Malam harinya.
Seperti janji di pagi hari, tepat setelah sholat magrib selesai Adrian pun menjemput Ameera.
Masih dengan memakai motor yang biasa ia pakai untuk bekerja. Adrian datang dengan gaya pakaian yang tak biasa. Jika biasanya pria itu memakai pakaian formal yang tak jauh dengan kemeja. Kini pakaiannya lebih seperti anak muda kekinian. Faktanya usia Adrian juga tidak terlalu tua. Hanya beda beberapa tahun dari Ameera. Namun, karena pakaian formalnya di hari biasa, dia terlihat sedikit dewasa.
"Sudah siap?" tanya Adrian masih setia di atas motor.
Ameera malam ini tampil dengan gaya yang lebih feminin. Lama bersama Cherry dan Ratu, memang membangkitkan sisi perempuannya. Walaupun tetap celana jeans kebesarannya itu masih dipakai.
"Sudah," Ameera mengangguk. "Mas Rian, nggak mau masuk dulu?"
Ditanya seperti itu oleh Ameera, Adrian sempat mengalihkan pandangannya yang semula ke Ameera, menjadi ke rumah gadis itu. Pikirnya sedang mempertimbangkan akan mampir atau tidak.
Hening sejenak, sampai Adrian kembali bicara.
"Enggak deh, nanti kita keburu malam. Lagian tadi mas sudah izin ke ibu. Jadi langsung saja ayo."
"Yaudah, aku juga sudah izin barusan," balas Ameera.
...----------------...
Pasar malam di alun-alun memang tempat yang selalu ramai. Karena acaranya jarang terjadi, kurang lebih hanya sekali dalam setahun. Setiap kali dihadirkan, permainan yang ada pun tak main-main, tak kalah seperti pasar malam di kota-kota besar. Maka dari itu pengunjung pun tak hanya dari orang sekitar. Banyak dari tempat-tempat jauh yang datang. Tak heran jika Adrian mengajak Ameera kesini.
Perjalanan ditempuh kurang lebih 30 menit. Meskipun jaraknya tidak jauh. Dengan gaya mengendarai Adrian seperti siput. Jarak yang harusnya sampai dalam waktu 15 menit, menjadi dua kali lipatnya.
Memang Adrian sengaja memelankan laju motornya. Sehingga dia bisa bicara dengan Ameera lebih banyak. Tak seperti saat di awal mereka bertemu. Obrolan di atas motor kali ini cukup lancar. Mungkin karena jalanan yang mereka lalui sepi. Sehingga komunikasi menjadi mudah.
"Mau naik permainan atau mau jajan dulu?" tanya Adrian.
"Emm, terserah Mas Rian deh," jawab Ameera. Matanya asik melihat keramaian. Malam hari yang identik sunyi dan gelap. Kini nampak seperti siang hari. Dan Ameera menyukainya. Rasanya jadi tak sepi.
"Yakin terserah aku?"
"Iya terserah."
Adrian yang mendengar jawaban sakral khas wanita tentu dibuat pusing. Meski ini bukan kali pertama pria itu dekat dengan wanita. Tetap saja jawaban seperti itu menyulitkannya.
"Yaudah kita jajan dulu ya," putus Adrian.
"Tapi aku masih kenyang," balas Ameera. Memang sebelum berangkat, dia telah makan malam lebih dulu, karena paksaan sang ibu.
"Sudah aku duga," batin Adrian frustasi. Tak menyerah dia pun menyarankan pilihannya yang pertama. "Kalau gitu kita langsung main aja. Jajannya bisa di sela-sela kita main nanti."
"Umm," Ameera mengangguk menyetujui.
Melihat itu Adrian menghelas nafas lega.
"Bianglala gimana?"
Ameera menggeleng tak setuju, "Bianglala harusnya dimainkan di akhir dong."
"Kalau gitu komedi putar?"
"Enggak ah, aku baru selesai makan, nanti mual lagi."
"Mau ke rumah hantu?"
"Boleh sih-" kata Ameera menggantung. Hampir saja Adrian akan senang, sebelum gadis itu melanjutkan menolak. "Tapi lebih enak kalau abis dari rumah hantu, lanjut ke bianglala."
Adrian menggaruk tengkuknya, "Kalau kora-kora?"
"Ihh, kan aku udah bilang abis makan, nanti mual," kata Ameera dengan cemberut. Mood yang semula senang langsung turun drastis. "Kok gak ngerti-ngerti siiihh!"
"Iya, maaf aku lupa," balas Adrian dengan penuh kesabaran.
"Huhh," dengus Ameera pelan.
Adrian tak marah, meski dalam hati frustasi. Frustasinya itu hanya karena bingung untuk menebak keinginan Ameera. Beginilah memang kalau orang jatuh cinta. Segala sifat pasangan, se menjengkelkan apapun itu, di matanya terkesan manis.
Melihat pemandangan anak-anak kecil tak jauh disamping. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepala Adrian.
"Mau mancing ikan aja? Tuh bareng anak-anak kecil di sana," kata Adrian sambil menunjuk ke sekelompok anak.
Ameera langsung menoleh mengikuti arah yang ditunjuk, "Malu ihh, masak kayak anak kecil."
"Gak apa-apa, ayo," tanpa beban Adrian menyeret Ameera.
...----------------...
Setibanya di stan permainan memancing ikan.
"Pak, berdua ya," lapor Adrian pada sang pemilik. Tangannya hendak menyerahkan beberapa lembar uang.
"Iya langsung saja mas. Bayarnya nanti saja, biar sesuai hitungan," ucap si pemilik permainan memancing.
"Ohh, okey," Adrian memasukkan kembali uangnya. Ia lalu duduk di salah satu kursi yang kosong. Dengan badan besar seorang pria duduk di kursi kecil yang diperuntukkan untuk bocah. Terlihat sangat lucu sekali. Beruntung meski kursinya kecil, tapi cukup kuat untuk menahan berat badan orang dewasa. Jika tidak akan lebih lucu, jika sampai Adrian jatuh, dan mematahkan kursinya.
Melihat Ameera yang setia berdiri diam di sampingnya. Dengan gemas Adrian kembali berdiri, lalu menariknya agar duduk. "Ayokk, malah berdiri aja,,, sini duduk disampingku.... Nihh, pancingnya sama keranjangnya, kamu satu aku satu."
Ameera pun menerimanya dengan terpaksa. Dengan malu gadis itu melihat sekeliling. Tak jauh dari tempatnya duduk. Orang tua dari anak yang tengah bermain terlihat memandang ke arahnya.
"Pergi aja ayukk mas,, diliatin ibu-ibunya loh," bisik Ameera.
"Udah, gpp. Orang ga ada larangan orang dewasa main begini. Abaikan aja, gausah dilihat, kita gk kenal juga. Mending kita mulai mancing,, kita lomba yaa,, yang menang boleh minta hadiah,, 1, 2, 3 mulai," seru Adrian.
Dengan semangat Adrian mulai menggerakkan alat pancing mainan di tangannya.
Ameera sendiri masih diam karena bingung antara malu dan godaan permainan di depannya.
"Nah, aku dapat satu. Kamu kalah,, siap2 nyiapin hadiah ya," seru Adrian dengan nada nakal.
Mendengar itu Ameera pun menjadi terprovokasi. "Enggak ya enak aja, kapan aku setuju."
"Aku dapat dua," pamer Adrian lagi.
"Ihh, ulang-ulang," protes Ameera.
"Wihhh, dapet tiga."
"Iiihh."
Tak tahan Ameera pun langsung bergerak cepat mulai ikut bermain. Rasanya malunya segera hilang begitu saja. Fokusnya tak lagi pada para ibu-ibu. Melainkan pada ikan mainan di depannya. Dengan riang gadis itu mulai memancing.
"Yeyyy,, langsung dapet dua dong,, liat aja kamu yang bakal kalah," kata Ameera kekanakan. Begitu lincah tangannya memasukkan ikan mainan ke keranjang. Lalu kembali melanjutkan memancing.
Yang tanpa Ameera sadari, Adrian melambatkan gerakannya. Dengan pura-pura pria itu masih terlihat serius menemani Ameera bermain.
Sesungguhnya Adrian benar-benar tak cocok dengan permainan ini. Dan sama seperti Ameera. Awalnya Adrian juga malu.
Dia telah melewati masa remaja yang penuh permainan sejak lama. Hari-hari biasanya adalah keseriusan di tempat kerja. Namun, demi membuat Ameera senang, dia membuang rasa malunya itu.
"Curang pasti kan," balas Adrian bercanda.
"Enggak yaa,, kamu tu curang! mulai duluan. Yeeyy,, dapet lagi, hihihi," seru Ameera dengan tawa senang. "Wlekk kamu kalah,, aku menang."
"Tawa ini yang akan selalu ku jaga," batin Adrian berjanji.
Semoga kamu benar-benar menepati janjimu itu Adrian. Karena meski tak siapapun mendengar Author dan para pembaca mengawasi disini. Kalau sampek aneh-aneh kubuang ke mars yaa( ̄へ ̄).
Hehehehe maap Author numpang lewat, terbawa perasaan ngetiknya(づ ̄ ³ ̄)づ, lanjut lagi di bab selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments