Atur Rencana Lain

Berniat mengatur rencana, Regi berjalan menuju atap.

Saat itu di koridor menuju lift, Regi bertemu dengan salah satu Direktur. Namanya Senapati, Direktur Kepatuhan. Salah satu Direktur yang menurut Regi kontroversial tapi memberi banyak prestasi.

Dan Regi sebenarnya takut padanya. Selain Rahwana, ia berharap tidak bertemu orang ini.

Bukan karena Pak Sena misterius seperti Rahwana, tapi karena menurut Regi... orang ini terlalu baik. Terlalu sempurna. Tidak cocok dengannya. Mereka bagai langit ketujuh dan inti bumi, jauh.

“Pak Sena.” Sapa Regi. Formalitas saja.

“Regi, saya lihat kamu semangat ya kerjanya.” Pak Sena tersenyum padanya.

Tuh, kan! Gerutu Regi dalam hati. Pak Sena selalu bisa memilih kata-kata.

Lalu tiba-tiba Regi teringat mengenai Daftar itu. Ada salah satu yang diindikasi Mantan Napi, dan Pak Sena ini pernah dipenjara. Tapi di daftar namanya adalah nama orang lain. Bukan Pak Sena ini.

Jadi tidak mungkin si penyedia daftar salah nama, karena jelas-jelas Pak Sena ini lumayan terkenal.

“Regi...”

Regi dikagetkan dengan panggilan Pak Sena.

“Y-Ya Pak?”

“Saya mendengar banyak kabar mengenai kamu dari Beaufort Corp. Dan sedikit-banyak saya mendengar tujuan kamu ditempatkan di sini.”

Regi hanya bisa diam. Ia tak ingin keceplosan bicara. Tapi Ia juga ingin tahu Pak Sena ini mau bicara apa.

“Ya Pak.”

“Juga... saya tahu siapa si Penyedia Daftar.”

“Hah?!”

Pak Sena menyeringai. “Ini hasil pengamatan saya sendiri sih, tapi mungkin kamu akan tahu sendiri juga. Jadi jangan harap saya akan kasih kamu nama.”

“Oh.” Regi mencibir sambil melipat kedua tangan di dadanya.

“Regi, ada 10 Nama di daftar itu.”

“Ada 8 Pak.”

“Ada 10 Regi... Jadi ada 2 yang dirahasiakan dari kamu, yang orang lain tak ingin kamu tahu.”

Regi mengernyit.

“Ini kerjaan Mas Iwan ya?!” tebak Regi. Yang biasa bekerja dengan cara Licik sudah pasti dari Keluarga Bataragunadi, dan sepertinya pengaruh Rahwana lumayan intens di sini.

“Dia akan jadi Presdir menggantikan Dimas, jadi ya sudah pasti ini kerjaan dia.” Kata Sena.

“Ck...”

“Jadi... menurut kamu, kenapa yang dua ini dirahasiakan dari kamu? Orang yang tidak harus ada di perusahaan ini?” pancing Pak Sena.

Seketika Regi kehilangan senyumannya dan wajahnya berubah muram.

Bisa jadi... dia juga akan ada di daftar itu.

Karena keberadaannya di sini saat sudah tidak ada misi, akan jadi pengganggu.

“Saya...” dan kini Regi benar-benar tidak seperti biasanya, dia kehabisan kata-kata.

“Saran saya, Regi... Jangan terlalu ekstrim dalam bertindak. Tetap santun dan sopan, jangan grasa-grusu istilah jawanya ya.” Kata Pak Sena, “Jadi kamu tidak akan kehilangan jaringan saat misi ini selesai.” Dan Pak Sena pun menepuk bahu Regi, lalu naik ke dalam lift.

**

Regi saat itu sedang merenung di atap gedung. Sendirian menatap ke depan dipayungi tudung gazebo. Tanpa aktivitas spesifik, hanya duduk diam mengistirahatkan otaknya. Ia tidak menggenggam apa pun dan tidak memakan apa pun.

Ia juga tidak ingin memikirkan rencana apa pun dan kasus apa pun.

Juga tak ingin bertanya-tanya kenapa nasibnya seperti ini, menjadi tokoh antagonis menyebalkan demi 20juta sebulan dan fee 100juta per orang yang dipecat.

Tidak, ia hanya duduk diam. Ia mengikuti saran Pak Sena, bahwa ia harus tidak kentara. Sikapnya selama ini yang menggebu-gebu malah menarik perhatian orang.

Ini masih pukul 12.15, memang jamnya orang istirahat. Dan Regi mengambil tempat yang jarang ada orang datang karena dikenal angker. Katanya pernah ada yang bundir terjun dari atap, atau melihat penampakan makhluk tinggi besar di sini.

Tapi bagi Regi, tempat ini nyaman untuknya. Di depannya ada hamparan rumput artificial, ada pohon palsu, ada bunga dari bahan latex, ada batu koral putih, dan yang paling ia suka, anginnya lumayan kencang di atas sini. Bisa menerbangkan berbagai stress di kepalanya, dan uap panas yang mulai berasap di ubun-ubunnya.

Regi juga sebenarnya tahu, tempat ini tidak berhantu. Ia melihat bayangan tinggi besar berseliweran di ujung sana, di ruangan kosong dekat tangga darurat, biasa digunakan untuk meletakkan perabotan yang tidak dipakai. Orang ke sini hanya kalau ada acara, mereka mengangkut barang-barang dari ruangan itu untuk dibawa ke aula bawah.

Bayangan itu melambaikan tangan pada Regi, Regi membalas lambaiannya.

“Mas Regi mau kopi? Teh? Sendirian aja di sini pasti lagi pusing ya?” tersebut, Pak Sarif, dulu orang-orang menyebutnya OB Legend. Di Masa tuanya dia masih mendedikasikan dirinya untuk perusahaan ini. Ia memiliki 2 anak laki-laki, mereka berdua bertubuh bongsor, berambut gondrong. Keduanya kini sedang memperbaiki instalasi dari atap.

Ya, yang katanya makhluk-makhluk tinggi besar suka berseliweran itu ya anak-anaknya Pak Sarif. Pak Sarif sendiri tubuhnya sangat kurus dan seringkali memakai topi dengan handuk yang dimasukkan ke dalamnya. Terlebih, karena memang sudah terlatih bergerak cepat dari muda, saat ia berjalan sekilas terlihat melayang. Jadi sering disangka kuntilanak.

Mengenai keberadaan mereka Regi tahu dari... cari tahu sendiri, sebenarnya. Secara ia termasuk orang yang yakin sekali kalau dirinya tidak ditakdirkan untuk melihat penampakan makhluk ghaib. Bukan berarti ia tidak percaya, ya. Jadi saat ia curi dengar kalau atap ini berhantu, ia merasa hal itu patut diselidiki.

Jadi waktu itu, Regi makan sendirian di kantin, ia memang terbiasa makan sendirian sejak kecil karena ia dianggap orang paling menyebalkan sedunia. Ini ucapan ibunya loh. Bahkan sekelas Orang Eropa saja menganggapnya membosankan. Keseharian Regi saat kecil adalah berkutat dengan buku filsafat dan politik. Yang mana hal itu termasuk ke dalam hal yang menjemukan bagi sebagian besar orang.

Dan saat di kantin itulah ia menguping pembicaran para karyawan, soal muncul selentingan berita kalau Atap gedung berhantu, jelas Regi merasa tidak masuk akal. Karena gedung ini dari sudut ke sudut penuh manusia. Tidak ada ruangan kosong. Jadi menurutnya hantu itu sebenarnya adalah pencuri atau penyusup yang berdiam di gedung.

Ya tentu saja bukan.

Malah ia menemukan Pak Sarif dan kedua anaknya sedang berkutat dengan barang-barang. Tugas mereka memang memperbaiki property kantor, untuk penghematan katanya. Makanya sering terdengar suara berisik di atap.

“Pak Sarif, menurut bapak saya ini bagaimana?” tanya Regi sambil menyesap tehnya.

Pak Sarif pun menyeka keringat yang menuruni pelipisnya sambil terkekeh. “Biasa saja.” Desis Pak Sarif.

“Biasa saja bagaimana?”

“Ya kan kamu sudah terbiasa begini, jadi menurut saya ya Mas Regi biasa saja, hehehe.”

“Menjadi ‘biasa saja’ bukan misi saya Pak.”

“Tidak ada manusia yang luar biasa, Mas. Memangnya kenapa bertanya? Apa Mas Regi ada rencana untuk melakukan suatu perubahan?”

“Hm... nggak pingin sih.” Kata Regi muram. “Tapi penasaran saja kenapa orang-orang begitu nyamannya membicarakan hal random tiada guna sambil cekakakan.”

“Hehe...” Pak Sarif mengangguk-angguk. Ia sudah bertemu dengan banyak orang, dan Regi adalah salah satu manusia yang menurutnya unik.  Tokoh Villain tapi sebenarnya melakukan semuanya untuk tujuan baik. Hanya caranya yang keras dan ekstrim membuatnya dibenci banyak orang. “Saya kenal orang introvert yang memaksakan diri jadi ekstrovert sih.”

“Siapa?” Regi memicingkan mata mendengarnya.

“Mas Dimas.”

“Pak Dimas Tanurahardja?”

Pak Sarif pun menyeringai.

“Dia orang paling berisik yang saya kenal, malah!”

“Saya kenal Mas Dimas sejak dia pindah ke Garnet ini loh... sudah... hm... 25 tahun berlalu ya? Lama lah pokoknya.”

“Jadi dia tahu dong kalau Pak Sarif tinggal di atap sini?”

“Ya memang dia yang nyuruh saya tinggal di atap. “

“Ooooh, itu bukannya menyalahi peraturan ya? Atau jangan-jangan dia booking tenaga Pak Sarif dan anak-anak 24jam 7 hari?”

“HAHAHAHAHAHA!!’’ Pak Sarif langsung terbahak. “Ternyata Mas Regi ini kalau sifat defensifnya keluar memang menyebalkan ya kedengarannya. Nyinyir maksimal! Hahahahahah!!”

“Loh saya benar dong?” Regi nggak mau kalah.

“Ya benar... kalau orang lain yang dengar mungkin mereka sudah luar biasa tersinggung dengan kalimat Mas Regi barusan loh.”

“Kalau tersinggung jadi mereka memang berbuat salah. Itu saja patokannya.” Gumam Regi sambil cemberut.

“ Hehe, ya ya ya...” Pak Sarif pun mengangguk-angguk. “Saya ini... bisa tinggal di sini katanya karena dianggap berdedikasi dengan pekerjaan. Bisa jadi saya disamakan dengan Security yang terbiasa menginap di kantor karena pekerjaan mereka bisa sewaktu-waktu memanggil.”

“Jadi Pak Sarif memutuskan untuk ambil dua shift sekaligus agar bisa tinggal di sini?”

“Tidak, tidak... saya bukan bagian dari Garnet Bank lagi. Tapi saya sudah diakui jadi bagian dari Garnet Grup. Walau begitu, saya memutuskan untuk mengikuti Mas Dimas. Rumah saya aslinya di kampung belakang gedung. Tapi sepeninggal istri, saya rasanya tak kuat teringat terus menerus. Hati saya rasanya sakit sekali. Jadi ya saya lebih sering bekerja di sini. Eeeeh Mas Dimas malah merenovasi ruangan Atap ini untuk saya tinggal. Saya-nya yang nggak tahu diri sih, saya jadi keterusan. Makanya saya minta izin secara pribadi ke Pak Sebastian, ternyata dia setuju dengan syarat anak-anak saya juga harus bekerja untuk Garnet. Ya malah kebetulan kalau begitu sih. Tapi ya memang pekerjaannya 24/7.”

“Pada akhirnya semua terserah Owner ya.”

“Makanya jangan ada yang tahu, nanti karyawan lain menganggap saya curang, hehe.”

“Ya memang curang.” Dengus Regi. “Tapi bisa saya tolerir karena pekerjaan Pak Sarif lumayanlah.”

“Taman yang saya bikin keren kan? Murah loh ini bahannya, artificial semua sih tanamannya... sebenarnya kalau Karyawan lain mau jadikan ini area ngumpul-ngumpul sih saya nggak keberatan kok.”

“Tapi anak-anak bapak sepertinya keberatan, karena mereka sengaja menakut-nakuti karyawan agar dikira genderuwo. Jadi nggak ada yang mendekat kemari. Pelanggaran loh itu. Ini kan seharusnya fasilitas umum.”

“Balik ke topik awal, nanti karyawan yang lain kalau tahu mereka menganggap saya curang. Hehe.”

“DI lain pihak, Bagus lah saya jadi punya tempat menyendiri...”

“Jadi... perlu dibantu apa ini Mas?”

“Pak Sarif, Kenal sama yang namanya Pak Hidayat? Saya mulai terganggu dengan banyaknya DC yang nyari-nyari dia sampai ke kantor. Mengganggu sekali. Mau saya resignkan tu orang.”

Terpopuler

Comments

CebReT 𝐙⃝🦜

CebReT 𝐙⃝🦜

Pak Sarif ini sepertinya tau semua seluk beluk Garnet ya, secara dia 24 jam stay disitu. Kok Sena kaya ngasih teguran atau singnal2 peringatan Ama Regi ya, jgn2 setelah misi ini selesai dan target terpenuhi, malah Regi target berikutnya yg disingkirkan, ati2 Gi berucap dan berbuat sesuai kapasitasmu, terlalu berbahaya

2024-05-03

1

🕊Kᵝ⃟ᴸSuzy⏤͟͟͞R𝙥𝙤𝙩𝙚𝙠.ೃ

🕊Kᵝ⃟ᴸSuzy⏤͟͟͞R𝙥𝙤𝙩𝙚𝙠.ೃ

setiap daftar yang dikasih punya ples dan minus nya masing-masing tapi klo kerja nya udh lama kata pensiun lebih cocok kayaknya drpda dicari² kesalahannya malah jatuhnya gak menghargai kerja kerasnya mereka selama ini.

2024-05-02

0

🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞ᴳ᯳ᷢ👻ᴸᴷhiat

🦂⃟ᴘɪᷤᴘᷤɪᷫᴛR⃟️𝕸y💞ᴳ᯳ᷢ👻ᴸᴷhiat

Regi terlalu vokal dan tegas jadi banyak musuh tidak disukai banyak orang, jadilah orang lebih lembut saja mencari dan menyelidiki secara halus, jadi orang gak merasa di intimidasi dan dicurigai

2024-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!