Riki tersenyum sinis, mencela dirinya sendiri. Hanya mengatakan kata itu saja dia tak berani. Betapa pengecutnya.
"Baiklah, aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik, Cher," pamit Riki. Dengan berat hati dia pergi dari tempat itu.
Cherry benar-benar tak menanggapi, tak juga memandang kepergian Riki. Gadis itu hanya diam ditempat. Pandangan nya terus menatap panggung tanpa beralih. Entah karena sebegitu menariknya pemandangan itu bagi nya. Atau hanya sebuah pengalihan akan rasa berkecamuk di hatinya. Hanya gadis itu yang mengetahuinya. Hingga menit berganti kesekian kalinya. Tatapannya tiba-tiba meredup menyendu. Ingatan kenangan masa lalu terputar otomatis di kepala nya.
...----------------...
Kejadiannya 4 tahun lalu...Pertama kali Cherry bertemu dengan dua saudara kembar.
Pertemuan pertama ketiganya adalah saat ia mengikuti lomba pramuka antar sekolah SD. Sang kakak bernama Riki dan sang adik yang hanya beda 5 menit, bernama Reza.
Riki lah yang pertama berinisiatif mengajak Cherry berteman. Meski saat itu mereka berbeda sekolah dan tak sekalipun bertemu. Hal itu tak memutus persahabatan yang baru terjalin itu. Aneh memang, tapi itu fakta. Janji remeh untuk memasuki SMP yang sama. Begitu dipegang ketiganya.
Hingga akhirnya ketiganya benar-benar bertemu di SMP. Semakin erat lah persahabatan itu. Setiap hari bersama, berangkat sekolah bertiga, waktu istirahat bertiga, pulang pun bertiga. Tak ada waktu dimana mereka berpisah, kalau ada Cherry pasti ada si kembar, dan begitu pula sebaliknya.
Namun, seperti kata pepatah, tak ada persahabatan antara pria dan wanita, tanpa salah satunya memiliki rasa. Riki menyatakan cinta segera setelah dia menyadari memiliki rasa suka terhadap Cherry.
Cherry yang saat itu masih muda dan polos menerimanya, tanpa tahu apa itu pacaran. Lambat laun semakin dekat keduanya. Rasa cinta pun muncul di hati Cherry. Keduanya pun menjalin hubungan layaknya muda mudi yang dimabuk asmara. Tentunya masih dalam batasan-batasan.
Disisi lain Reza yang pendiam diantara keduanya. Diam-diam juga mencintai Cherry. Tapi karena menghormati sang kakak dan tak ingin hubungan persahabatan hancur. Reza memilih memendamnya.
Tapi tiba-tiba Cherry pergi meninggalkan kota kelahirannya. Meninggalkan cintanya, sahabatnya, dan keluarganya. Seorang diri dia mendatangi kota asing. Entah apa yang telah terjadi pada gadis itu.
Kisah itu terlalu panjang untuk diceritakan disini....
...----------------...
"Nah, ini dia! Dicariin dari tadi loh, Cher," seru Ameera.
Cherry mengangkat alis sambil menunjuk dirinya sendiri, "Kalian mencari ku?"
"Yaiyalah siapa lagi yang ilang selain kamu," tutur Ameera sewot. Dengan ringan bahunya berbenturan dengan bahu Ratu sebagai kode "Nih, tanya Ratu udah darimana aja kita nyariin kamu."
Ratu langsung mengangkat jari-jemarinya bersiap menghitung. "Di kelas-kelas gak ada, di kamar mandi gak ada, di mushola pun gak ada, di stan-stan makanan juga gak ada. Kita sampai balik ke kantin, berharap kamu disana, gak ada juga. Semua tempat sudah kita datangi loh, Cher. Tapi gak ketemu kamu. Sampek kita pikir kamu sudah pulang. Tapi Kan gak mungkin."
Melihat tingkah lucu Ratu saat melaporkan, membuat Cherry terkekeh kecil. Sepertinya kedua sahabatnya benar-benar kesulitan mencarinya. Cherry bisa melihatnya dengan jelas. Di tengah udara malam yang dingin. Dahi Ameera dan Ratu sama-sama mengeluarkan sebutir keringat.
"Huh, malah ketawa," dengus Ameera sebal. Bagaimana tidak kesal, jika sudah panik karena tak menemukan sang sahabat dimanapun. Yang dicari rupanya malah asik menikmati acara.
"Aku dari tadi disini kok," jawab Cherry jujur. "Lagian kalian kenapa tak menelpon saja sih. Chat ku online kok?"
"Iya juga ya, Ra. Kenapa kita gak telpon Cherry dan tanya dia dimana," beo Ratu.
"Nggak kepikiran lah, namanya juga orang panik," sahut Ameera.
Cherry tersenyum tipis, "Yaudah maaf deh. Harusnya aku perginya tadi bilang-bilang."
"Eh, gak gitu," kata Ratu bingung. Tangannya bergerak gelisah. Karena awal mulanya dia dan Ameera yang mengabaikan Cherry duluan. "Salah kita kok, harusnya kita gak ngabaikan kamu tadi."
Mendengar pengakuan Ratu, Ameera mengangguk menyetujui. Mau dipikir bagaimanapun memang bukan salah Cherry. Setelah rasa kesal sesaat, rasa bersalah mulai hadir kembali di hati Ameera.
Yahh, tidak tahu saja keduanya jika kepergian Cherry memang bukan karena mereka.
"Maapin kita ya, Cher. Janji gak gitu lagi deh. Meskipun banyak cogan tetep kamu nomor satu," kata Ameera sambil memeluk Cherry.
Melihat itu Ratu pun mengikuti. "Betul, Cherry nomor satu!"
"Hahh, aku tidak tahu harus bagaimana ke kalian," keluh Cherry. Tapi tangannya balas memeluk kedua sahabatnya erat-erat.
Jadilah ketiganya saling berpelukan.
Mungkin tanpa Ameera dan Ratu sadari, tindakan mereka kini, telah menenangkan rasa sakit di hati Cherry. Meski dari luar Cherry terlihat tenang sejak tadi. Dalam hatinya tengah berkobar api yang ganas.
...----------------...
Tak jauh dari tempat ketiga sahabat itu. Tepatnya di lantai dua, tempat biasa ketiga sahabat berkumpul untuk menghabiskan waktu istirahat mereka. Riki yang berpamitan pergi rupanya tak benar-benar pergi. Tatapannya menyapu lekat pada tiga gadis yang tengah berpelukan di bawah panggung.
"Aku senang kamu mulai membuka diri, Cher. Yang paling aku takutkan adalah kamu sendirian dan menutup diri lagi. Sekarang aku bisa tenang," batin Riki. Melihat senyum Cherry, bibirnya turut ikut tersenyum. Masih hangat di pikirannya pemandangan tiga sahabat yang sama. Hanya saja posisinya dan sang kembaran telah digantikan oleh orang lain.
"Sendirian saja kak, gak ikut gabung dengan keseruan dibawah," ucap seorang pemuda menghampiri Riki.
Riki menoleh, "Tidak."
"Wahh, lebih bagus pemandangan disini ternyata. Ngomong-ngomong namaku Bumi,, Bumi Jagadhita Rafiz, salam kenal," Bumi mengulurkan tangan ke arah Riki.
Dan Riki pun membalasnya, "Riki,, Moch. Riki Harid."
"Kak Riki alumni angkatan berapa?"
Karena semua siswa tengah di sibuk kan dengan acara, jadi Bumi menebak jika Riki adalah salah satu tamu alumni yang datang.
"Panggil Riki saja, kurasa kita seumuran. Aku bukan alumni sini."
Bumi menggaruk kepala tak gatal, tak menyangka jika dia menemukan teman yang sama. "Hehehe,, gak kusangka menemukan teman. Aku juga bukan dari sekolah sini soalnya."
"Dari sekolah lain juga?"
"Iya, SMK 2 Rik. Kalau kamu?"
"Aku tidak sekolah di kota ini," jawab Riki tanpa berniat menjelaskan.
Untungnya Bumi juga tak bertanya lebih jauh dan hanya mengangguk. Topik kemudian beralih dengan cepat.
"Mau tau cewekku nggak,, ituu yang pakai rok item, sedang pelukan dengan dua temannya," kata Bumi sambil menunjuk.
Mata Riki menyipit tajam, dia pun bertanya dengan penuh kecurigaan, "Yang mana, ada dua orang yang memakai rok hitam,, apa maksud mu yang tengah??"
"Ah, bukan itu sih temannya,, sisi yang satunya. Namanya Ameera Fei Shaqueen. Itu gadisku,, cantik kan?" kata Bumi dengan senyuman misterius.
"...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments