Kak Shanum Kenapa?

💐💐💐

Shanum berjalan sedikit pincang menuju mobilnya. Dari pintu rumah sakit Divi memperhatikannya dalam perasaan lelah melihat wanita itu kesulitan berjalan. Sejak dari kamar di mana Shanum dirawat, pria itu sudah mengikutinya hingga luar rumah sakit untuk memastikan mantan istrinya itu baik-baik saja. Melihat Shanum berjalan ke mobil, Divi sudah tidak bisa menahan perasaan kasihannya. Bergegas Divi menghampiri Shanum, membopong tubuh wanita itu dan membawa Shanum masuk ke dalam mobilnya, bukannya mobil wanita itu. Keberadaan mobil mereka kebetulan tidak terlalu jauh, hanya di antarai oleh tiga mobil saja ke kanan. 

“Ini bukan mobilku,” protes Shanum setelah duduk di dalam mobil Divi, di depan. 

“Kakimu sakit. Emang bisa mengemudi?”

“Kan sebelah kiri. Nginjak rem masih bisa sebelah kanan.”

“Ngejawab. Keras kepala. Nanti temanku yang antara mobilmu ke rumah. Pakai sabuk pengamannya dan duduk baik-baik. Nanti malah dahi yang kejedot.” Divi menutup pintu mobil bagian Shanum dan beralih ke pintu dekat setir untuk masuk. 

Mesin mobil dinyalakan dan Divi mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. 

Mereka saling diam dalam beberapa menit, sejak mobil berjalan hingga kini jarak mereka ke rumah sakit sekitar satu kilometer. Barulah mereka berbicara menghancurkan kecanggungan,  dimulai dari Shanum yang mengangkat topik pembicaraan mengenai ponselnya. 

“Kamu yang cas ponselku?” tanya Shanum, yakin pria itulah dalangnya. 

“Kapan aku ngecas? Sejak aku mendalaminya, ponselmu berdaya segitu, cuma berkurang beberapa persen saja,” terang Divi sambil mengemudikan mobil.

“Mungkinkah aku yang salah liat saat itu? Mengapa aku yakin kalau saat itu aku benar-benar melihat ponselku mati karena kehabisan daya,” kata Shanum, dalam hati. 

Shanum diam, tidak ingin berdebat mengenai baterai ponsel karena takutnya Divi benar dan dirinya yang linglung. Wanita itu menyandarkan tubuhnya dan mengarahkan pandangan ke depan. 

“Makasih,” ucap Shanum dengan perasaan sedikit gengsi. 

“Sama-sama,” balas Divi dengan lembut. 

Shanum langsung menoleh ke arah Divi setelah mendengar nada suara pria itu dan cara Divi menatapnya membuatnya semakin aneh. Pria itu tersenyum manis sedangkan Shanum diam dengan dahi mengerut bingung. 

Tatapan Shanum beralih ke depan setelah melihat mobil Divi menepis, berhenti di depan sebuah sebuah toko mainan. Pria itu keluar tanpa berbicara menuju toko mainan itu dan meninggalkan Shanum di dalam mobil dengan perasaan bingung yang sejak tadi menghantuinya. 

“Sebenarnya dia yang kejedot atau aku? Kok dia yang bertingkah aneh? Membangongkan,” cecar Shanum. 

Sekitar lima belas menit kemudian, Divi keluar dari toko mainan bersama tas belanjaan dengan merek toko itu. Setelah memasuki mobi, Divi menemukan Shanum sudah tertidur, wanita itu baru tertidur karena menunggunya. 

Divi duduk dan menaruh plastik belanjaan ke bangku belakang. Pintu mobil ditutup dan ia memakai sabuk pengaman. Kemudian, Divi mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, lalu memotret wajah Shanum yang tertidur cukup pulas sampai sedikit ternganga. Divi tertawa ringan dan menaruh ponselnya ke laci meja. 

Setelah itu Divi memperhatikan tubuhnya dan melepaskan jasnya, menyelimuti tubuh Shanum bagian atas dengan jas itu. 

***

“Kak Shanum kenapa?” tanya Mahen setelah melihat Divi membopong tubuh Shanum menuju rumah. 

“Dia tertidur. Dia kelelahan. Biarkan saja. Oh iya, ambilkan tas belanjaan di mobil, di bangku belakang. Setelah itu bawakan tas kakakmu juga,” suruh Divi kepada Mahen yang berdiri di teras. 

Mahen menganggukkan kepala. 

Divi lanjut masuk ke kamar Shanum yang sudah diketahui letaknya, sedangkan Mahen mengikuti perintah pria itu ke mobil. 

Setelah menaruh tubuh Shanum di atas kasur, tubuh wanita itu juga diselimuti Divi.  Kemudian, sejenak Divi duduk di tepi kasur sambil membelai rambut Shanum dengan senyuman ringan. Mahen memperhatikannya dari pintu kamar yang terbuka. Melihat tingkah Divi, Mahen merasa segan untuk masuk, ia membawa diri duduk di bangku ruang tamu. 

Perlahan Shanum membuka mata. Remang-remang, pandangan yang sedikit buram akhirnya jelas dan menampakkan wujud sang mantan suami. Bibir Shanum tersenyum manis dan menyentuh pipi kanan Divi, mencubitnya dengan pelan. 

“Kami hadir lagi dalam mimpiku. Mengapa kamu selalu datang dalam mimpiku? Kamu tau, sulit bagiku untuk melupakanmu,” ucap Shanum, mengira dirinya mimpi. 

Kedua bola mata Divi menyipit, menahan senyuman melihat tingkah mantan istrinya itu. 

“Benarkah?” tanya Divi dan mencubit bahu Shanum sampai wanita itu menjerit dan membuka lebar matanya dalam kesadaran.

“Aku tidak mimpi?” Hanum berkata dalam hati sambil membelalak menatap Divi yang tersenyum dan spontan menghapus senyumannya, beralih menunjukkan wajah kesal. 

“Mati aku. Mengapa aku begitu ceroboh?” Shanum merasa malu, tetapi berusaha menyembunyikan dengan wajah dingin. 

Divi berdiri, keluar dari kamar itu setelah mengambil jasnya dari atas meja. Shanum duduk dan memukul bantal untuk melampiaskan rasa kesalnya karena malu. Sekarang, pendapat Divi mengenai tingkahnya tadi menjadi beban pikirannya. 

“Bagaimana kalau dia mengira kalau aku masih punya perasaan padanya?” tanya Shanum kepada dirinya sendiri. 

“Bukankah kenyataannya begitu?” Divi muncul di depan pintu yang sejak tadi terbuka. 

Shanum mengira mantan suaminya itu sudah pergi. Padahal, Divi berdiri di samping pintu kamarnya, mendengarnya berceloteh yang membuat bibir Divi tersenyum. Dan, tingkah pria itu diperhatikan oleh Mahen dengan dahi mengerut bingung. 

“Tenang, aku bisa memakluminya. Dokter tampan sepertiku sulit didapatkan. Jika kamu mau memilikinya, kamu masih punya satu kesempatan.” Divi tersenyum sumringah dan berjalan mundur menjauhi pintu. 

“Berikan mainan itu kepada Denis. Dan kamu, jaga kakakmu, jaga keponakanmu, dan belajar bersungguh-sungguh agar bisa menjadi dokter yang bisa dibanggakan,” ucap Divi sambil berjalan keluar dari rumah dengan langkah mundur. 

Divi memutar badan membelakangi keberadaan Mahen yang bingung dengan tingkahnya. 

Mahen berdiri, berjalan menuju pintu kamar Shanum setelah melihat mobil Divi berjalan meninggalkan kediaman mereka.

“Kalian baikan?” tanya Mahen dari pintu kamar. “Jika benar, itu lebih bagus.” Mahen menggoda Shanum. 

“Pergi!” Shanum melemparkan bantal dengan kesal ke arah adiknya itu. “Jangan ikut campur urusan orang dewasa.”

“Yee … aku juga udah dewasa kali. Oh iya, kalau Kakak benar kembali bersama Kak Divi, Kak Kayl gimana? Dia bilang kalau dia suka sama Kakak.” 

“Kapan?” 

“Kemarin.” 

Shanum terdiam, takut apa yang dikatakan Mahen benar. Bukan berarti Shanum akan memperbaiki hubungannya bersama Divi, tetapi wanita itu tidak ingin Kayl mengungkapkan perasaannya karena ia tidak bisa membalas perasaan itu dan hal itu takut mengecewakan Kayl dan membuat hubungan pertemanan mereka selama ini jadi berubah. 

“Kakak kenapa?” tanya Mahen setelah memperhatikan diam kakaknya itu. 

“Sebenarnya Kakak hanya menganggap Kayl sebatas teman saja selama ini. Jika dia benar mengungkapkan perasaannya, Kakak harus bagaimana? Bukan karena Kakak ingin kembali bersama Divi, tapi Kakak tidak memiliki perasaan lebih padanya,” jelas Shanum sambil meminta saran dari adiknya itu. 

Kayl mendengar perkataan Shanum, pria itu sudah berdiri di tengah ruang tamu dengan niat hendak mengagetkan Mahen yang berdiri di depan pintu kamar Shanum. 

Mendengar perkataan Shanum, Kayl menyembunyikan bunga yang ada di tangannya ke belakang punggungnya, dan melangkah mundur tanpa suara, bergegas keluar dari rumah itu sebelum Mahen sadar dengan keberadaannya.

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

kasihan Kayl blm mulai sdh patah hati duluan😄

2024-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Status Tersembunyi
2 Cincin yang Familiar
3 Mau Menghindariku?
4 Dunia Terasa Sempit?
5 Saya yang akan Bayar
6 Masih Peduli
7 Kamu Demam?
8 Kamu Harus Merawatku
9 Pacar Mama?
10 Pengunduran Dirimu Ditolak!
11 Ayahnya Siapa?
12 Tidak Menyalahkanmu
13 Mama Berbohong Padaku
14 Benar
15 Mama Memanfaatkan Situasi
16 Kamu Cemburu?
17 Itu karena ....
18 Kak Shanum Kenapa?
19 Tanyakan pada Mamamu
20 Maka Kamu Harus Bersamaku
21 Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22 Kamu Anggap Aku Apa?
23 Kita Lihat Besok
24 Dengan Caraku
25 Biar Saya yang Memeriksanya
26 Kita Kembali Menikah
27 Itu Perjanjian Apa?
28 Wanita Paling Cantik Malam Ini
29 Di Luar Kendaliku
30 Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31 Sibuk di Tengah Malam
32 Perlu Aku Bantu?
33 Keracunan Makanan
34 Mungkin akan Lebih Mudah
35 Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36 Kami Tidak Mungkin Lupa
37 Berguna Juga
38 Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39 Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40 Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41 Bukannya Kamu
42 Gajinya Kurang?
43 Supaya Mereka Sadar
44 Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45 Tidakkah Ini Aneh?
46 Perasaanku Tidak Enak
47 Pegang Janjimu
48 Memang Bukan Perawat
49 Lihat ke Atas!
50 Kesepakatan Tambahan
51 Divi Sudah Menceritakannya
52 Kalian Membisikkan Apa?
53 Enak-Enakan di Belakangku
54 Untuk Pasangan
55 Kamu Apa-Apaan?
56 Masih Marah?
57 Kamu Mencurigainya?
58 Memantau dari Jauh
59 Kabar Buruk
60 Wanita Itu Gila
61 Sepertinya Belum
62 Semuanya Sudah Berakhir?
63 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Status Tersembunyi
2
Cincin yang Familiar
3
Mau Menghindariku?
4
Dunia Terasa Sempit?
5
Saya yang akan Bayar
6
Masih Peduli
7
Kamu Demam?
8
Kamu Harus Merawatku
9
Pacar Mama?
10
Pengunduran Dirimu Ditolak!
11
Ayahnya Siapa?
12
Tidak Menyalahkanmu
13
Mama Berbohong Padaku
14
Benar
15
Mama Memanfaatkan Situasi
16
Kamu Cemburu?
17
Itu karena ....
18
Kak Shanum Kenapa?
19
Tanyakan pada Mamamu
20
Maka Kamu Harus Bersamaku
21
Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22
Kamu Anggap Aku Apa?
23
Kita Lihat Besok
24
Dengan Caraku
25
Biar Saya yang Memeriksanya
26
Kita Kembali Menikah
27
Itu Perjanjian Apa?
28
Wanita Paling Cantik Malam Ini
29
Di Luar Kendaliku
30
Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31
Sibuk di Tengah Malam
32
Perlu Aku Bantu?
33
Keracunan Makanan
34
Mungkin akan Lebih Mudah
35
Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36
Kami Tidak Mungkin Lupa
37
Berguna Juga
38
Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39
Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40
Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41
Bukannya Kamu
42
Gajinya Kurang?
43
Supaya Mereka Sadar
44
Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45
Tidakkah Ini Aneh?
46
Perasaanku Tidak Enak
47
Pegang Janjimu
48
Memang Bukan Perawat
49
Lihat ke Atas!
50
Kesepakatan Tambahan
51
Divi Sudah Menceritakannya
52
Kalian Membisikkan Apa?
53
Enak-Enakan di Belakangku
54
Untuk Pasangan
55
Kamu Apa-Apaan?
56
Masih Marah?
57
Kamu Mencurigainya?
58
Memantau dari Jauh
59
Kabar Buruk
60
Wanita Itu Gila
61
Sepertinya Belum
62
Semuanya Sudah Berakhir?
63
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!