Dokter Baru

Pria bertubuh jangkung, berkulit putih, dan bermata kecil, dalam setelan kemeja biru muda dibalut jas putih berdiri di depan jendela dari salah satu ruangan dengan fasilitas lengkap di Rumah Sakit Garda Teaslime yang terletak di lantai paling atas gedung tersebut. Dokter handal dengan label nama Divi Teaslime tersebut telah mengungkapkan identitasnya, salah satu anggota keluarga pemilik rumah sakit tersebut yang merupakan anaknya.

Divi berdiri dengan kedua tangan berada di dalam kedua saku celana bagian depan. Sepasang mata melayang jauh memandang bangunan perkantoran yang ada di seberang jalan. Dari jendela tersebut, matanya juga bisa menyaksikan sebagian para penghuni bumi yang telah melakukan aktivitas harian mereka.

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh ke belakang, menyorot pintu masuk dan keluar yang tertutup.

"Masuk!"

Tubuh mengarah ke belakang, beradu dengan keberadaan orang yang masuk, yaitu Milka, wanita yang sempat dibantu Shanum. Pemilik rambut lurus sebahu itu calon istri yang dijodohkan oleh sang ibu sejak lima tahun lalu.

"Sebenarnya aku membawa bekal untukmu. Tapi, aku meninggalkannya di mobil saat masuk, aku lupa." 

Bekal makan siang yang tersusun tiga tingkatan ditaruh di atas meja bersamaan dengan tas mahal yang sempat terjatuh. Setelah menaruh kedua benda itu, Milka berjalan menuju toilet, berniat mencuci tangan di sana. Sepeninggalnya, ponsel yang berada di dalam tas berdering, menarik perhatian Divi yang awal mengabaikan pada akhirnya bertindak setelah mendengar seruan dari Milka.

"Tolong jawab ...!"

Divi berjalan menghampiri meja, menggeledah tas tanpa menatap. Insting digunakan karena tidak ingin terlalu tahu apa saja benda-benda di dalam tas dengan ukuran yang lumayan besar itu. Tidak sengaja jari kelingking mencongkel benda kecil, membuat benda itu tersangkut di sana. Bersamaan dengan ponsel yang ditemukan, benda kecil berupa cincin itu ikut menampakkan bentuknya. Sejenak mata terhipnotis pada cincin tersebut, membawanya hendak berkelana pada sebuah situasi setelah merasa cincin tersebut menaruh rasa akrab.

Sambungan telepon yang datang dari sang ibu membuatnya mengalihkan perhatian.

"Iya, Ma?"

"Milka di rumah sakit? Kebetulan sekali. Bilang sama dia kalau Mama akan ke rumah sakit nanti siang. Suruh dia menunggu Mama di restoran Borealis, restoran yang ada di seberang rumah sakit," pesan Medina, ibu Divi.

"Baiklah," balas Divi, singkat.

Divi memutuskan sambungan telepon dan menaruh kembali gawai tersebut ke tempat asal ditemukan. Beralih fokus Divi ke cincin sebelumnya. Sepasang mata menyipit mengamati, berusaha mengenal rasa yang akrab itu.

"Siapa yang telpon?" tanya Milka sambil membuka pintu toilet.

Divi menggenggam cincin tersebut, menyembunyikannya dari Milka. 

"Mama menyuruhmu menunggunya nanti siang di restoran Borealis." Dengan dingin pria itu berucap.

"Baiklah. Jangan lupa sarapan. Kalau begitu, aku keluar dulu. Siang masih lama. Jadi, aku akan menemui teman-temanku dulu," ucap Milka sambil menghampiri tas di atas meja.

Milka keluar dari ruangan tersebut sambil menjinjing tas yang diperhatikan Divi. Pria itu tampak sedikit lega setelah Milka pergi, seakan kehadiran wanita itu menaruhnya di posisi tidak nyaman. Beranjak Divi duduk di bangku kerja. Cincin yang berada dalam genggaman kembali diamati. Seketika jantung berdetak kencang. Sesuatu telah terlintas di benaknya, mengubah ekspresi menjadi raut wajah kaget. Tubuh membeku sesaat.

"Tidak mungkin ini cincinnya. Tidak mungkin dia ada di sini. Lupakan dia! Sudah lima tahun berlalu, Divi!" 

Cincin tersebut ditaruh dengan cepat ke dalam laci meja. Usai sudah masalah cincin berada di benaknya. Pria itu berdiri dan menghela napas sebelumnya akhirnya meninggal ruangan tersebut dengan gestur berwibawa yang menjadi ciri khasnya.

Tiba pada waktu pengenalan. Divi berjalan berdampingan bersama pemilik rumah sakit, Marta Teaslime yang merupakan ayah pria itu sendiri. Mereka berjalan dikawal oleh dua pria berseragam hitam, bertubuh kekar. Mereka mengawal ayah dan anak itu keluar masuk lift hingga akhirnya berdiri di hadapan beberapa petugas rumah sakit yang sedang beristirahat. Mereka berkumpul di lobi utama rumah sakit.

Baru berdiri tegak di hadapan semua orang, beberapa bibir sudah berbisik-bisik membicarakannya. Mereka kagum dengan seorang Divi yang tidak hanya berbakat, tapi juga tampan. 

Talita merogoh gawai dari saku seragam dan diam-diam menghubungi Shanum, salah satu perawat yang tidak ada di sana. Bukan karena sedang bertugas. Wanita itu tengah duduk menghibur Elis, gadis yang dirawat olehnya. Deringan telepon masuk, menjeda candaan Shanum dengan gadis manis itu.

"Cepatlah! Bukankah aku sudah bilang kalau dokter baru itu akan diperkenalkan? Dia tampan sekali. Ketampanannya mengalahkan ketampanan dokter Bian." Talita berbicara dengan suara kecil dan terdengar antusias.

Berada di barisan paling belakang tak membuat mereka yang berdiri di depan melihat tingkahnya. 

"Iya.”

Shanum berdiri, berpamitan kepada ibu dari gadis tersebut sebelum meninggal kamar tersebut. Kakinya melangkah cepat, bukan karena rasa penasaran ingin melihat pria yang membuat semua orang antusias, karena ingin menghargai acara perkenalan tersebut.

Shanum keluar dari lift yang berada tepat di belakang Marta dan Divi berdiri. Matanya memperhatikan keramaian di lobi, ikut memperhatikan lingkungan sekitar, memperhatikan pengunjung rumah sakit yang sedang duduk mengantri menunggu anteran mereka di bangku tunggu yang berada di sisi kiri sekumpulan petugas rumah sakit tersebut. Shanum berjalan dengan kepala tertunduk melewati keberadaan mereka dan berakhir berdiri di samping Talita.

"Ini terlihat berlebihan. Tidakkah ini mengganggu kenyamanan pengunjung rumah sakit?” Shanum berbicara dengan suara kecil dan kepala masih tertunduk.

"Ini rumah sakit milik mereka. Terserah mereka mau bagaimana. Toh, mereka terlihat biasa saja. Malahan terhibur dengan ketampanan dokter tampan itu. Lihat saja! Wajahnya memang turunan dari ayahnya.” Talita berbicara dengan gigi merapat dan pandangan mengarah ke depan. 

Shanum mendongak, mengarahkan pandangan ke depan. Senyuman yang sedikit terukir sirna spontan. Tubuh diam membeku. Sepasang mata menatap Divi tanpa berkedip. Ingatan berputar, mengingat masa lalu yang sempat dihabiskan bersama pria itu, sang mantan suami.

“Bukankah dia di Singapura?" Shanum bertanya dalam hati.

Divi belum menyadari keberadaannya. Pria itu tengah berbicara dengan mata hanya memandang mereka yang berada di barisan depan. 

Perlahan Shanum melangkah mundur, hendak menjauh dari kumpulan itu, berniat ingin keluar dari rumah sakit sebelum Divi melihatnya.

"Mau ke mana?" 

Talita menarik tangan Shanum sedikit kencang sampai tubuh wanita itu mendorong tubuh perawat lain yang berdiri di depan barisannya. Teriak kaget keluar dari mulut perawat tersebut, membuat Divi berhenti berbicara, dan semua perhatian tertuju kepada perawat tersebut dan Shanum. 

Shaum menjongkok sambil meminta maaf. Posisi itu mencegah Divi menemukan wujudnya. Pria itu kembali berbicara untuk menarik perhatian semua orang. 

“Maaf,” ucap Talita, merasa bersalah. 

Divi memperhatikan Talita yang sibuk berbicara dengan raut wajah merasa bersalah. Dari celah tubuh yang berbaris, Divi sedikit memiringkan tubuh untuk melihat lawan bicara Talita. Disiplin merupakan karakter seorang Divi. Pria itu tidak suka dengan orang yang tidak bisa menghargai orang lain. Pria itu perlahan mendekati mereka, berjalan dari sisi samping barisan sampai akhirnya berdiri di samping Shanum yang masing menjongkok.

“Ehem!” Divi berdehem. 

Perlahan Shanum menoleh dengan dongakan. Ekspresi serius Divi langsung memudar, menampakkan ekspresi kaget yang dikontrol agar tidak menarikan perhatian semua orang. Shanum tersenyum ringan sambil berdiri dan menganggukkan kepala sebagai sapaan. 

"Saya harap kalian bisa bekerja sama dengan baik!” seru Divi dan berjalan ke posisi awal. 

Semua orang bertepuk tangan dengan senyuman bahagia. Tampak sekali mereka tidak sabar untuk banyak berinteraksi dengan dokter muda tampan dan berbakat itu. 

Shanum tidak bisa menahan diri untuk lebih lama diam di posisinya. Perlahan wanita itu melangkah mundur, keluar dari barisan, dan mengambil kesempatan meninggalkan kumpulan itu saat semua orang menaruh fokus kepada Divi. 

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

O.Shanum dulu istri Divi

2024-07-03

1

Lisa

Lisa

Ceritanya menarik nih

2024-05-26

1

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Cincin
2 Dokter Baru
3 Mau Menghindariku?
4 Dunia Terasa Sempit?
5 Saya yang akan Bayar
6 Masih Peduli
7 Kamu Demam?
8 Kamu Harus Merawatku
9 Pacar Mama?
10 Pengunduran Dirimu Ditolak!
11 Ayahnya Siapa?
12 Tidak Menyalahkanmu
13 Siapa Pria Itu?
14 Benar
15 Mama Memanfaatkan Situasi
16 Kamu Cemburu?
17 Itu karena ....
18 Kak Shanum Kenapa?
19 Tanyakan pada Mamamu
20 Maka Kamu Harus Bersamaku
21 Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22 Kamu Anggap Aku Apa?
23 Kita Lihat Besok
24 Dengan Caraku
25 Biar Saya yang Memeriksanya
26 Kita Kembali Menikah
27 Itu Perjanjian Apa?
28 Wanita Paling Cantik Malam Ini
29 Di Luar Kendaliku
30 Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31 Sibuk di Tengah Malam
32 Perlu Aku Bantu?
33 Keracunan Makanan
34 Mungkin akan Lebih Mudah
35 Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36 Kami Tidak Mungkin Lupa
37 Berguna Juga
38 Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39 Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40 Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41 Bukannya Kamu
42 Gajinya Kurang?
43 Supaya Mereka Sadar
44 Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45 Tidakkah Ini Aneh?
46 Perasaanku Tidak Enak
47 Pegang Janjimu
48 Memang Bukan Perawat
49 Lihat ke Atas!
50 Kesepakatan Tambahan
51 Divi Sudah Menceritakannya
52 Kalian Membisikkan Apa?
53 Enak-Enakan di Belakangku
54 Untuk Pasangan
55 Kamu Apa-Apaan?
56 Masih Marah?
57 Kamu Mencurigainya?
58 Memantau dari Jauh
59 Kabar Buruk
60 Wanita Itu Gila
61 Sepertinya Belum
62 Semuanya Sudah Berakhir?
63 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Sebuah Cincin
2
Dokter Baru
3
Mau Menghindariku?
4
Dunia Terasa Sempit?
5
Saya yang akan Bayar
6
Masih Peduli
7
Kamu Demam?
8
Kamu Harus Merawatku
9
Pacar Mama?
10
Pengunduran Dirimu Ditolak!
11
Ayahnya Siapa?
12
Tidak Menyalahkanmu
13
Siapa Pria Itu?
14
Benar
15
Mama Memanfaatkan Situasi
16
Kamu Cemburu?
17
Itu karena ....
18
Kak Shanum Kenapa?
19
Tanyakan pada Mamamu
20
Maka Kamu Harus Bersamaku
21
Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22
Kamu Anggap Aku Apa?
23
Kita Lihat Besok
24
Dengan Caraku
25
Biar Saya yang Memeriksanya
26
Kita Kembali Menikah
27
Itu Perjanjian Apa?
28
Wanita Paling Cantik Malam Ini
29
Di Luar Kendaliku
30
Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31
Sibuk di Tengah Malam
32
Perlu Aku Bantu?
33
Keracunan Makanan
34
Mungkin akan Lebih Mudah
35
Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36
Kami Tidak Mungkin Lupa
37
Berguna Juga
38
Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39
Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40
Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41
Bukannya Kamu
42
Gajinya Kurang?
43
Supaya Mereka Sadar
44
Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45
Tidakkah Ini Aneh?
46
Perasaanku Tidak Enak
47
Pegang Janjimu
48
Memang Bukan Perawat
49
Lihat ke Atas!
50
Kesepakatan Tambahan
51
Divi Sudah Menceritakannya
52
Kalian Membisikkan Apa?
53
Enak-Enakan di Belakangku
54
Untuk Pasangan
55
Kamu Apa-Apaan?
56
Masih Marah?
57
Kamu Mencurigainya?
58
Memantau dari Jauh
59
Kabar Buruk
60
Wanita Itu Gila
61
Sepertinya Belum
62
Semuanya Sudah Berakhir?
63
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!