The other side of Jason

Jason melintasi keduanya dengan langkah mantap, sambil menyisipkan pesan halus tepat di telinga Cindy yang sedang erat memegang pegangan troli belanjaannya.

"Jangan lupa, lunasi sisa hutangmu!" Matanya memancarkan tajam seperti belati, membuat Cindy terbelalak dan hanya bisa mengangguk pelan, diingatkan akan tanggung jawabnya meski Jason merasa sedikit iba pada gadis itu. Namun, hal tersebut tidak cukup untuk meredam egonya yang begitu besar.

Alvian memperhatikan dengan cermat saat Jason melangkah menjauh ke lorong lain. Meskipun tidak bermaksud berbelanja, Jason tampaknya hanya melakukan analisis, mengamati seberapa laku produk retailnya.

Meski begitu, Jason juga sadar bahwa ia tidak boleh meninggalkan supermarket tanpa membeli apa pun. Dengan cepat, ia mengambil minuman bersoda dari dalam chiller.

Mall tempat mereka berada telah memperkenalkan sistem otomatis yang cukup canggih. Sensor di ujung rak bisa mendeteksi keberadaan seseorang, sehingga Jason tidak perlu lagi mengantri di kasir.

Sistem ini secara otomatis akan mengurangi saldo kartu pembayarannya. Meskipun sebagian orang mungkin belum terbiasa dengan teknologi tersebut, hal ini merupakan inovasi baru yang diterapkan di Indonesia, mengikuti jejak pusat perbelanjaan di Amerika.

Usai berbelanja, Alvian dan Cindy menuju mobil untuk menyimpan barang belanjaan. Sebagian besar barang adalah milik Alvian, dan Cindy membayarnya tanpa ragu. Meskipun ia berharap akan menikah dengan Alvian, Cindy menyadari bahwa hubungan mereka telah merugikan sejak masa SMP. Alvian sering memanfaatkan kebaikan Cindy secara finansial.

"Semua sudah selesai, bagaimana kalau kita lanjut ke bioskop?" ajak Alvian, puas setelah Cindy membelikan kebutuhan bulanannya.

Gadis itu tersenyum bangga sambil menggandeng lengan Alvian. Namun, tatapan Alvian selalu teralihkan, memperhatikan wanita lain yang terlihat cantik dan seksi.

Cindy kesal melihat perilaku Alvian itu dan menginjak punggung kaki kekasihnya karena emosi.

"Jangan jelalatan deh!" protesnya, tapi Alvian hanya tersenyum, mencoba meredakan cemburu Cindy.

Di sisi lain, Jason menjadi pusat perhatian wanita di sekitarnya, tapi ia sama sekali tak menyadari itu. Ia berjalan dengan gagah, tanpa mempedulikan siapa pun di sekitarnya. Seorang pengunjung mal diam-diam memotret Jason karena terpesona oleh ketampanannya.

"Eh, itu kan Jason Liu, Presdir Qixin Group," bisik Raisa kepada teman-temannya.

"Benar, dia ganteng banget, ya Tuhan," kata Okta mengangguk setuju.

Sementara itu, Alvian merasa bangga sebagai seorang gamer terkenal, bermain mata dengan wanita yang lewat di depannya. Meskipun tampan, sikapnya terkesan kurang sopan.

Mereka sampai di CGV di lantai paling atas. Jason, tanpa ada rencana lain, memutuskan untuk menonton film dan membeli tiket secara online.

Alvian dan Cindy, setelah membeli minuman dan popcorn, memasuki ruang temaram itu dan duduk di barisan paling atas, baris kedua.

Jason kebetulan duduk tepat di sebelah Cindy, meskipun Cindy belum menyadarinya. Di sisi lain, Alvian duduk bersebelahan dengan seorang wanita. Ia diam-diam bertukar tatapan dengan wanita cantik itu.

Jason duduk dengan tenang, menyimak film yang akan dimulai. Ketika Cindy menyimpan minumannya di samping, tangan mereka tak sengaja bersentuhan.

Cindy langsung menoleh dan terkejut saat menyadari bahwa yang ada di sampingnya adalah Jason. Meskipun suasana bioskop gelap, Jason dapat melihat wajah Cindy dengan jelas.

Tidak ada yang diucapkan oleh Jason, karena ia sadar bahwa berbicara di bioskop tidak etis dan akan mengganggu pengunjung lain.

Cindy, meskipun kesal, tidak dapat melakukan banyak hal dalam situasi ini. Ia jadi tidak fokus pada film yang diputar di layar besar tersebut, terganggu oleh Alvian yang sibuk dengan wanita di sebelahnya.

Alvian dan wanita di sebelahnya terlihat berbisik-bisik, membuat Cindy sedikit terganggu oleh percakapan mereka.

Tanpa sengaja, ia mencubit tangan Jason karena kurang konsentrasi. Jason hanya membalas dengan berdehem halus, membuat Cindy merasa salah tingkah karena seharusnya ia mencubit tangan Alvian di sebelah kanan, tapi kenapa malah tangan kirinya yang bekerja.

"Hais!" pekik Cindy kesal, khawatir dengan reaksi Jason jika kembali bertemu di luar.

Ia mengumpulkan keberanian untuk berbisik pada Jason, "Maaf, saya tidak bermaksud seperti itu, seharusnya saya mencubit tangan pacar saya."

Jason hanya menoleh tanpa menunjukkan reaksi berarti.

"Dasar wanita ceroboh, selalu saja begitu!" batin Jason, merasa cubitan Cindy tidak berarti apa-apa baginya.

Akhirnya, Cindy mengantuk dan kepalanya tanpa sengaja berada di bahu Jason, gadis itu mulai mendengkur pelan. Jason membiarkannya meskipun sedikit terganggu, karena ia tidak tega membangunkan Cindy.

Di sisi lain, Alvian sama sekali tidak memperhatikan kekasihnya. Ia malah asyik bertukar obrolan dengan wanita di sebelahnya, tanpa peduli dengan kondisi Cindy.

Jason mulai menyadari bahwa ada yang tidak beres dalam hubungan Alvian dan Cindy. Meskipun merasa kesal dengan sikap Alvian, Jason tidak bisa berbuat banyak.

"Kasihan sekali," batin Jason.

Cindy, dalam keadaan tidur, terus menempatkan kepala di bahu Jason dan mencium aroma tubuhnya yang menenangkan. Tanpa disadari, Cindy merasa betah dan nyaman dengan posisi itu.

Jason, ia pun turut merasa nyaman dengan situasi itu, diam-diam mengelus kepala Cindy dengan lembut dan hati-hati. Meskipun demikian, ia tetap merasa waspada.

Tiba-tiba, Jason merasa ada sesuatu yang basah di bahunya. Dengkuran Cindy semakin keras, dan saat ia menyentuh wajahnya, tanpa ragu, ia mendorong kepala Cindy dengan kasar.

"Sialan, malah ngiler di bajuku!" gerutunya kesal. Cindy terbangun dan langsung mengusap sisa air liurnya di pipi.

Matanya melebar dengan mulut yang menganga.

"Maafkan saya, Pak Jason," ucap Cindy, dengan kedua pipi yang memerah.

Jason sibuk membersihkan bekas air liur Cindy di kemejanya menggunakan tisu basah.

"Ah, kampret!" pekiknya, wajah Cindy semakin merah padam.

Cindy tersenyum kikuk, merasa kesalahan terus menimpanya di depan Jason.

"Kenapa aku harus tidur di bahu Pak Jason? Dan kenapa aku malah ngiler? Aduh, jadi malu," batin Cindy, tak habis pikir dengan kejadian itu.

Ia melirik ke kanan, panik saat melihat Alvian dengan mesranya mengelus kepala seorang wanita. Cindy merasakan cemburu tak terbendung. Ia bangkit dari duduknya, menuruni tangga dengan cepat, dan keluar melalui pintu exit sambil menangis.

"Alvian benar-benar keterlaluan!" pekiknya, merasa bahwa ia telah berkorban banyak untuk Alvian, tapi apa yang ia dapatkan sebagai balasan? Pria itu sama sekali tidak menghargai usahanya selama ini. Cindy merasa seperti pepatah 'air susu dibalas air tuba'.

Cindy berdiri di balkon mall, menatap ke bawah melihat orang-orang berjalan berpasangan. Untuk menghilangkan stres, ia memutuskan untuk mengunjungi sebuah toko pakaian branded.

Ia memilih beberapa pakaian terbaik untuk mengalihkan rasa sakit di hatinya akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh Alvian.

Ketika ia akan membayar di kasir, ia terkejut saat kasir wanita itu mengatakan, "Terima kasih, selamat berbelanja kembali." tanpa meminta bayaran.

"Tapi saya belum membayar," katanya heran. Kasir tersebut dengan ramah menjawab,

"Silahkan Anda keluar dari antrian, semuanya sudah dibayar."

"Sudah dibayar oleh siapa?" batin Cindy bingung dan penasaran. "Apa kasir itu keliru?" Ia menggeleng, ragu apakah harus kembali ke kasir untuk meluruskan kesalahpahaman ini.

Namun, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu dengan kasir tersebut.

"Mbak, apakah benar pakaian ini sudah dibayar? Saya rasa saya belum membayar," ucap Cindy.

Kasir wanita itu menjawab dengan ramah, "Sudah, Pak Jason yang membayarnya."

Cindy terkejut.

"Pak Jason?" Gumamnya dalam hati.

Ketika ia membeli kosmetik di sebuah gerai kosmetik merek terkenal, ia kembali merasa terkejut saat kasir mengatakan bahwa semuanya sudah dibayar.

Cindy tersenyum kikuk, bingung bagaimana cara mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Jason. Ia mencoba menelpon pria itu, tapi tidak diangkat sama sekali, bahkan panggilannya diacuhkan berkali-kali.

"Ih, kenapa sih? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih!" gumam Cindy frustrasi. Ia keluar dari mall, berjalan sendirian di tengah keramaian ibu kota sambil menenteng tas belanjaannya. Pandangannya menunduk, merasa galau karena perbuatan Alvian.

"Eugh! Cowo berengsek!"

Tiba-tiba, langkah Cindy terhenti saat mobil mewah terhenti di depannya, menghalangi langkah. Ia terkejut ketika menyadari bahwa itu adalah mobil milik Jason.

"Masuklah! Tidak baik bagi wanita berjalan sendirian malam-malam," ucap Jason sambil membuka kaca mobil, wajah tampannya terpancar dengan jelas.

Cindy mematung, tampak ragu-ragu atas ajakan Jason. Tiba-tiba, suara Jason membuyarkan lamunannya. Ia terkesan dengan kebaikan mantan bosnya ini. Cindy tidak menyangka di balik sikap galak dan arogan Jason, ia masih memiliki sisi baik.

"Hei, cepat naik!" tegur Jason, mengingatkan Cindy akan situasi saat ini.

Gadis itu cengengesan.

"Eh, Pak Jason, hehe... Kita ketemu lagi," ucapnya dengan sedikit gugup.

"Tidak ada banyak waktu, cepat naik!" desak Jason.

Meskipun masih ragu, Cindy akhirnya naik ke dalam mobil dan duduk di sebelah Jason. Ia mengencangkan sabuk pengaman sembari meletakkan tas belanjaan di pangkuannya.

"Sebutkan di mana alamat rumahmu!" titah Jason tegas, fokus pada jalanan di depan. Cindy memberikan alamat rumahnya dengan cepat, merasa sedikit canggung di hadapan Jason.

"Pak, terima kasih," ucap Cindy, tapi Jason hanya mengangguk tanpa menoleh.

"Cindy, bisakah kamu membuat 200 kue seperti yang tadi siang untuk acara gala dinner perusahaan besok malam?" tanya Jason tiba-tiba, membuat Cindy terkejut.

"Ah, dari mana dia tahu kalau aku jualan kue?" batin Cindy, teringat pada pembeli yang memberinya uang 500 ribu tadi siang. "Apakah itu dia?"

Jason berdehem. "Bisakah kamu melakukannya?" tanyanya lagi.

Cindy mengangguk, merasa sangat beruntung. "Bisa, Pak. Akan saya usahakan," jawabnya dengan mantap dan percaya diri.

Cindy kembali berbicara dengan grogi, "Pak, maaf, saya belum bisa melunasi hutang saya pada perusahaan."

Jason tersenyum miring, melirik ke arah Cindy. "Kamu bisa membayar dengan cara lain," jawabnya, membuat Cindy bingung.

...

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!