Partai

“Kamu lagi ngapain di sini?” Regi menghentikan langkah Ratu yang berniat berjalan ke dapur untuk menyampaikan pesanan Pak Yudi tadi.

“E-eh Pak... saya pikir sudah pergi. Hehe.”

“Sudah sampai parkiran tapi kepikiran ada waitress yang tampangnya saya kenal. Ternyata benar kamu. Garnet Bank tidak mengizinkan karyawan kerja double ya.”

“Ini saya lakoni hanya di week-end untuk tambahan penghasilan karena hutang ibu saya yang melonjak.”

“Kok bisa-bisanya hutang membludak? Gaya hedon ekonomi down atau gimana?”

“Ditipu Pak. Ada yang pakai KTP ibu saya buat pinjol, kemungkinan saat ada vaksin covid gratis identitas ibu saya diduplikasi. Di sana dimintakan ada fotokopi KK, NIK, dan nama ibu kandung. Ibu saya polos saja mengisi data. Terus DC tiba-tiba datang.”

“Berapa hutangnya?”

“80 jutaan, belum bunga berjalan.”

“Sudah lapor polisi belum?”

“Sudah, tak ada hasil.”

“Kamu kerja sampai gantung diri juga nggak bakalan ketutup itu hutang.”

“Saya sudah ajukan pinjaman untuk menutup pinjol itu ke Garnet Bank tapi minimal gaji saya nggak cukup, Pak. Karena saya belum setahun bekerja di Garnet... Tolong lah Pak, beri saya dispensasi. Saya nggak ingin ibu saya stress, dia punya penyakit jantung.”

Regi menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepala. “Ada-ada saja, kenapa sih sebagian besar dari kalian nggak menjalani hidup normal...”

“Ya kalau nggak ada masalah berarti tugas kami di dunia selesai dong Pak.”

“Ck.” Decak Regi sambil menaikkan ujung topi Ratu ke atas. “Setidaknya pakai masker kalau tak ingin ketahuan. Dasar bego.” Dan pria itu pun berjalan ke pintu keluar.

Ratu memandang tubuh tinggi Regi yang berjalan menjauhinya. Sosok itu sebenarnya lumayan mencolok. Tubuhnya cenderung kurus, bahunya tegap dan pinggangnya ramping. Cara berjalannya congkak dan gerakannya cenderung kemayu. Lalu Ratu menatap ke arah kedua orang tua Regi yang masih tegang di ruang makan mewah di ujung sana.

Ratu pun membulatkan tekadnya untuk mengejar Regi.

“Pak Regi!” panggilnya sambil setengah berlari mendahului Regi dan menghadangnya.

“Astaga...” desis Regi kaget. “Apa sih?!”

“Mau jadi pacar saya Pak?”

“Hah?!”

**

“Saya tidak berharap jawaban yang terburu-buru kok Pak, dipikirkan saja dulu.”

Begitu kalimat dari Ratu selanjutnya. Tak lama gadis itu pergi kembali ke restoran sambil menyisakan ratusan pertanyaan di benak Regi.

Ya jelas pria itu bingung sendiri jadinya.

Baru kali ini seumur hidupnya, selama 28 tahun ia menghirup oksigen di dunia, ada yang bilang secara gamblang menawarinya jadi pacar. Kata-kata itu bukanlah kata-kata sederhana bagi Regi. Sangat sulit menjadikan manusia ‘menyukainya’ apalagi jadi Pacar.

“Mencurigakan...” dengus Regi akhirnya karena tidak ingin berprasangka yang baik-baik. Ia jelas tak ingin ke-GR-an. Ia menganggap semua insan di dunia ini tak ada yang tulus.

Lalu ia merogoh ponsel di kantongnya, dan ia cari kata... Pacar. Apa itu Pacar?

‘Teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih’.

“Heh!” dengus Regi sambil tersenyum licik. “Menggelikan.” Bulu kuduknya meremang, ia mengelus-elus lengannya untuk meredakan rasa aneh yang menjalar.

Lalu muncul dua lagi pesan singkat. Dari Abbas dan Ibunya.

Regi membuka yang dari Abbas duluan.

“Aku butuh Back Up, Mas. Seragam Parpol untuk Mas Regi sudah kusiapkan nih, kuambil dari ruang ganti jadi nggak usah protes kalau bau keringat dikit.”

Regi berdecak sambil bersiap-siap menyalakan mesin mobilnya dan menuju lokasi tempat Abbas berada.

Lalu ia membuka pesan dari ibunya, “Besok kita bicara ya Regi? Kamu bisa datang ke rumah?”

Regi pun mengambil nafas dalam-dalam. “Kalau masalah Partai Mengkudu yang ini lancar, ya mungkin bisa dipertimbangkan buat acara keluarga lagi... kalau aku kecapekan ya batal.”

**

KUAT KUAT KUAT!! PARTAI MENGKUDU BERJAYA ABADI!!

Suara itu bergema ke seantero ruangan gedung Partai, membuat Regi hampir terbahak mendengar slogannya. Di depannya sedikit lagi Regi bisa mencapai Hari Fadil. Si Anggota Kehormatan Partai, yang baru keluar dari penjara karena kasus Narkoba. Sosoknya sudah sangat tua sebenarnya, namun yang Regi sasar adalah... ponselnya.

Sayang sekali ajudan Hari Fadil jumlahnya bejibun, dan mereka semua memakai seragam yang sama dengan Regi. Dari tadi ia bisa melihat Bu Sarah, Istri Hari Fadil duduk dengan wajah sumringah mendukung suaminya.

Sementara Abbas entah dimana ia.

Regi maju sedikit, lalu kakinya mentok ke sepatu bot seseorang.

Sepatu Bot ala-ala Tentara.

Regi melihat ke arah depan. Lagi-lagi ajudan Hari Fadil.

“Heran, jumlahnya ngalah-ngalahin Paspamres...” gumam Regi kesal. Pantas saja Abbas bilang ia butuh backup.

Tak sampai beberapa detik, tiba-tiba panggung di depannya ambruk.

BRUAKK!!

Beberapa orang jatuh dari panggung.

Orang-orang langsung berteriak panik maju ke depan.

Keriuhan segera terjadi, Regi Pun merasa ini adalah kode dari Abbas, “Kodenya bar-bar banget woy!!” seru Regi kesal. Ia pun merangkak sementara di sekelilingnya ia merasa orang-orang menghimpitnya. Ajudan Hari Fadil mengelilingi majikannya dengan rapat, Regi tergencet di tengah-tengah.

Tangannya yang ramping menyusup, menyasar kantong Hari Fadil.  Ia mendapat beda keras yang berbentuk kotak. Lalu tak terlewat, ia juga ambil tas Bu Sarah, dan ponsel salah satu Ajudan yang paling dekat.

Terlihat mereka semua masih amatir karena tidak memiliki formasi perlindungan yang baku. Kesannya berantakan dan tidak terencana.

Regi menyembunyikan semua itu di balik seragamnya lalu tiarap di lantai sambil melindungi kepala dengan tangannya. Membiarkan beberapa orang menginjak punggungnya, lalu kembali menyusup ke area yang disepakati dengan Abbas.

**

“Walah Mas...” desis Abbas sambil menyeringai melihat penampilan Regi.

“Heh, kamu juga berdarah itu!” desis Regi sambil menunjuk tangan Abbas.

“Kena ambrukan panggung, ya terpaksa kalau gergajinya nggak maksimal ya panggungnya nggak ambruk.”

“Punggungku hampir remuk diinjek-injek...” keluh Regi.

“Kacau memang yak? Hehehehe.” Kekeh Abbas.

“CCTV sudah kamu hack kan?”

“Itu yang susah Mas, makanya aku butuh backup. Cari sudut matinya itu yang sulit, aku harus bikin pingsan satpam dulu.”

“Ya sudah kita bicarakan nanti saja. Ponsel ada GPSnya jangan sampai keluar area gedung ini. Cepetan di backup di sini.” Kata Regi.

Lalu Abbas mengeluarkan laptopnya, tentu saja laptop tanpa kode IP, dan memasukkan kabel ke area charger ponsel Hari Fadil dan Bu Sarah.

Sementara Regi mengaduk-aduk tas Bu Sarah dengan seksama. Ia merasa bisa mendapatkan sesuatu di tas mewah berukuran kecil itu.

“Hm...” desisnya sambil tersenyum licik. Beberapa helai rekening koran yang sudah lecek, juga fotokopi bilyet deposito. Dengan nominal yang berbeda dengan di sistem Bank.

“Lancar kamu menghack.” Kata Regi sambil memperhatikan Abbas.

“Eh? Nggak Mas. Ini di remote sama temenku. Dia kendalikan jarak jauh.” Abbas mengetuk-ngetuk earpiece di telinganya sambil menyeringai.

“Teman kamu...”

“Kerja di Amethys kok dia, hehe.”

“Anak konglomerat yang lain, yang juga lagi magang ya...” sindir Regi.

“Iya Mas, susah jaman sekarang kalau cuma mengandalkan pengaruh bapak-bapak kita. Aku saja yang dari lahir dilatih berbisnis nggak mudeng-mudeng. Jangan sampai Perusahaan bapakku malah hancur di generasiku. Trik bisnis jaman sekarang beda Mas, soalnya lawannya...”

“Lawannya?”

“Pengikut Dajjal.”

Regi mencibir. Ia berbeda keyakinan dari Abbas, bisa dibilang ia tidak menganut agama apa pun walau pun di KTPya tertera Kristen. Tapi ia memang tahu akan fakta kalau banyak aliran pengikut setan dengan kekayaan luar biasa yang mengatur dunia ini. Dan ia percaya hal itu.

“Sudah bro? Oh, oke oke. Back Up ya Bro, ini kita langsung meluncur ke tempat lo. Oh gitu? Di tempat lain? Ya udah kasih tahu koordinatnya aja” Kata Abbas menyudahi perbincangannya dengan temannya.

“Mau ketemuan di mana?”

“Di kampung mati Vietnam, di Jaktim Mas.”

“Hah? Kenapa di situ?”

“Semakin angker, semakin tak terlacak.”

“Ya sudah aku balik lagi ke kerumunan mumpung masih ribut-ribut buat balikin tas dan hape.” Kata Regi sambil mengelap sidik jarinya di ponsel dan tas dengan kain lap khusus, lalu ia mengenakan sarung tangan karet transparan.

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R_𝐀𝖙𝖎𝖓🦋𝐙⃝🦜

☠⏤͟͟͞R_𝐀𝖙𝖎𝖓🦋𝐙⃝🦜

Waaah pak regi emang terlatih bener

2024-05-18

0

ZQ

ZQ

ternyata selain ahli julid ahli mengutil juga pak Regi

2024-05-25

0

suminar

suminar

😆😆😆😆😆

2024-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!