BAB 13 LULUS SMA

Satu tahun berlalu tanpa hambatan yang berarti untuk Ameera.

Setelah tiga tahun mengenyam pendidikan di SMA BAKTI USADA. Dengan suka dan duka menjalani kehidupan seorang murid. Kini saatnya Ameera harus melepas seragam putih abu-abu kebanggaannya itu.

Bisa dikatakan separuh masa mudanya adalah di sekolah. Bayangkan saja dari mulai pukul 7 pagi hingga 5 sore. Selama 5 hari di satu minggu Ameera tinggal di sekolah. Belum jika ada eskul dan acara lainnya. Waktu disekolah benar-benar lebih lama daripada saat ia tinggal di rumah.

Kini saatnya Ameera memasuki kehidupan orang dewasa. Dan berpisah dengan kehidupan masa remajanya itu. Cita-cita Ameera adalah menjadi guru TK. Karena dia sangat menyukai anak kecil. Sangat berbanding terbalik memang dengan sikap tomboy nya. Tapi bahkan jika dibandingkan dengan kakak iparnya yang telah memiliki anak. Ameera lebih memiliki kedekatan dengan anak kecil.

Untuk mengejar cita-citanya itu, rencana Ameera setelah lulus adalah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orang tuanya pun awalnya sangat mendukung hal tersebut.

Namun tepat setelah Ameera menerima surat kelulusan. Dan mengutarakan kembali rencananya. Reaksi keluarganya tiba-tiba berubah.

"Gausah kuliah ya nak, dirumah saja belajar sama ibu," ujar sang ayah.

"Anak perempuan ngapain sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya juga di dapur. Udah bantuin ibu aja di rumah," ujar sang ibu.

"Udahlah langsung nikahin saja pak bu," mas Ical turut mengompori.

Tentu Ameera dibuat kecewa dengan bagaimana tanggapan keluarganya itu. Hatinya begitu hancur mengetahui mimpinya telah padam. Dan yang memadamkannya adalah keluarga yang ia sayangi.

Sampai akhirnya kebenaran menghantamnya.

Semenjak kecelakaan sang ibu yang membuatnya tak bisa lagi membuat pesanan kue. Nafkah keluarga hanya bergantung pada sang ayah dan kakaknya saja. Namun, tak lama setelah kejadian kecelakaan ibunya itu. Sang ayah dan kakaknya berturut-turut di PHK dari pekerjaan. Yang membuat keduanya lama menganggur.

Ameera yang memang disibukkan dengan sekolah tentu tak menyadari apa yang terjadi di keluarganya. Sehingga saat keluarga tiba-tiba memutus masa depan yang Ameera impikan. Ameera menjadi marah dan memusuhi semua orang.

Beruntung sang kakak ipar memberi tahu Ameera kebenarannya. Sebelum gadis itu melakukan hal yang lebih gila.

"Sekarang kamu mengerti kan kenapa keluarga tidak ada yang mendukung kamu untuk kuliah, Mi," Sarah kakak ipar Ameera mengakhiri penjelasannya.

Sebenarnya satu rumah tak ada yang berniat memberi tahu Ameera kebenarannya. Lantaran tak ingin membebani gadis itu. Hanya saja Sarah terlalu tak tahan dengan sikap Ameera yang menjadi pendiam dan memusuhi keluarga.

"Setidaknya setelah kamu tahu kesulitan keluarga, jangan menyalahkan mereka lagi, Mi. Aku tak tahan melihat bagaimana ibu menangis diam-diam," kata Sarah lagi.

"Amy tahu kak," jawab Ameera lemah.

...----------------...

Di suatu pagi di bulan Mei. Cuaca saat itu sedang memasuki pertengahan kemarau. Hingga udara sedikit menghangat. Meski hari masih pagi.

Untuk itu kesempatan ini Ameera manfaatkan nya untuk mencuci sprei dan selimut yang tebal.

Di tengah kesibukan Ameera menjemur baju, nampak dua orang ibu-ibu lewat. Keduanya merupakan tetangga gang beberapa blok dari rumah Ameera.

"Tumben banget, pagi-pagi sudah jemur baju aja, Mi. Ya gitu rajin bantuin ibunya, insyaallah berkah. Iparnya kemana,, kok lama gak keliatan," celetuk salah seorang diantaranya yang kelihatan baik.

"Ada di dalam,, lagi jagain Kelly," jawab Ameera sopan.

"Duhh,, pasti masih tidur. Pas jaman ku meskipun punya bayi. Pagi-pagi tuh udah kesana-kesini,, gak bisa diem ya bu," balas Bu Dias dengan nada sombong. Orangnya memang terkenal dengan komentar buruknya. Mau sebaik apapun orang lain, tetap saja ada kurangnya. Tipe orang begini hanya menganggap diri sendiri dan keluarganya paling benar sedunia.

"Cacingan kali ibunya," batin Ameera jengkel.

"Hahaha, ya kan beda bu," kata ibu disampingnya bingung bagaimana menanggapi.

"Ya beda memang,, anak sekarang mah manja sekali," Bu Dias kembali berkomentar. Tangannya melambai-lambai seolah sedang presentasi di panggung. "Kamu juga Mi,, sudah lulus sekolah kan. Cepetan cari kerja, biar bisa bantu orang tua. Atau langsung aja nikah. Kayak anak saya tuh, dapet nikah sama orang kaya. Enak hidupnya sekarang. Orang tuanya pun ikut kecipratan."

Mendengar hal itu ibu di sampingnya tentu merasa tak enak. Tak ia sangka Bu Dias berbicara semakin melantur kemana-mana. Padahal niatnya hanya beramah-tamah, saling menyapa saja dengan Ameera.

Dengan buru-buru ia menarik tangan Bu Dias. "Sudah bu ayo keburu tukang sayur nya pergi. Duluan ya Mi, salam buat ibunya."

Ameera tersenyum manis mengantarkan kepergian kedua ibu-ibu itu. Tapi tak lama kemudian dia melempar cucian di tangannya kembali ke timba.

'Plukk' Bibirnya mengerucut seperti bebek, bersiap mengomel, "Pis jiminki ti, pigi-pigi gik bisi diim.... Iya-iya si paling gabisa diem. Coba dilihat dulu keluarganya,, udah bener banget apah. Kalau bener ya bersyukur alhamdulillah gitu. Ngapain sih segitunya ngomentarin orang. Punya mulut kok gabisa banget dijaga. Kalau bukan orang tua, sudah ku bal-"

"Assalamualaikum," potong Adrian.

"-Eh,, Waalaikumsalam," beo Ameera terkejut. Matanya seketika menatap heran pada pria didepannya. "Setan kah,, kok tiba-tiba muncul," katanya dalam hati.

'Tikk' Adrian menjentikkan jari dihadapan Ameera. "Ngelamun terus, mikirin apa hayooo."

"Enggak mikirin apa-apa," jawab Ameera. Meski mengatakan begitu, matanya masih memastikan dari atas ke bawah. Melihat kakinya nampak di tanah atau tidak. "Ehem,, mau ngambil uang yaa,, ibu ada di dalem kok, lagi masak kayaknya."

"Iya,, sudah tadi. Kamu gak denger sih orang asik ngomel sendiri."

"Hehe, abis tadi ada ibu-ibu ngeselin mas," adu Ameera.

Semenjak kecelakaan ibunya, memang Adrian kerap mampir dengan alasan menjenguk. Karenanya berbeda dengan penolakannya dulu saat baru mengenal Adrian. Kini Ameera sudah lebih dekat dengan pria itu.

Hanya saja perasaannya pada Adrian, bukan seperti wanita pada pria. Melainkan hanya adik dan kakak saja.

"Ohh gitu,, biarin aja. anggep aja orang gila…. Nanti malem keluar yukk. Ke alun-alun,, kita malmingan. Katanya lagi ada pasar malem," ajak Adrian senang hati.

"Gak ah mas," tolak Ameera.

"Ayolah daripada di rumah aja kan bosen pasti," mengetahui rahasia Ameera, Adrian melanjutkan ucapannya dengan berbisik "Ujian masuk universitas kan masih lama. Sekali-kali ganti suasana, Mi," bujuk Adrian.

Memang hanya Adrian yang mengetahui rahasia Ameera itu. Bahwa gadis itu tak ingin menyerah pada mimpinya. Ini juga alasan kenapa Ameera menganggap Adrian di posisi yang sama seperti Mas Ical. Karena selama ini untuk mempersiapkan masuk ke universitas. Ameera menggunakan Adrian sebagai alasan.

Tentu saja bak pepatah sekali dayung dua pulau terlampaui. Yaitu pdkt sambil membantu gadis yang dia sukai. Adrian menerimanya dengan senang hati.

"Iya juga sih," pikir Ameera mulai terbujuk. "Boleh deh, jangan malem-malem ya tapi."

"Sipp."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!