"Apa rencana mu selanjutnya Liem? Kita tidak mungkin melawan mereka semua." Ucap Nando, ia bingung harus melakukan apa, karena ia jarang sekali berada di situasi yang menegangkan seperti ini. Berbeda dengan Liem yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Aku juga tidak tahu, tapi sekarang lebih baik kita pura-pura menyerah, agar tidak ada yang terluka. Dan sekaligus untuk mengulur waktu, sampai polisi datang." Nasehat Liem, Nando mengangguk sebagai isyarat setuju dengan ucapan Liem.
"Baiklah, kami menyerah, ini berlian yang engkau minta." Ucap Liem mengeluarkan berlian merah yang lumayan besar dari kantong celana nya.
Orang itu tersenyum smirk, lalu berjalan keluar dari ruangan gelap itu. Nando yang sedari tadi penasaran dengan orang itu, kini membelakan mata nya tidak menyangka bahwa ia mengenali orang tersebut.
"Ustad Fahri?" Gumang Nando.
"Abang kenal Fahri?" Tanya Liem, berbisik.
"Iya, dia alumni santri terbaik di pesantren Abi." Terang Nando.
"Tapi dia itu bukan Fahri, melain kan kembaran nya, nama nya Farhan." Terang Liem, Nando hanya menganggukan kepalanya sebagai tanda ia mengerti.
"Liem abang ku tersayang. Seperti nya engkau memang sudah ingin menyerah, andai aku tahu sedari dulu ini kelemahan mu, tidak mungkin aku kehabisan banyak uang untuk menyelesaikan permasalah ini." Ucap Farhan tersenyum smirk.
"Apa maksudmu memanggil Liem sebutan Abang?" Nadia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran nya, entah keberanian dari mana yang ia miliki. Ia melontarkan pertanyaan itu dengan sedikit keras.
"UPS, seperti nya calon suami mu, belum memberitahukan siapa dia sebenarnya kepada calon kakak ipar ku." Ucap Farhan mencoba menyentuh Nadia.
"Jangan macam-macam brengsek!" Dengan sigap Liem langsung menghentikan tangan Farhan.
"Ah, aku menyesal sekali tidak bermain dengan mu terlebih dahulu, padahal tadi aku punya banyak sekali waktu untuk bermain dengan mu, jujur saja suara mu sangat menggairahkan." Ucap Farhan sambil mengedipkan mata nya merayu Nadia.
Entah memiliki keberanian dari mana, Nadia dengan penuh emosi langsung menonjok mulut farhan, sehingga ia tersungkur, bibir nya mengeluarkan sedikit darah. Nando dan Liem tentu saja syok melihat adegan itu.
"Dasar laki-laki brengsek!" Ucap Nadia pada Farhan.
"Wow, perempuan yang tegas ternyata." Ucap Farhan sembari mengeluarkan pisau yang entah berasal dari mana. Tentu saja mereka bertiga kaget saat melihat benda tajam nan runcing itu.
"Farhan kau jangan macam-macam, aku sudah memberikan berlian itu padamu." Sebenarnya Liem tidak takut akan benda tajam itu, tapi ia mengkhawatirkan Nadia. Oleh karena itu, ia harus bersikap tenang.
"Mengapa aku tidak boleh macam-macam?" Tanya Farhan sambil tersenyum smirk melihat ke arah Nadia. Nadia yang menyadari hal itu tentu saja bergidik ngeri, ia menyembunyikan tubuh nya di belakang Abang nya.
Tiba-tiba terdengar suara bunyi sirine polisi, yang menandakan polisi telah tiba. Polisi tersebut, juga mengangkat bicara untuk menyuruh Farhan dan semua anak buah nya untuk menyerah, karena mereka telah di kepung.
"Brengsek kalian semua." Entah bagaimana caranya, Farhan menarik tangan Nadia, dan meletakkan pisau milik nya di leher Nadia.
"Lepaskan calon istri ku brengsek!" Liem tidak bisa menahan emosi nya, sehingga ia langsung menendang Farhan dari samping, sehingga pisau nya terjatuh, dan Farhan tersungkur kebawah. Nando tentu tidak langsung diam, ia mengambil Nadia di dekat nya dan menjauh kan nya dari Farhan.
Semua anak buah Farhan telah di tangkap polisi, dan kini polisi telah masuk ke ruangan mereka. Nadia, Nando, dan Liem ingin meninggalkan tempat itu, namun Farhan yang masih memiliki tenaga, dengan gesit bangkit dan menusuk Liem dari belakang. Nadia yang melihat itu tentu saja menjerit histeris.
***
Rumah sakit
"Tenang lah Nadia, Liem pasti akan baik-baik saja." Nando berusaha menenangkan Nadia yang sedari tadi menangis.
"Abang lihat sendiri kan tadi, darah Liem itu keluar sangat banyak." Tangis Nadia semakin pecah, ini pertama kali nya ia melihat darah keluar langsung dari tubuh seseorang. Apalagi pisau yang tajam menancap ke tubuh calon suami nya.
"Iya Abang tau, Liem itu orang yang kuat, dia pasti bisa melewati masa-masa kritis nya."
Beberapa saat kemudian datang lah umi bersama Abi. Ya, Nando telah mengabari kedua orang tua nya saat menuju ke rumah sakit.
"Ada apa ini? Kenapa Liem bisa masuk ke rumah sakit?" Tanya umi, sambil berlari memeluk Nadia yang sedang menangis.
"Liem mau menyelamatkan Nadia umi, Liem terluka karena Nadia." Tangis Nadia, ia menyalakan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Liem.
"Tenang lah Nadia, liem pasti baik-baik saja." Ucap umi, menenangkan Nadia.
"Nando, sebenar nya apa yang terjadi?" Tanya Abi pada Nando.
Nando pun menceritakan semua kejadian nya tanpa melebihkan dan tidak mengurangi. Agar tidak terjadi kesalah pahaman antara Liem dan kedua orang tua nya.
"Abi juga pernah dengar, kalo nak Fahri memang punya kembaran, apa masalah nya belum selesai? Apa perlu memanggil kedua orang tua Fahri untuk kesini?" Tanya Abi, Abi memang mengenal orang tua Fahri. Bagaimana tidak? Fahri adalah santri kebanggaan di pesantren milik nya, tentu saja Abi mengenal baik keluarga nya juga.
"Seperti nya tidak perlu Abi, lebih baik tunggu Liem Sembuh dulu." Saran Nando.
"Baik lah."
Beberapa saat kemudian keluar lah dokter dari ruangan Liem. Nadia yang melihat itu, langsung berlari menemui dokter tersebut.
"Dok, bagaimana kondisi Liem?" Tanya Nadia to the poin.
"Alhamdulillah, pasien tidak pp, pasien hanya perlu istirahat saja." Terang dokter.
"Apakah saya boleh menemui nya dok?"
"Boleh, setelah pasien kami pindah ke ruang inap."
"Baik dok, terimakasih."
"Sama-sama, jika tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, saya permisi dulu." Pamit sang dokter, lalu Nadia menganggukkan kepala nya sebagai tanda persetujuan.
Setelah Liem di pindahkan ke ruang inap, Nadia langsung masuk ke dalam ruangan Liem.
"Liem, kamu gak pp kan? Mana yang sakit? Maaf ya gara-gara aku kamu jadi begini." Ucap Nadia sambil sesenggukan.
"Aku gak pp kok Nadia, kamu gak usah nangis lagi ya, aku baik-baik aja kok." Ucap Liem tersenyum.
"A-aku gak nangis kok." Wajah Nadia memerah merona, ia malu menangis di depan Liem.
"Gak nangis, tapi tuh mata sembab." Ejek Nando yang tiba-tiba datang.
"Ish, Abang ngapain masuk sih, ganggu aja." Kesel Nadia, Liem yang mendengar ucapan Nadia langsung terkekeh.
Bersambung....
Happy reading All ♥️
Terimakasih untuk pembaca setia ☺️🥰♥️
Jangan lupa like, komen dan juga share ke teman-teman kalian ya🙏. Oh iya kasih saran dan juga dukungan ya biar aku semakin semangat, sekali lagi terimakasih 🙏♥️🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Atha Diyuta
1 bunga. kulempar smngt ka
2024-06-14
1
piyo lika pelicia
ciee yang khawatirkan calon suami 🤭
2024-06-14
2