Kamu Harus Merawatku

💐💐💐

Perlahan Medina berjalan masuk dengan tingkah santai setelah melunturkan perasaan dan ekspresi kagetnya. Wanita itu berdiri tepat di hadapan Shanum, di mana wanita itu memainkan jari karena perasaan takut bercampur tegang menghadapi Medina. 

“Kenapa dia di sini?” tanya Medina kepada Divi. 

Perlahan Divi duduk menyandarkan punggung ke kepala tempat tidur. 

“Kamu lupa? Dia sudah meninggalkanmu demi uang dua ratus juta. Uang lebih berharga dibandingkan dirimu,” kata Medina, berusaha menanamkan kebencian di hati Divi untuk Shanum. “Sekarang kamu keluar dan jangan pernah muncul di rumah ini, di hadapan kami,” usir Medina. 

Divi membenamkan perasaan benci yang hampir muncul dengan memejamkan mata dan spontan membuka mata, menatap sang ibu dengan wajah tidak suka karena sikap wanita itu. 

“Dia ke sini hanya untuk mengantar obat, tidak lebih dari itu,” ucap Divi dengan nada penuh penekanan kepada sang ibu. 

“Kamu harus menjaga perasaan Milka, jika dia melihatnya bagaimana? Sekarang dia ada di bawah,” balas Medina, belum puas karena melihat Divi terasa sedikit membela Shanum. 

“Milka tidak tau kalau dia adalah mantan istriku, kan? Jadi, apa yang ditakutkan? Semua yang ada di masa lalu tidak perlu dipikirkan, itu terdengar buruk diikut campurkan dengan masa depan. Mama ajak Milka keluar dulu, dia pasti senang diajak belanja,” suruh Divi dengan tujuan agar tidak ada perdebatan antara Medina dan mantan istrinya itu. 

Dengan kesal Medina meninggalkan kamar itu dengan harapan anaknya itu tidak akan pernah menjalin hubungan dengan Shanum lagi. 

Perkataan yang baru dikeluarkan Divi seketika membuat Shanum sadar kalau pria sudah melupakan perasaan mereka di masa lalu. Shanum tersenyum tipis dengan kepala beberapa kali menganggukkan pelan. 

“Kenapa?” tanya Divi, bingung sambil memperhatikan tingkah Shanum. 

“Obat sudah aku antar. Sekarang saatnya aku kembali ke rumah sakit.” Shanum menoleh ke kiri, ke arah Divi dengan wajah menahan rasa kesal.

“Tunggu!” Divi menggenggam pergelangan tangan kiri Shanum, menghentikan wanita itu yang hendak melangkah meninggalkan kamarnya. 

“Lanjutkan! Bik Mayam, masuk!” suruh Divi kepada Mayam yang sejak beberapa menit lalu menunggu di luar karena tidak enak masuk saat tahu ada perdebatan kecil di antara mereka di kamar itu. 

Mayam masuk bersama baskom dan handuk kecil di tangannya. Wanita itu menaruhnya di atas meja dan keluar dari kamar tersebut dengan menutup pintu kamar. 

“Bukankah di bawah ada calon istrimu? Mengapa bukan dia saja yang Merawatmu? Ini bukan tanggung jawabku karena kita sudah usai sejak lima tahun lalu. Jadi, aku tidak perlu merawatmu,” ucap Shanum dengan kesal sambil melepaskan tangan Divi dari tangannya. 

Shanum memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seragam kerjanya dan berjalan keluar dari kamar. 

“Jika kamu masih ingin bekerja di rumah sakit, kamu harus merawatku!” seru Divi, menghentikan langkah kaki Shanum di depan pintu kamar.

“Kamu mengancamku?” tanya Shanum setelah menoleh ke belakang. 

“Gajimu bulan ini aku naikkan dua kali lipat, bagaimana?” tanya Divi, berpikir Shanum  wanita pecinta uang. 

“He.” Shanum mendengkus, tersenyum bodoh. “Benar, di matamu aku hanya menginginkan uangmu. Baiklah, akan aku lakukan.” Shanum kembali memasuki kamar itu dan melakukan apa yang diperintahkan Divi.

***

“Sekarang waktunya aku kembali ke rumah sakit,” ucap Shanum sambil membetulkan posisi jam tangan di pergelangan kirinya dan berdiri dari tepi kasur Divi. 

“Tunggu!” Divi kembali menghentikan langkah Shanum yang hendak meninggalkan kamar itu. 

“Apa lagi?” tanya Shanum dengan nada kesal sambil menoleh ke belakang. 

“Terima kasih,” ucap Divi, mampu merendahkan perasaan kesal Shanum 

Wanita itu mengarah pandangan ke depan dan menghela napas dalam, lalu tersenyum ringan terlihat secara paksa yang diperlihatkan kepada Divi. Kemudian, Shanum melanjutkan perjalanannya meninggalkan kamar itu. 

Di ruang tamu Shanum berpapasan bersama Marta, sang ayah dari mantan suaminya itu. Sejenak ia berhenti untuk menunjukkan senyuman ringan. 

“Kamu di sini?” tanya Marta. 

“Iya … Pa,” balas Shanum, sedikit takut menyebut panggilan itu terhadap Marta. 

Marta manggut-manggut dengan ekspresi datar, tidak terlihat celah wajah tidak suka kepada Shanum dari ekspresi pria paruh baya itu. 

“Bagaimana kabarmu dan anakmu? Papa sudah tau kalau kamu punya anak.” 

“Baik, Pa.” Shanum berbicara lebih santai dari sebelumnya. 

Shanum ingat pernah melihat hasil pemeriksaan kesehatan Marta yang tidak sengaja dilihatnya di ruangan Bian, pria paruh baya itu mengidap gangguan jantung. 

“Papa jaga kesehatan. Ingat kadar gula yang dikonsumsi. Kalau begitu, aku pergi,” pamit Shanum dengan perasaan lega bisa berkomunikasi lebih santai bersama Marta, tidak seperti sebelumnya saat mereka bertemu pertama kalinya di rumah sakit. 

Wanita itu berlalu pergi, meninggalkan Marta masih berdiri diam dengan perasaan sedikit bingung dengan perhatian Shanum, mengapa wanita itu menyuruhnya menjaga kesehatannya? 

“Mungkinkah dia tau kalau aku dalam kondisi kurang baik akhir-akhir ini? Sepertinya dia tidak seburuk yang diceritakan Medina. Entahlah ….” Marta melanjutkan langkah ke kamarnya.

***

Talita ke ruangan istirahat di mana Shanum hendak mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa. Wanita itu menghentikan tangan yang sudah separuh diangkat ke atas setelah melihat Talita membuka pintu ruangan itu. 

“Segera ke ruangan operasi. Pasien di kamar sepuluh harus segera dioperasi. Ayo,” ajak Talita sambil masuk ke ruangan itu, mengenakan baju operasi, masker, penutup kepala, dan sarung tangan medis. 

Shanum menggunakan hal yang sama, mereka berdua berjalan beriringan dengan langkah cepat menuju ruang operasi di mana dokter baru memasuki ruangan itu.

Kaki Shanum melambat memasuki ruang operasi setelah menyadari dokter yang akan menangani operasi kali ini adalah Divi. Wanita itu khawatir dan cemas mengingat mantan suaminya itu kurang sehat hari ini. 

“Bukannya kamu tidak enak badan?” tanya Shanum. 

“Jangan banyak tanya. Kita mulai,” ucap Divi. 

Lampu merah di atas pintu ruang operasi menyala, menandakan operasi tengah berlangsung. Ketika dokter dan kedua perawat itu berjuang menangani pasien pria itu di meja operasi, beberapa keluarga pasien berdiri tidak tenang di luar ruangan tersebut dengan harapan pria itu bisa diselamatkan. 

Shanum memperhatikan Divi dengan rasa khawatir, takutnya mantan suaminya itu kenapa-napa di tengah operasi berlangsung. Sesekali Hanum melap keringat Divi dan menatap jelas kedua bola mata pria itu yang terlihat dalam kondisi yang tidak sehat. 

“Kamu yakin bisa melanjutkannya? Ini bukan percobaan, kita benar-benar harus berkonsentrasi menangani pasien ini,” kata Shanum dengan suara kecil. 

“Tidak ada dokter lagi, mereka sudah pulang. Fokus saja, jangan meragukan pekerjaanku,” balas Divi sambil memainkan alat medis yang tajam ke bagian dada pria berusia 30-an yang berbaring di meja operasi. 

Shanum diam dan menganggukkan kepala, menaruh rasa percaya dengan kondisi Divi yang mampu melaksanakan operasi sampai menemukan hasil seperti yang mereka harapkan. 

Operasi berlangsung selama dua jam. Tubuh Divi tumbang setelah menjahit bekas sayatan yang dibuatnya di dada pria itu yang menjadi akhir dari operasi. 

“Dokter Divi!” seru Talita, kaget, melihat Divi tidak sadarkan diri. 

Shanum menoleh ke sisi kanan setelah mendengar suara tubuh jatuh bersamaan dengan seruan kaget Talita. Saat itu Shanum tengah fokus merapikan alat-alat medis di atas meja di sisi kiri meja operasi. 

Episodes
1 Status Tersembunyi
2 Cincin yang Familiar
3 Mau Menghindariku?
4 Dunia Terasa Sempit?
5 Saya yang akan Bayar
6 Masih Peduli
7 Kamu Demam?
8 Kamu Harus Merawatku
9 Pacar Mama?
10 Pengunduran Dirimu Ditolak!
11 Ayahnya Siapa?
12 Tidak Menyalahkanmu
13 Mama Berbohong Padaku
14 Benar
15 Mama Memanfaatkan Situasi
16 Kamu Cemburu?
17 Itu karena ....
18 Kak Shanum Kenapa?
19 Tanyakan pada Mamamu
20 Maka Kamu Harus Bersamaku
21 Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22 Kamu Anggap Aku Apa?
23 Kita Lihat Besok
24 Dengan Caraku
25 Biar Saya yang Memeriksanya
26 Kita Kembali Menikah
27 Itu Perjanjian Apa?
28 Wanita Paling Cantik Malam Ini
29 Di Luar Kendaliku
30 Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31 Sibuk di Tengah Malam
32 Perlu Aku Bantu?
33 Keracunan Makanan
34 Mungkin akan Lebih Mudah
35 Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36 Kami Tidak Mungkin Lupa
37 Berguna Juga
38 Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39 Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40 Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41 Bukannya Kamu
42 Gajinya Kurang?
43 Supaya Mereka Sadar
44 Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45 Tidakkah Ini Aneh?
46 Perasaanku Tidak Enak
47 Pegang Janjimu
48 Memang Bukan Perawat
49 Lihat ke Atas!
50 Kesepakatan Tambahan
51 Divi Sudah Menceritakannya
52 Kalian Membisikkan Apa?
53 Enak-Enakan di Belakangku
54 Untuk Pasangan
55 Kamu Apa-Apaan?
56 Masih Marah?
57 Kamu Mencurigainya?
58 Memantau dari Jauh
59 Kabar Buruk
60 Wanita Itu Gila
61 Sepertinya Belum
62 Semuanya Sudah Berakhir?
63 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Status Tersembunyi
2
Cincin yang Familiar
3
Mau Menghindariku?
4
Dunia Terasa Sempit?
5
Saya yang akan Bayar
6
Masih Peduli
7
Kamu Demam?
8
Kamu Harus Merawatku
9
Pacar Mama?
10
Pengunduran Dirimu Ditolak!
11
Ayahnya Siapa?
12
Tidak Menyalahkanmu
13
Mama Berbohong Padaku
14
Benar
15
Mama Memanfaatkan Situasi
16
Kamu Cemburu?
17
Itu karena ....
18
Kak Shanum Kenapa?
19
Tanyakan pada Mamamu
20
Maka Kamu Harus Bersamaku
21
Hari Ini Tidak Lagi Shanum
22
Kamu Anggap Aku Apa?
23
Kita Lihat Besok
24
Dengan Caraku
25
Biar Saya yang Memeriksanya
26
Kita Kembali Menikah
27
Itu Perjanjian Apa?
28
Wanita Paling Cantik Malam Ini
29
Di Luar Kendaliku
30
Kenapa Kalian Tidak Memberitahuku?
31
Sibuk di Tengah Malam
32
Perlu Aku Bantu?
33
Keracunan Makanan
34
Mungkin akan Lebih Mudah
35
Siapa yang Kamu Hubungi Sejak Semalam?
36
Kami Tidak Mungkin Lupa
37
Berguna Juga
38
Kamu Tidak Bisa Menyangkal Lagi
39
Saya Bukan Pelakunya, Pak!
40
Bagaimana Aku Bisa Tenang?
41
Bukannya Kamu
42
Gajinya Kurang?
43
Supaya Mereka Sadar
44
Sebentar Lagi Kamu Masuk Penjara
45
Tidakkah Ini Aneh?
46
Perasaanku Tidak Enak
47
Pegang Janjimu
48
Memang Bukan Perawat
49
Lihat ke Atas!
50
Kesepakatan Tambahan
51
Divi Sudah Menceritakannya
52
Kalian Membisikkan Apa?
53
Enak-Enakan di Belakangku
54
Untuk Pasangan
55
Kamu Apa-Apaan?
56
Masih Marah?
57
Kamu Mencurigainya?
58
Memantau dari Jauh
59
Kabar Buruk
60
Wanita Itu Gila
61
Sepertinya Belum
62
Semuanya Sudah Berakhir?
63
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!