Ch. 3 Kota Lingbert

Di tengah hutan yang rimbun dan penuh misteri, Aku dan Kak Silvia menaiki kereta kuda kami dengan penuh antusias.

Aku, yang baru berusia 10 tahun, mengendarai Shadow, kuda hitam yang gagah. Di sampingnya, Kak Silvia dengan anggun menunggangi Misty, kuda putih yang setia.

Hari ini adalah hari yang sangat istimewa bagi ku . Aku akan menghadiri acara kebangkitan mana di kota Lingbert, sebuah tradisi penting yang menandai kebangkitan kekuatan magis dalam diri setiap anak yang mencapai usia 10 tahun.

“Kak Silvia, bagaimana rasanya ketika mana-mu bangkit?” tanya ku dengan mata berbinar-binar. Perasaan hatiku bercampuran antara kegembiraan dan sedikit rasa gugup.

Kak Silvia tersenyum lembut, mengingat kembali pengalamannya sendiri. “Itu adalah momen yang luar biasa, Edward. Rasanya seperti ada energi hangat yang mengalir di seluruh tubuhku, memberikan kekuatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kamu pasti akan merasakannya juga.”

Aku dan Kak Silvia melanjutkan perjalanan melewati hutan Giantu, yang terkenal dengan pepohonannya yang lebat dan jalan-jalannya yang berkelok.

Di sepanjang perjalanan, suara kicauan burung dan gemerisik daun menambah suasana magis hari itu. Aku terus memikirkan tentang kekuatan apa yang akan aku dapatkan.

Selama diperjalanan aku berfikir, Apakah aku akan memiliki kemampuan memperkuat fisik dan bergerak cepat bagaikan assasin, seperti Kak Silvia? Atau mungkin kemampuan menguasai rapalan mantera sihir, seperti yang dimiliki Kak Lucy?

Setelah beberapa jam perjalanan, Aku dan Kak Silvia tiba di sebuah sungai kecil. Kak Silvia memutuskan untuk berhenti sejenak agar kuda-kuda yang kami tunggangi bisa beristirahat dan minum. “Kita punya cukup waktu, Edward. Jangan khawatir, kita akan tiba tepat waktu sebelum upacara dimulai.”

Aku duduk di tepi sungai, menatap bayangannya di air. “Aku berharap kekuatanku bisa membantu orang-orang, seperti Kak Silvia dan Kak Lucy,” Ucapku dengan suara lembut.

“Dan aku yakin kau akan melakukannya, Edward. Kau adalah anak yang luar biasa,” jawab Kak Silvia sambil tersenyum penuh kasih.

Setelah kuda-kuda kita cukup beristirahat, Aku dan Kak Silvia melanjutkan perjalanan.

Hutan semakin lebat, dan cahaya matahari hanya sedikit menembus kanopi pohon di atas kepala kita.

Namun, semangat Ku tak tergoyahkan. Aku tahu bahwa di balik pepohonan ini, masa depannya sedang menunggu.

Namun, tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul sekelompok bandit bersenjata. Mereka terlihat garang dan berbahaya, dengan senyum licik di wajah mereka.

“Berhenti di situ!” seru salah satu bandit dengan nada mengancam. “Serahkan semua barang berharga kalian, dan mungkin kami akan membiarkan kalian hidup.” Ucap pemimpin para bandit sambil menghunuskan pedangnya.

Aku merasakan jantungnya berdegup kencang. Aku melihat ke Kak Silvia dengan wajah penuh ketakutan.

Kak Silvia segera menarik kendali Misty dan turun dari kudanya, berdiri di depanku untuk melindungi.

“Jangan takut, Edward. Aku akan melindungimu,” bisik Kak Silvia dengan tegas sambil mengeluarkan sepasang belati tajam dari kantung dimensi.

Dengan penuh keberanian, Kak Silvia menghadap para bandit. “Kami tidak punya barang berharga yang kalian cari. Biarkan kami lewat, dan tidak akan ada yang terluka.”

Bandit-bandit itu tertawa keras. “Kau pikir kami akan begitu saja melepaskan kalian? Serahkan semuanya, atau kami akan mengambilnya dengan paksa.” Ancam Pemimpin para bandit.

Pemimpin para bandit kemudian memberikan isyarat kepada salah satu anak buahnya untuk menyerang. "Jangan sampai melukai wanita itu, kita bisa bermain-main dengannya nanti." Ucap pemimpin para bandit dengan tatapan mesum melihat ke arah Kak Silvia.

Salah satu bandit mendekati Kak Silvia dengan senjata terhunus. Namun, dengan gerakan cepat dan cekatan, Kak Silvia menangkis serangan itu dan menjatuhkan bandit tersebut.

Kak Silvia menatap tajam ke arah mereka, tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. "Aku hanya ingin melewati tempat ini. Aku tidak ingin ada masalah."

Salah satu bandit tertawa sinis. "Masalah sudah datang padamu, nona! . Kau sudah menyakiti anak buahku!." Ucap pemimpin para bandit dengan penuh amarah.

Kak Silvia menghela napas dalam-dalam, Kak Silvia menyilangkan Belati nya dan memasang kuda-kuda bertarung. "Aku tidak akan menyerah begitu saja," katanya tegas.

Membuat suasana sekitar menjadi sangat dingin dan sesak karena Aura pembunuh menyebar ke segala penjuru hutan.

Pertarungan pun tak terhindarkan. Dengan gerakan cepat, Kak Silvia menghunus belatinya dan menangkis serangan pertama yang datang dari salah satu bandit.

" Traangg - Tiiiiingg!." Denting Belati dan pedang beradu, bergema di udara saat.

 Kak Silvia menunjukkan kemampuannya yang luar biasa. Dia melompat, berguling, dan menyerang dengan presisi yang menakjubkan.

Meskipun dikepung, Kak Silvia tidak kehilangan fokus, dia terus menyerang dan menghindari setiap serangan. Satu persatu bandit tumbang oleh keahlian dan ketrampilan dalam bertarung.

Puluhan bandit, melihat temanya bergelimpangan, maju dengan kemarahan membara. Mereka menyerang dengan brutal, tapi Kak Silvia tetap tenang.

Aku terpesona melihat keberanian dan keterampilan Kak Silvia. Namun, jumlah bandit terlalu banyak, dan Kak Silvia tahu dia harus melindungi Edward dengan cara apapun.

“Edward, cepat! Sembunyilah di balik batu itu!” seru Kak Silvia sambil terus bertarung.

Aku berlari secepat mungkin menuju batu besar yang terletak tidak jauh dari situ. Aku bersembunyi di baliknya, matanku tidak bisa lepas dari Kak Silvia yang berjuang melawan para bandit.

Kak Silvia bergerak dengan lincah, menghindari serangan demi serangan dan mengalahkan beberapa bandit dengan keterampilan bertarungnya.

Namun, jumlah bandit yang banyak membuat situasinya semakin sulit, ditambah Ranah yang dimiliki para bandit berada pada Rana Pasukan setara dengan pasukan elit kerajaan.

Saat Kak Silvia mulai kelelahan, salah satu bandit berhasil menjatuhkan senjatanya. Aku melihat hal ini dengan panik.

Aku tahu aku harus melakukan sesuatu untuk membantu Kak Silvia. Dengan keberanian yang tiba-tiba muncul, Aku keluar dari persembunyian dan mengambil sebuah panah yang dijatuhkan para bandit.

Aku menarik tali busur lalu membidik salah satu bandit yang bersembunyi, siap untuk menusuk kan pedangnya ke Kak Silvia“Jangan berani-berani menyakiti Kak Silvia!” teriakku sambil melepaskan anak panah.

seketika anak panah melesat melewati pepohonan yang menghalangi, lalu menancap di bahu walaupun akurasi panahku jelek, namun dengan keberanianku mengejutkan para bandit.

Tepat pada saat itu, suara derap kuda terdengar mendekat. Sekelompok penjaga dari kota Lingbert datang dengan cepat, dipimpin oleh seorang kapten yang tangguh. “Lepaskan mereka!” teriak sang kapten. Para bandit, yang sekarang kalah jumlah, segera melarikan diri ke dalam hutan.

Penjaga Lingbert segera mengelilingi kita , memastikan kita aman. Kak Silvia menarik napas lega dan memelukku dengan erat. “Kamu sangat berani, Edward. Kamu menyelamatkan kita.”

Aku tersenyum lemah. “Aku hanya ingin membantu, Kak Silvia.”

Kapten penjaga mendekat dan memberi hormat. “Apakah kalian baik-baik saja? Kami mendengar ada keributan dan datang secepat mungkin.”

“Terima kasih, kalian datang tepat pada waktunya,” kata Kak Silvia dengan rasa syukur.

Dengan pengawalan para penjaga, kita melanjutkan perjalanan menuju Lingbert. Aku merasa lega dan bangga telah menghadapi bahaya bersama Kak Silvia.

Aku tahu bahwa acara kebangkitan mana nanti akan menjadi lebih bermakna setelah pengalaman ini.

Perjalanan semakin lancar saat aku dan Kak Silvia mendekati batas hutan. Perlahan-lahan, pepohonan mulai menipis dan kita bisa melihat cahaya terang dari kota Lingbert di kejauhan.

Menara-menara tinggi dan tembok kota yang kokoh menyambut kita dengan pemandangan yang megah.

“Kita hampir sampai, Edward. Siapkan dirimu untuk momen yang akan mengubah hidupmu,” seru Kak Silvia menatapku dengan semangat.

Aku mengangguk dengan penuh antusiasme. Aku dan Kak Silvia memacu kuda-kuda kita menuju Lingbert, melintasi jalanan berbatu yang mengarah ke pusat kota.

Dari kejauhan mataku memandang nampak sebuah bangunan megah dengan hiasan ornamen bebatuan dan pepohonan menambah kindahan.

"Luar biasa." Ucapku dalam hati.

Terpopuler

Comments

꧁གMSHKཁ꧂

꧁གMSHKཁ꧂

Wiihhh Kak Silvia keren banget anjir🤭

2024-06-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!