Di sana, di Aula Kebangkitan , sudah berkumpul banyak orang, termasuk anak-anak lain yang juga menantikan kebangkitan mana mereka.
Saat Aku dan Kak Silvia tiba di Aula kebangkitan, Aku merasa jantungku berdebar kencang. Aku turun dari kuda dan berjalan ke kursi yang telah disiapkan.
Para penyihir tua dengan jubah panjang dan tongkat berkilauan berdiri di sekitar, siap memandu upacara.
Salah satu penyihir tua bediri. "Kami ucapkan selamat bagi anak-anak ku yang kini akan mendapatkan kebangkitan mana." Ucap penyihir tua itu dangan senyumnya yang merekah.
Beberapa anak diperintah maju kedepannya untuk mengecek mana yang dia miliki. Mereka meletakkan tangan mereka diatas bola batu mana sebagai pengukur elemen mana.
Apabila batu itu berwarna biru maka, akan mewarisi kekuatan Air, kemudian kalau coklat maka, akan mewarisi kekuatan tanah, kemudian merah maka, akan mewarisi kekuatan api, apabila putih maka, akan mewarisi kekuatan angin.
Sedangkan untuk mengukur jumlah kapasitas mana anak-anak akan diperintah untuk memasuki ruangan gelap, apabila Aura mana tersebut keluar dari tubuhnya dengan sinar yang terang maka kapasitas mananya besar.
Aku merasa gugup namun juga penuh harapan. Sejak kecil, Aku selalu bermimpi tentang hari ini.
Di sekelilingku, teman-teman dan kenalan satu per satu merasakan getaran pertama dari kekuatan yang mengalir dalam tubuh mereka.
Wajah-wajah yang semula tegang berubah menjadi penuh kebahagiaan dan kegembiraan pada diri mereka.
Aku memegang erat tangan Kak Silvia. "aku merasa sangat gugup. Apakah ini normal?." Tanyaku untuk menenangkan diri.
Kak Silvia menatapku."Tentu saja, Edward. Semua orang merasa gugup sebelum tes elemen mereka. Tapi ingat, ini adalah momen penting yang akan membantumu memahami dirimu lebih baik." Ucap Silvia setelah tangan dingin Edward memegangnya karena gugup.
"Aku tahu, tapi aku tidak tahu apa yang harus aku harapkan. Bagaimana rasanya ketika aliran mana mengalir pada tubuh Kak?." Tanya ku bingung.
" Setiap orang merasakannya berbeda-beda. Yang penting adalah tetap tenang dan fokus pada dirimu sendiri. Elemen mana yang akan terungkap adalah bagian dari dirimu yang alami." Ucap Silvia.
" Apa yang terjadi jika aku tidak memiliki elemen yang kuat?." Tanya ku.
" Semua orang memiliki elemen, Edward. Mungkin ada yang lebih kuat dalam satu elemen daripada yang lain, tapi itu tidak berarti kamu kurang berharga. Setiap elemen memiliki kekuatannya sendiri, dan bagaimana kamu menggunakannya yang paling penting." Terang Silvia
Aku berdiam merenungi setiap perkataan Kak Silvia. " Terima kasih, Kak. Aku merasa sedikit lebih tenang sekarang. Apa ada saran terakhir sebelum aku masuk?." Tanyaku untuk menghilangkan rasa ragu-ragu pada diriku.
Kak Silvia mengelus rambutku. "Pastikan untuk bernapas dalam-dalam dan rileks. Percayalah pada dirimu sendiri dan biarkan elemenmu mengalir dengan alami. Ingat, ini tentang dirimu, bukan tentang orang lain." Ucap Silvia untuk memotivasiku.
Aku menatap lama wajah Kak Silvia, Dia bagaikan ibu kandungku yang selalu memberikan motivasi dan saran kepada anaknya.
" Baik, Kak. Aku akan berusaha. Terima kasih banyak atas dukungannya." Ucapku sambil mengepalkan tangan.
"Tentu saja, Edward. Aku selalu ada di sini untukmu. Semoga berhasil, dan ingat, tidak peduli apa hasilnya, aku bangga padamu." Ucap Kak Silvia Lalu memelukku erat sekali.
Tanpa kusadari air mata mengalir membasahi pipiku. "Terima kasih, Kak Silvia. Aku akan ingat itu." Ucapku sambil mengusap air mata.
“Edward Briar dari desa Hougwe,” panggil salah satu penyihir dengan suara dalam dan penuh wibawa.
Setelah sekian lama aku menunggu dengan kecemasan, kini saatnya a ku untuk menaiki Altar Kebangkitan.
Kakiku berjalan pelan menaiki Tangga, Jantungku berdetak kencang tidak terkendali, aku memasuki Altar Kebangkitan.
"Edward Hari ini adalah hari kebangkitan manamu. Siapkah kamu untuk menerima kekuatan yang telah diberikan alam semesta kepadamu?”
Edward mengangguk dengan penuh keyakinan. “Siap,” jawabnya.
Aku meletakkan tanganku diatas bola mana untuk mengukur elemen yang kumiliki.Dengan demikian, upacara dimulai.
Cahaya biru lembut mulai menyelimuti tubuhku, dan aku merasakan kehangatan yang luar biasa mengalir melalui diriku.
Semua orang menahan napas, menunggu dengan penuh harap. Tiba-tiba cahaya hitam bercampur merah mulai merasuki tubuhku.
" Arrggggggghh!!!." Aku berteriak tidak mampu menahan rasa sakit
Tubuhku terasa sangat panas seakan-akan mulai terbakar, dadaku sesak dan kesulitan bernafas, pandangan didepanku mulai kabur tidak bisa melihat.
" Apa yang terjadi ini?." Ucap salah satu penyihir bingung dengan kejadian ini.
Penyihir tua mengangkat tongkatnya. " Hentikan cahaya hitam itu, dia adalah Destrover sesosok monster bayangan pemakan mana." Perintah penyihir itu sambil menembakkan sihir, kearah tubuhku untuk membunuh Destrover.
Sekejap Destrover menghilang tanpa jejak bagaikan angin yang berhembus cepat. Suasana Aula Kebangkitan menjadi ricuh karena tanpa disadari Monster Rank S muncul.
Destrover merupakan ancaman terbesar bagi setiap kultivasi mana. Karena dia akan menjadi semakin kuat dengan menyerap aliran mana milik mangsanya.
Bola Mana yang kupegang tidak bercahaya lagi seperti sebelumnya. setelah Destrover merasuki tubuhku, kini aku tidak merasakan lagi aliran hangat yang berada didalam diriku.
Aku mengepal tangan dengan erat. " AGRRRH!!! KENAPA NASIB SELALU SIAL..." Teriakanku terputus karena isak tangisanku.
Air mata mengalir deras membasahi pipiku, Aku menggigit bibirku hingga darah memenuhi mulutku.
Aku memukul-mukul kepalaku berkali karena nasib buruk selalu menghampiri.
Seluruh hadirin merasakan sayatan tajam dari tangisan pilu anak kecil dihadapan mereka, masa depannya menjadi hitam dalam sekejap diusianya yang masih muda.
Kak Silvia segera menghampiri dan merangkulnya erat. "Tidak apa-apa, Edward. Kita akan mencari tahu cara mengembalikan manamu. Sabarlah Edward Aku akan selalu ada di sisimu." Ucap Silvia mencoba menenangkan.
Namun aku tidak mengatakan apapun, tatapanku kosong seakan-akan dunia menjadi hitam tanpa warna.
Masa depan, cita-cita yang tinggi? Itu cuma menjadi lelucon bagiku yang kini tidak memiliki mana sedikitpun.
Meskipun kata-kata Silvia menenangkan diriku, rasa sakit dan kekecewaan didalam hati ini tidak mudah sirna.
*
Aku dan Kak Silvia memutuskan untuk menginap di kota Lingbert, Kak Silvia berharap bahwa waktu dan jarak dari tempat kejadian dapat memberikan ku sebuah ketenangan.
" Ayo kak pulang aja, Nggak perlu menginap lama disini, nanti uang kita habis lo buat perjalanan." Ucapku dengan senyuman.
Aku berusaha keras untuk tidak menunjukkan kekecewaan ku, namun mataku yang kosong tidak bisa menipu Kak Silvia
Malam ini, di sebuah penginapan kecil yang tenang, Aku duduk di jendela kamar ku, memandangi awan mendung menutupi bulan yang bersinar redup di langit malam.
Kak Silvia duduk di sampingku, memegang tanganku erat."Edward," kata Silvia dengan suara lembut,
"Aku tahu ini berat. Tapi, kekuatanmu bukan hanya tentang mana. Kau selalu memiliki hati yang baik dan keberanian yang luar biasa. Itu juga adalah kekuatan."
Aku terdiam, air mata deras mengalir di pipiku. "Kak, aku merasa seperti gagal. Aku ingin menjadi seperti dirimu, kuat dan dihormati. Tapi sekarang... aku tidak tahu harus bagaimana." Ucapku
Kak Silvia mengusap kepala ku, dia menganggap diriku sebagai adiknya, dengan lembut. "Kita akan mencari jalan keluarnya bersama. Apapun yang terjadi, kau tidak sendiri masih ada Aku, Kak Lucy dan Adik-adikmu dipanti Asuhan." Ucap Silvia Untuk menenangkan ku.
Aku menatap Kak Silvia dengan tatapan kosong. " Kak tolong tinggalkan aku sendiri disini." Ucapku dengan berpura-pura senyum.
Silva pun berdiri." Sudah jangan dipikirkan lagi." Ucap Silvia sambil mengecup dahiku, , lalu pergi meninggalkan ku sendiri memandangi awan mendung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
꧁གMSHKཁ꧂
Kasihan banget Edward 😭 padahal dia sudah berharap banget dapat kekuatan. Dasar Destrover sialan😡
2024-06-13
1