Xavier membelokkan kendaraannya menuju komplek rumahnya. Begitu berbelok, terlihat tiga orang laki-laki yang mengerumuni sebuah mobil. Dari jarak yang tidak begitu dekat, Xavier melihat dengan seksama apa yang orang-orang itu lakukan. Dan ternyata...
"Sabila," ucapnya panik saat melihat mobil di depannya adalah milik Sabila.
Tanpa pikir panjang, Xavier turun dari mobil untuk membantu istrinya. Saat sudah dekat dengan mobil Sabila, Xavier mengambil tongkat baseball yang tergeletak di jalan, lalu ia bersembunyi dibalik badan mobil. Tidak lama, Xavier mengintip ke arah dua orang laki-laki tadi, dan disaat bersamaan ia melihat Sabila keluar dari mobil dengan keadaan rambut yang sudah acak-acakan.
Lalu, tiba-tiba salah satu dari laki-laki itu menampar wajah Sabila dengan keras, membuat darah di tubuh Xavier seakan mendidih saat melihatnya. Demi apapun, Xavier sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lagi menyakiti Sabila dari segi apapun, dan laki-laki itu berani menyakiti istrinya. Tanpa pikir panjang lagi, Xavier langsung bergerak dan menghantamkan tongkat baseball di tangannya ke leher salah satu laki-laki yang bisa ia jangkau, hingga membuat laki-laki itu tak sadarkan diri.
"Xavier."
Xavier menatap istrinya sendu. Ia lantas menarik sang istri dan membawanya ke belakang punggungnya. Setelah itu, keributan tak terelakkan 'pun dimulai. Xavier membabi buta menyerang dua laki-laki lainnya. Dengan segala kemarahan yang menggerogoti hatinya, tidak ada satupun yang bisa menandingi kuatnya Xavier, hingga membuat tiga laki-laki itu tersungkur tak berdaya di hadapannya.
Merasa belum puas, Xavier menginjak punggung ketiga laki-laki itu bagai anak tangga dan menekannya, hingga menimbulkan jeritan tak tertahan dari ketiganya. Tidak sampai di situ, Xavier kembali menendang wajah ketiga laki-laki itu, hingga mulut ketignya memuntahkan darah segar. Baru saja Xavier akan kembali melayangkan pukulan, Sabila langsung maju dan menahan tangannya seraya menggeleng.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Xavier sembari memeriksa tubuh istrinya. Melihat anggukan wanita itu, membuat Xavier lekas memeluknya dengan erat. "Jangan pernah pergi tanpa izin dariku lagi," ucap Xavier.
"Maaf," Sabila membalas pelukan Xavier tak kalah erat.
"Tidak apa-apa, ayo kita pulang."
Xavier langsung merangkul bahu sang istri menuju mobil. Tidak lupa, tiga laki-laki tak bertanggung jawab itu Xavier serahkan pada pihak berwajib. Xavier akan pastikan bahwa ketiga laki-laki tidak berguna itu akan dihukum berat atas tindakannya.
*
"Aw, pelan-pelan." ringis Sabila.
"Iya, ini sudah sangat pelan, Sayang." Xavier meniup pipi istrinya sembari menempelkan alat kompres untuk membersihkan pipi sang istri. Setelah selesai, ia menyingkirkan alat kompres itu dan memilih memeluk istrinya.
"Tadi kau terlalu lama, aku pikir kau lupa untuk menjemputku dan duluan pulang." ucap Sabila. Untuk pertama kalinya, wanita yang telah resmi menjadi istri Xavier itu berbicara tanpa diminta.
"Maaf, tadi ada sedikit masalah di kantor. Lain kali, kabari aku kalau memang kau akan pulang lebih dulu, jangan gengsi." peringat Xavier.
"Siapa yang gengsi? Aku hanya lupa tadi."
Xavier tersenyum mendengar alasan istrinya. "Apapun alasannya, kau tetap harus mengabariku. ingat, apa yang Mama katakan sebelum dia kembali ke Lampung. Kau harus meminta izin suami sebelum melakukan apapun."
"Iya iya," Sabila mengerucutkan bibirnya kesal.
"sengaja menggodaku?" pancing Xavier.
"Eh? Siapa yang menggodamu?"
"Itu, kenapa kau mengerucutkan bibir begitu kalau bukan untuk menggodaku?" Xavier menaik turunkan alisnya menggoda. Lalu, tangannya bergerak dan menoel perut istrinya, membuat wanita itu terkejut. "Kau ingin menggodaku 'kan? Ayo jujur saja." ucap Xavier lagi.
"Tidak!"
"Iya. Jujur saja, kenapa harus malu."
"Tidak! Kenapa kau ingin sekali aku goda," kesal Sabila.
"Hais! Aku tahu kau sengaja."
Sabila melotot karena kesal. Ia mengambil bantal sofa dan memukulkannya pada Xavier dengan brutal. Bukannya meminta ampun, Xavier justru tertawa kencang dan ikut mengambil bantal lainnya, lalu ikut memukul istrinya.
"Wajahmu merah, Sayang. Akui saja." tampaknya Xavier masih belum puas menggoda istrinya.
Busa bantal sudah bertaburan. Namun, peperangan bantal diantara keduanya masih belum berakhir. Kedua manusia itu justru terlihat menikmati peperangan ini sembari tertawa tanpa beban.
"Sudah-sudah, stop. Baiklah, aku mengaku kalah." ucap Xavier akhirnya.
"Good boy," tanpa terduga, Sabila mengusap kepala Xavier, seakan Xavier adalah anak kecil penurut yang patut ia manjakan. Namun, setelah sadar dengan tindakannya, Sabila segera menarik tangannya dari kepala Xavier. "Maaf," ucap Sabila canggung.
"Kenapa harus meminta maaf? Kau boleh mengusap semua bagian tubuhku kalau mau."
'Kan, laki-laki ini benar-benar menjengkelkan. Barusaja Sabila meminta maaf, kini wanita itu kembali dibuat kesal karena suaminya kembali menggoda dirinya. Tidak smpai disitu saja, Xavier bahkan sampai menarik pinggang Sabila mendekat, hingga membuat jarak antara keduanya sangat dekat.
Cup!
Seakan terhipnotis, Sabila tidak melakukan perlawanan apapun saat Xavier menciumnya. Ia justru terdiam, membuat Xavier semakin berani menciumnya semakin dalam. Suara decapan dari keduanya mengisi ruang tamu kediaman mereka. Hingga saat Xavier akan semakin meakukan lebih, Sabila segera menahan dada Xavier, hingga ciuman keduanya terlepas.
"Kenapa?" tanya Xavier lemah. Tampaknya, laki-laki ini sudah mulai tidak bisa mengontrol dirinya.
"Aku—"
"Maaf," Xavier yang tersadar langsung menjauhkan diri dari istrinya. Ia paham, hubungan keduanya memang kurang baik, mungkin istrinya masih belum bisa menerima dirinya. Xavier bangkit hendak ke kamar mandi, setidaknya ia harus menenangkan sesuatu yang sudah terlanjur bangkit dalam dirinya.
"Xavier," panggil Sabila dengan perasaan bersalah.
"Tidak apa-apa, aku hanya akan ke kamar."
Xavier langsung pergi, meninggalkan Sabila yang terlihat memilin kedua tangannya karena merasa bersalah. Saat ini, Sabila benar-benar tidak merasakan kekesalan pada Xavier seperti sebelum-sebelumnya. Bahkan, dengan kenekatan Xavier menyelamatkannya tadi membuat Sabila sedikit merubah pandangan terhadap Xavier. Setidaknya, ia ingin sedikit bersahabat dengan Xavier selama pernikahan kontrak mereka berlangsung.
Sabila ikut menuju kamar mereka dan duduk di ranjang sembari melihat pintu kamar mandi yang masih belum terbuka. Setelah beberapa menit, terlihat Xavier keluar dari sana dengan wajah yang basah dan helaan napas lega.
Maafkan tulisan gabut ini. Semoga diterima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
charis@ŕŕa
selalu ku terima thor ....
lanjut
2024-06-10
1