BAB 20 HARI PERTUNANGAN

"-Tapi Ra, jujur saja saranku yang pertama masih lebih baik."

Dahi Ameera mengernyit, dia tak bisa mengerti. Pikir nya tak ada yang baik dari nasihat Cherry yang pertama.

"Kenapa? bukankah lebih baik yang kedua."

"Entahlah,, feeling Ra."

"Hahaha,, mentang-mentang aku bilang kamu keturunan cenayang ya, Cher." Sambil tertawa Ameera tak bisa menahan untuk memukul Cherry. Bukan pukulan kencang, hanya pengutaraan rasa gemas.

Cherry menggigit bibir, dia sudah menebak Ameera tak akan langsung percaya.

"Masalahnya feeling ku jarang meleset, Ra," kata Cherry serius.

Melihat tatapan Cherry yang serius, membuat Ameera tertegun.

"Walaupun kamu mengatakan Rian adalah pria yang baik. Feeling ku tak berkata begitu. Yahh,, bukan berarti lantas dia jahat. Aku tak bisa menjelaskan,, aku hanya merasa,,,firasat yang buruk. Faktanya aku juga belum pernah bertemu dengannya,,.. Jadi aku juga tak begitu yakin."

"Cher, bukan nya aku tak percaya. Aku percaya tapi, keluargaku-" Ameera menggantung ucapannya.

Meski begitu Cherry bisa mengetahui apa yang akan dikatakan Ameera. Jika berhubungan dengan keluarga memang hal yang sangat sulit. Sebenarnya bukan berarti mereka jahat. Pikiran mereka pasti ingin yang terbaik untuk anak. Hanya saja kadang mereka sama sekali tak memikirkan perasaan anaknya.

"Gpp, Ra aku mengerti kesulitanmu. Kita sama-sama berdoa saja,, apa yang ga bisa kita kendalikan,, serahkan sama Allah."

"Ya,, doakan aku, Cher."

"Pasti."

...----------------...

Seminggu kemudian. Pertunangan diadakan di rumah Ameera. Bukan acara besar, hanya pertemuan dua keluarga.

Meski bukan acara besar, sudah sedari pagi seluruh rumah begitu sibuk mempersiapkan ini dan itu. Setiap sudut rumah dibersihkan dari debu. Gorden dan taplak meja digantikan dengan yang baru. Keluarga Ameera sangat menganggap penting acara pertunangan ini. Selain untuk tampil baik di hadapan calon besan. Sudah pasti yang mereka pikirkan adalah putri kesayangan mereka Ameera. Karena jika calon mertuanya terkesan, yang memetik buahnya nanti adalah Ameera.

Tak kalah sibuk dengan anggota keluarganya. Ameera pun telah sibuk berdandan sedari subuh. Padahal bukan make up yang berlebih. Tapi memang dasarnya perempuan, selalu butuh waktu lama untuk berdandan.

Karena hanya bertunangan, tentu tak perlu seketat pernikahan. Ameera hanya memakai kebaya modern berwarna biru langit. Dipadukan dengan jarik bergaya modern juga.

Memang sesuai dengan salah satu warna kesukaannya, yaitu warna biru dan hijau.

"Nduk,, nak Rian katanya bakal dateng jam berapa?" tanya Bu Dona memasuki kamar Ameera.

Ameera telah selesai berdandan. Namun, karena acara pertunangan belum berlangsung. Dia tak diperbolehkan untuk keluar dulu. Kalau kata orang tua, pamali.

"Jam sepuluh-an, yang pasti sebelum masuk waktu dzuhur," jawab Ameera.

"Tapi ini sudah setengah sebelas loh, Mi. Kamu yakin Rian bilang jam sepuluh. Mungkin kamu salah ingat," kata Bu Dona sedikit cemas.

Mendengar pernyataan ibunya, Ameera pun baru menyadari jika jam telah menunjukkan pukul 11:00. Yang berarti sudah lewat satu jam dari waktu perjanjian. Buru-buru gadis itu mengecek ponselnya. Untuk kembali melihat pesan dari Adrian.

Kenyataannya tak ada yang salah. Ameera tak salah ingat. Pernyataan Ameera benar. Bahkan sudah dua kali Adrian mengatakan akan datang di jam sepuluh. Pesan yang pertama adalah semalam dan yang kedua adalah tadi pagi. Dan kalaupun ada keterlambatan pasti hanya beberapa menit.

"Amy benar kok bu," kata Ameera. Agar ibunya percaya, dia mengulurkan tangannya, untuk menunjukkan layar ponselnya. "Ini pesannya mas Rian semalam sama tadi pagi."

Bu Dona membacanya dengan hati-hati. Benar saja tak ada yang salah. Hatinya pun menjadi semakin cemas. Takut jika sesuatu telah terjadi.

"Coba kamu hubungi nak Rian. Ibu takut terjadi apa-apa," perintah Bu Dona pada Ameera.

Dengan cepat Ameera segera menjalankan perintah ibunya.

Tut tut tut

"Nomor yang anda hubungi berada di luar jangkauan silah-"

"Nggak aktif, bu. Gimana dong," Ameera jadi ikut khawatir. Pasalnya karena terlalu gugup akan hari ini. Semalaman Ameera susah tidur.

Alhasil dia bermain dengan ponselnya hingga baterainya hampir habis. Ameera masih sempat membalas pesan Adrian tadi pagi. Tapi setelahnya keduanya tak ada komunikasi lagi. Lantaran ponsel Ameera di cas.

"Kamu coba hubungin lagi dulu. Ibu akan keluar dulu untuk bertanya dengan mas mu. Mungkin nak Rian lupa memberitahumu," kata Bu Dona sambil lalu.

Ameera pun hanya menurut, tak berani membuat masalah.

...----------------...

Bu Dona berjalan cepat mencari keberadaan putranya. Setelah bertemu, tanpa mengatakan apa-apa. Buru-buru Bu Dona menariknya untuk kembali masuk kedalam rumah.

"Eh-eh,, ada apa sih bu. Kok tarik-tarik," protes Reizal terkejut. Pasalnya dirinya tengah mengobrol dengan salah seorang tetangga. Tentu tindakan ibunya yang tiba-tiba tak bisa dia duga.

"Bentar ya pak lek,, nih ibu ada perlu," teriak Reizal tak enak.

Pak Lek yang disebut Reizal untungnya hanya melambai memaklumi.

Setelah keduanya masuk ke dalam rumah. Baru Bu Dona melepaskan cekalannya pada Reizal.

"Mas, nak Rian menghubungi kamu?" tanya Bu Dona tanpa basa-basi.

"Yaa ampun bu,, cuma nanya gitu aja sampai tarik-tarik aku Segal. Di dan kan bisa. Aku lagi ngobrol loh sama pak lek tadi. Gak sopan kan tiba-tiba pergi," keluh Reizal masih belum menyadari keseriusan masalah.

Bu Dona memang tak memperhatikan ada orang lain. Di mata nya hanya ada Reizal tadi. Jika hari biasa sudah pasti Bu Dona akan kembali ke depan untuk minta maaf. Tapi kini masalahnya sedang genting. Mana punya waktu dia untuk memikirkan itu.

"Mas, ibu serius. Nak Rian ada menghubungi kamu tidak!" desak Bu Dona.

"Enggak ada bu Suer deh. Kan sekarang sudah ada Amy. Ibu harusnya tanya ke dia. Pasti dia yang dihubungi. Kenapa sih?" tanya Reizal. Dia mulai merasa aneh dengan sikap ibunya.

"Duhh,, ibu sudah tanya. Tapi ponselnya nak Rian itu mati sekarang."

Mendengar itu Reizal menjadi semakin bingung.

"Ya terus kenapa,, paling juga sedang diperjalanan anaknya."

"Masalahnya Rian bilang ke Amy kalau mau datang jam sepuluh. Sekarang kamu lihat itu jam berapa," Bu Dona menunjuk jam dinding yang berada di atas pintu. Sekarang jarum jam yang panjang bahkan sudah lewat ke angka lima. Padahal baru saja sebelumnya masih jam sebelas tepat. 

"Sudah satu jam lebih ini. Kok gak ada kelihatan. Kalau memang mau terlambat. Seharusnya mengabari. Tapi ini gak ada. Ponselnya bahkan mati. Ibu fikir, mungkin nak Rian menghubungi kamu. Kan di rumah ini hanya kamu dan Amy yang punya kontaknya."

"Tapi dia tak menghubungi ku," beo Reizal.

Bu Dona mengangguk cemas. Fikiran-fikiran buruk tak bisa dicegah untuk muncul di pikiran nya.

"Ibu takut sesuatu yang buruk terjadi mas."

Reizal memeluk bahu sang ibu, "Ibu tenang biar Ical yang cari tahu.... Sekarang lebih baik ibu temani Amy, jangan sampai dia berpikir macam-macam."

"Kamu cepetan cari kabarnya."

"Iya bu."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!