Xavier mematikan mesin mobilnya setelah ia sampai di bangunan tua yang tadi dikatakan Aksa. Meski ragu, Xavier akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam bangunan tua yang terlihat gelap itu. Sebelum benar-benar masuk, Xavier menghidupkan senter ponselnya sebagai penerang. Namun, ponselnya langsung dirampas oleh seseorang begitu saja.
"Bos sudah menunggu anda di dalam, masuklah."
Tidak ingin melakukan perlawanan, akhirnya Xavier membiarkan saja ponselnya dirampas. Ia langsung masuk perlahan sembari meraba-raba dinding bangunan tersebut karena ia benar-benar tidak mampu melihat apapun. Hingga akhirnya, setelah sedikit masuk ke dalam bangunan tua tersebut, Xavier melihat satu lilin yang menyala di atas meja.
"Aku pikir kau adalah tipe laki-laki pengecut yang tidak akan menepati janjinya, tapi ternyata kau benar-benar datang." ucap Aksa.
"Aku tidak pernah mengingkari janjiku pada siapapun," balas Xavier.
"Hm, aku tahu itu. Maka dari itu, kau tetap berniat melecehkan adikku saat itu demi menepati taruhanmu pada teman-temanmu untuk bisa mendapatkan wanita paling cantik di kampus pada saat itu. Benarkan?"
Ingatan Xavier kembali pada jaman kuliah dulu. Dimana, Xavier dan Sabila adalah teman satu angkatan dan Sabila merupakan wanita tercantik pada waktu itu di angkatan mereka. Hingga, teman-teman Xavier akhirnya menantang Xavier untuk bisa mendapatkan bintang kampus itu dan menidurinya.
Saat itu, jiwa muda seorang Xavier benar-benar mendominasi. Dengan segala rayuan dan tingkah manisnya, akhirnya Sabila berhasil ia pacari. Satu bulan menjalani hubungan asmara, Xavier mulai melancarkan aksi keduanya, yaitu meniduri Sabila. Namun sayang, saat Xavier berhasil merayu Sabila untuk tidur bersama, telepon dari sahabat Xavier masuk dan mengatakan bahwa mereka sudah mempersiapkan party untuk merayakan keberhasilan Xavier meniduri Sabila malam ini. Sejak mengetahui hal itu, Sabila membenci Xavier sampai hari ini.
Bugh!
"Akh!"
Entah kapan Aksa bergerak, yang pasti ia telah melayangkan satu pukulan ke perut Xavier, membuat Xavier terduduk dan terbatuk. Aksa mengulurkan tangannya dan membantu Xavier untuk berdiri.
"Aku belum memberimu pelajaran apapun setelah apa yang kau lakukan pada adikku selama ini." Aksa berjalan menuju kursinya dan kembali duduk di sana. "Duduklah," ucap Aksa.
"Bos, ini berkas yang anda minta." Salah satu anah buah Aksa menyerahkan satu buah map dan langsung Aksa berikan pada Xavier.
"Apa ini?" tanya Xavier.
"Lihat saja."
Xavier membuka lembaran map tersebut. Pada bagian pertama, terlihat nama lengkap Xavier tertera di sana beserta sebuah foto saat dirinya masih kuliah. Membuka lembaran ke dua, Xavier dibuat terkejut saat melihat foto-foto teman masa kuliahnya yang sempat menantang dirinya taruhan untuk mendapatkan Sabila pada saat itu. Bahkan, tidak hanya foto, dilembar itu pula tertera nama lengkap masing-masing dari mereka.
Xavier melihat semua yang tertera itu dengan kumpulan pertanyaan yang bersarang di kepalanya. Hingga akhirnya tatapannya berlabuh pada satu tulisan kecil di sebelah kiri atas kertas tersebut.
"IT Bumt?" ucap Xavier terkejut. Ia tentu tahu nama perusahaan itu. Satu perusahaan IT terbesar yang bahkan tidak sembarang orang bisa memakai jasanya.
"Bagaimana, kau sudah tahu siapa aku?" tanya Aksa.
"Jadi, kau menyelidikiku?" tanya Xavier balik.
Aksa menaikkan salah satu alisnya dengan tersenyum misterius. "Membantumu untuk mendapatkan Sabila bukan berarti karena aku tidak tahu siapa kau dan apa hubunganmu dengan Sabila di masa lalu. Karena seperti yang kau lihat, aku mengetahui segalanya."
"Pantas saja selama bertahun-tahun aku tidak bisa menemukan keberadaan Sabila. Ternyata, informasi tentangnya benar-benar dilindungi." batin Xavier. "Lalu, kenapa kau membantuku?" tanya Xavier setelahnya.
"Sabila trauma dengan laki-laki," ucap Aksa, membuat Xavier terkejut. Sebesar itukah imbas dari perbuatannya, pikirnya. "Dan aku mau, kau bertanggung jawab untuk menyembuhkan trauma yang telah kau perbuat."
"Kenapa kau percaya padaku?" tanya Xavier tak habis pikir.
"Setelah putus denganmu, Sabila tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun lagi. Tadinya, aku pikir dia hanya terlalu fokus pada karier-nya yang sedang dalam masa kejayaan, jadi dia belum memikirkan untuk menikah demi mengembangkan karier. Tapi, beberapa hari yang lalu aku mendengar dia menyebutkan namamu dengan ribuan sumpah serapah. Dan aku langsung mencari tahu siapa kau sebenarnya. Dan ternyata, wow! Aku melewatkan sesuatu yang besar selama bertahun-tahun."
"Maafkan aku," ucap Xavier penuh sesal. Sungguh, Xavier benar-benar menyesal dengan tindakannya yang pernah menyakiti Sabila bahkan sampai menyisakan trauma untuk gadis itu.
"Aku merasa tidak berguna sebagai Kakak karena aku tidak bisa melindungi adikku saat dia mengalami hal yang tidak baik. Maka dari itu, aku memberi kepercayaan padamu sekali lagi." Aksa menepuk pundak Xavier pelan. "Tebus kesalahanmu padanya dan sayangi dia sebagaimana mestinya."
"Boleh aku memanggilmu Kakak?" tanya Xavier terharu. Bagaimana tidak, Aksa bukan hanya berhasil sebagai Kakak bagi Sabila, tapi juga berhasil membuat Xavier tersentuh dengan kasih sayangnya.
"Jangan membuatku jijik!" ucap Aksa penuh penekanan.
Tanpa mempedulikan ucapan Aksa. Xavier mendekati Aksa dan memeluk laki-laki itu. "Aku berjani untuk membahagiakan adikmu, Kak. Aku berjanji."
"Hm," Aksa mendorong tubuh Xavier. "Aku pegang janjimu," Aksa langsung memberi isyarat dengan tangannya agar Xavier pergi. "Selesaikan masalahmu dengan Sefty terlebih dahulu. Jangan sampai kau membuat kekacauan dalam rumah tanggamu nanti." peringat Aksa sebelum Xavier benar-benar pergi.
"Pasti. Aku akan langsung menemuinya nanti."
Aksa menatap kepergian Xavier dengan helaan napas kasar. "Aku harap, caraku untuk mempertemukan kalian adalah yang terbaik."
*
Sabila masih duduk di balkon kamar setelah sebelumnya menyaksikan mobil keluarga Xavier pergi dari kediamannya. Dinginnya angin malam membuat Sabila memeluk dirinya sendiri sembari memejamkan mata. Hingga tanpa terasa, matanya tertutup tanpa ia sadari dan tenggelam ke alam mimpinya.
Entah apa yang terjadi, Sabila merasa tubuhnya melayang ke udara dan mendarat di kasur miliknya. "Eugh! Papa?" Sabila langsung duduk saat melihat sang Papa.
"Di luar dingin, Papa takut kau sakit." Papa Gavin kembali membenahi selimut putrinya. "Lanjut tidur ya, jangan terlalu banyak pikiran. Papa keluar dulu, good night, Sayang."
"Good night, Papa."
Setelah Papa Gavin keluar, Sabila tidak benar-benar tidur. Pikiran gadis itu berkelana dengan sendirinya, membuat matanya enggan untuk terpejam.
Di sisi lain, Xavier juga telah kembali ke rumah setelah sebelumnya bertemu dengan Aksa. Begitu masuk ke ruang keluarga, Sheryl langsung mendekati kakaknya dan menyerahkan secangkir teh hangat untuk sang kakak.
"Kau belum kembali ke apartemen?" tanya Xavier.
"Aku akan di sini sampai Kakak dan Kak Sabila menikah."
Xavier mengusap rambut adiknya dan menciumnya sekilas. "Kakak harap, kau bisa benar-benar kembali ke rumah ini setelah Kakak menikah nanti. Karena setelah menikah, Kakak mungkin akan membawa kakak iparmu berpisah dari Mommy dan Daddy. Kakak ingin menjalin hubungan baik kembali dengan Sabila tanpa melibatkan siapapun."
"Tapi, Mommy pasti tidak memperbolehkan Kakak pergi."
"Biar itu menjadi urusan Kakak nanti."
Xavier meninggalkan adiknya dengan membawa secangkir teh di tangannya. Tiba di kamar, Xavier meletakkan tehnya di meja nakas. Xavier lantas meraih bingkai foto dirinya dan Sabila yang ia pajang di sana. Dielusnya foto itu dengan senyuman disertai mata yang berkaca-kaca.
"Tunggu aku, Sayang. I love you."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
andi hastutty
Aksa tau semuanya Ka2k yg bijak
2024-07-09
0