi untuk saat ini, kami telah memenangkan pertempuran.
Aku menggendong Wilson di pundakku. Aku mengambil gulungan sihir teleportasi yang diberikan Kak Silvia, lalu mengiris tanganku untuk mengaktifkan gulungan itu.
Seketika cahaya putih menyelimuti tubuh kami, aura terpancar semakin kuat. Tubuh kami melesat bagaikan cahaya dalam sekejap menuju Kamp Pertahanan.
"Ini tidak akan mudah," kata Kak Silvia setelah mendengarkan penjelasanku. "Tapi kita harus bersiap. Teratai Hitam tidak akan tinggal diam."
Aku mengangguk, menyadari bahwa pertempuran ini hanya permulaan dari perjuangan panjang yang akan datang.
Bersama Wilson dan pasukan pertahanan, kami harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman yang lebih besar dari Teratai Hitam.
Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat, aku yakin kami bisa mengatasi segala rintangan di hadapan kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
eA
up nya lama sekalinya up langsung belasan chapter
2024-06-30
0