Pengunduran Dirimu Ditolak!

💐💐💐

Teman dekat Divi bernama Atte memasuki kamar di mana pria itu berada, membawa hasil pemeriksaan kondisi Divi yang diambil dari dokter yang sudah memeriksa kondisi dokter tampan itu beberapa hari ini. Atte menyodorkan amplop dari dokter itu ke arah Divi yang tengah duduk bersandar santai sambil memainkan ponselnya. 

“Apa?” tanya Divi, lupa sudah menyuruh Atte mengambil hasil pemeriksaan tubuhnya. 

“Jangan sok tua. Ambil,” ucap Atte sambil menaruh amplop itu ke atas pangkuanku Divi dan duduk di bangku besuk di sisi kanan ranjang rumah sakit. 

Ponsel di tangannya di taruh Divi di atas meja, di mana salah satu aplikasi media sosial terlihat di sana dengan beranda akun media sosial Shanum yang baru ditemukannya dan dipantau secara diam-diam. 

“Bukankah itu wanita tadi?” tanya Atte, dalam hati. 

Divi membuka amplop itu, menarik selembar kertas yang dilipat rapi di dalamnya. Kemudian, melebarkan kertas itu, membaca tulisan yang ada di sana.

“Surat pengunduran diri?” tanya Divi, menarik pandangan Atte dari layar ponsel ke arah kertas yang ada di tangan pria itu. 

“Shanum Azizah,” kata Divi, membaca pemilik surat pengunduran diri itu. “Dia mau mengundurkan diri?” Divi menetapkan posisi duduknya dengan ekspresi kaget. 

“Siapa?” Atte bingung dan mengambil kertas di tangan Divi, sedangkan Divi mengambil ponsel yang tadi ditaruh di atas meja. 

“Amplopnya tertukar, mungkin ini milik wanita yang aku tabrak di lorong tadi,” ucap Atte, baru sadar. 

Divi menyeka selimut yang menutupi paha hingga ujung kakinya, menurunkan kaki ke lantai dan mengenakan sandal. Pria itu keluar dari kamarnya dalam balutan baju pasien sambil menghubungi nomor Shanum. 

Ponsel Shanum berdering dari hand bag di tangannya, wanita itu menepi di ruangan HRD dan menjawab sambungan telepon yang masuk, asalnya dari Anggika.

“Nomor yang anda tuju sedang sibuk.” Kalimat itu terdengar oleh Divi yang masih berjalan di lorong rumah sakit menuju lobi. 

Di ruangan HRD, Shanum tengah berbicara bersama Anggika dengan suara kecil sambil memperhatikan pria sebaya dengannya tengah membaca surat pengunduran dirinya yang sebenarnya hasil pemeriksaan kesehatan Divi. 

“Tunggu aku di bandara. Setelah mendapatkan izin pengunduran diri, aku akan langsung ke sana. Semua berkas-berkas sudah siap, kan?” tanya Shanum. 

“Beres,” balas Anggika. 

“Oke.” Shanum memutuskan sambungan telepon dan kembali berdiri di hadapan HRD itu. 

Dahi Shanum ikut mengerut bingung ketika melihat ekspresi bingung HRD itu. Ponsel pria itu yang ada di atas meja berdiri, nomor baru masuk ke ponselnya. Urusan bersama Shanum dijeda dengan menjawab sambungan telepon tersebut. 

“Oh … dokter.” Pria itu diam, mendengar orang yang menghubunginya tengah berbicara. “Begitu, baiklah,” ucap pria itu dan menurunkan ponsel ke atas meja.

“Suster Shanum, ini bukan surat pengunduran diri.” Pria itu menyodorkan kertas tersebut ke arah Shanum, diraih oleh Shanum dengan wajah kaget. 

Shanum mengingat insiden tadi dan mengingat kembali Atte yang saat itu bertanya mengenai kondisi Divi kepada Talita di lobi rumah sakit waktu itu. Shanum jadi paham dan ikut sadar amplop putih itu tertukar saat kedua benda itu sama-sama jatuh. 

“Maaf, Pak. Saya salah kasih surat.” Shanum mengambil surat itu. “Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Shanum dan keluar dari ruangan itu dengan perasaan sedikit malu.

Pintu ruangan HRD ditutup Shanum dan memutar badan ke belakang. Wanita itu terdiam kaget menemukan seorang Divi sudah berdiri di belakangnya dengan jarak tiga meter. Shanum mengelus dada untuk menenangkan jantungnya yang hampir tanggal karena kaget. 

Perlahan Divi melangkah mendekati Shanum dengan tatapan mata yang cukup dalam, menarik rasa bingung Shanum dengan ekspresi pria itu. Divi meraih kertas di tangan Shanum. 

“Aku dengar kamu baru bekerja di rumah sakit ini. Mengapa sudah ingin mengundurkan diri? Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?” tanya Divi, menatap Shanum dengan mata menyipit, menerawang ekspresi wanita di hadapannya itu yang menjauhkan sorot mata dari matanya. 

Sejenak Shanum diam dalam suasana tegang yang terasa. 

“Apa?” tanya Shanum sambil mengarahkan pandangan ke arah Divi, mereka berdua saling menatap dengan posisi wajah cukup dekat dalam diam. “A-aku hanya tidak mau berurusan dengan masa lalu.” Shanum mendorong pelan dada Divi menjauh dari hadapannya dan melewati keberadaan pria itu.

“Pengunduran dirimu ditolak!” seru Divi, menghentikan langkah kaki Shanum. 

Divi memutar badan ke belakang dan mendekati Shanum, berdiri di hadapan mantan istrinya itu. 

“Masa lalu.” Divi mendengkus, tersenyum remeh menatap Shanum yang memalingkan pandangan darinya. “Di masa lalu itu, kamu meninggalkan luka untukku. Demi uang dua ratus juta, kamu rela meninggalkanku, berpisah dariku dan pergi bersama pria itu.” Shanum mengarah pandangan kepada Divi dengan raut wajah kaget saat mendengar dirinya pergi dengan pria lain. 

“Kenapa kaget? Mau berdrama lagi? Cukup lima tahun kamu permainkan perasaanku. Lima tahun kita bersama, kamu bilang kalau kamu cinta padaku bukan karena harta, tetapi kenyataannya itu palsu, semua palsu. Dalam lima tahun, dua tahun kita bersama dalam hubungan pernikahan dan kamu mengonsumsi obat pencegah kehamilan karena tidak ingin mengandung anakku. Kamu hanya ingin mengandung anak itu,” kata Divi dengan kedua bola mata berkaca-kaca dan akhirnya meneteskan cairan bening. 

“Pil pencegah kehamilan.” Shanum tersenyum bodoh. “Benar, kenapa?” tanya Shanum, menantang tatapan mata marah Divi.

“Selama ini aku masih selalu berpikir kalau kamu berbeda dari wanita lain. Tapi, kenyataan kamu sama seperti mereka, murahan karena uang,” lontar Divi dalam emosi.

Divi meremas kertas di tangannya dan melemparkannya ke lantai, lalu berjalan di lorong rumah sakit meninggalkan keberadaan Shanum yang masih berdiri di posisinya. Raut wajah wanita itu berubah sedih sambil memperhatikan kepergian Divi yang akhirnya hilang ditelan lorong berbelok. 

***

Shanum menangis di kamarnya, duduk memeluk guling sambil mengingat perkataan yang dilontarkan Divi. Kata murahan terngiang-ngiang di indra pendengarannya, membuat hatinya terluka mengingat betapa manisnya Divi berucap selama mereka bersama dulu. 

“Jika bukan karena mamamu, kita pasti masih bersama. Bukan karena uang dua ratus juta, mamamu yang sebenarnya menjadi dinding pemisah di antara kita. Dia juga sudah memfitnahku pergi bersama pria lain dan minum pil pencegah kehamilan. Padahal, dia sendiri yang sudah memaksaku meminum obat itu dengan menjadikan nyawa adikku sebagai ancamannya.”

“Mama …!”

“Shanum …!” 

Anggika dan Denis berseru memanggil Shanum sambil memasuki rumah. Shanum menyeka air mata, berdiri dari kasur , dan keluar dari kamar dengan senyuman pura-pura untuk menyembunyikan perasaan sedihnya dari mereka berdua. 

“Kenapa tidak jadi pergi?” tanya Anggika dan berhenti di hadapan Shanum yang baru keluar dari pintu kamarnya. 

“Surat pengunduran diriku tidak diterima.”

“Jelas, kamu baru bekerja di sana. Itu bagus, aku jadi ada temannya. Emang, kenapa kamu mau mengundurkan diri?” Anggika tidak tahu mengenai Divi karena Shanum menyembunyikannya. 

“Bukan apa-apa. Kalau begitu, terima kasih,” ucap Shanum.

“Sama-sama. Aku pulang, nanti hubungi aku jika butuh sesuatu,” ucap Anggika dan keluar dari rumah itu sambil melambaikan tangan kepada Denis. 

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

kasihan Shanum difitnah sama ibu mertua sendiri

2024-07-03

3

lihat semua
Episodes
1 Status Tersembunyi
2 Cincin yang Familiar
3 Mau Menghindariku?
4 Dunia Terasa Sempit?
5 Saya yang akan Bayar
6 Masih Peduli
7 Kamu Demam?
8 Kamu Harus Merawatku
9 Pacar Mama?
10 Pengunduran Dirimu Ditolak!
11 Ayahnya Siapa?
12 Tidak Menyalahkanmu
13 Mama Berbohong Padaku
14 Benar
15 Mama Memanfaatkan Situasi
16 Kamu Cemburu?
17 Itu karena ....
18 Kak Shanum Kenapa?
19 Tanyakan pada Mamamu
20 Maka Kamu Harus Bersamaku
21 Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22 Kamu Anggap Aku Apa?
23 Kita Lihat Besok
24 Dengan Caraku
25 Biar Saya yang Memeriksanya
26 Kita Kembali Menikah
27 Itu Perjanjian Apa?
28 Wanita Paling Cantik Malam Ini
29 Di Luar Kendaliku
30 Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31 Sibuk di Tengah Malam
32 Perlu Aku Bantu?
33 Keracunan Makanan
34 Mungkin akan Lebih Mudah
35 Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36 Kami Tidak Mungkin Lupa
37 Berguna Juga
38 Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39 Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40 Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41 Bukannya Kamu
42 Gajinya Kurang?
43 Supaya Mereka Sadar
44 Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45 Tidakkah Ini Aneh?
46 Perasaanku Tidak Enak
47 Pegang Janjimu
48 Memang Bukan Perawat
49 Lihat ke Atas!
50 Kesepakatan Tambahan
51 Divi Sudah Menceritakannya
52 Kalian Membisikkan Apa?
53 Enak-Enakan di Belakangku
54 Untuk Pasangan
55 Kamu Apa-Apaan?
56 Masih Marah?
57 Kamu Mencurigainya?
58 Memantau dari Jauh
59 Kabar Buruk
60 Wanita Itu Gila
61 Sepertinya Belum
62 Semuanya Sudah Berakhir?
63 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Status Tersembunyi
2
Cincin yang Familiar
3
Mau Menghindariku?
4
Dunia Terasa Sempit?
5
Saya yang akan Bayar
6
Masih Peduli
7
Kamu Demam?
8
Kamu Harus Merawatku
9
Pacar Mama?
10
Pengunduran Dirimu Ditolak!
11
Ayahnya Siapa?
12
Tidak Menyalahkanmu
13
Mama Berbohong Padaku
14
Benar
15
Mama Memanfaatkan Situasi
16
Kamu Cemburu?
17
Itu karena ....
18
Kak Shanum Kenapa?
19
Tanyakan pada Mamamu
20
Maka Kamu Harus Bersamaku
21
Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22
Kamu Anggap Aku Apa?
23
Kita Lihat Besok
24
Dengan Caraku
25
Biar Saya yang Memeriksanya
26
Kita Kembali Menikah
27
Itu Perjanjian Apa?
28
Wanita Paling Cantik Malam Ini
29
Di Luar Kendaliku
30
Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31
Sibuk di Tengah Malam
32
Perlu Aku Bantu?
33
Keracunan Makanan
34
Mungkin akan Lebih Mudah
35
Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36
Kami Tidak Mungkin Lupa
37
Berguna Juga
38
Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39
Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40
Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41
Bukannya Kamu
42
Gajinya Kurang?
43
Supaya Mereka Sadar
44
Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45
Tidakkah Ini Aneh?
46
Perasaanku Tidak Enak
47
Pegang Janjimu
48
Memang Bukan Perawat
49
Lihat ke Atas!
50
Kesepakatan Tambahan
51
Divi Sudah Menceritakannya
52
Kalian Membisikkan Apa?
53
Enak-Enakan di Belakangku
54
Untuk Pasangan
55
Kamu Apa-Apaan?
56
Masih Marah?
57
Kamu Mencurigainya?
58
Memantau dari Jauh
59
Kabar Buruk
60
Wanita Itu Gila
61
Sepertinya Belum
62
Semuanya Sudah Berakhir?
63
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!