Robot

Jason dengan lembut meletakkan tubuh Cindy di atas tempat tidur, memastikan punggung dan kepala gadis itu bersandar di headboard ranjang.

"Tunggu sebentar!" Jason keluar sebentar dari kamar, membuat Cindy menarik nafas dalam-dalam, tak yakin dengan apa yang akan dilakukan Jason padanya.

Tak lama kemudian, ia kembali dengan membawa mangkuk berisi es batu dan sehelai kain, duduk di tepi ranjang menghadap Cindy. Jason mengambil sepotong es batu seukuran telapak tangan bayi, melilitnya dengan kain, dan perlahan menekan ke dahi Cindy yang memar dan bengkak, kini berubah warna menjadi ungu karena darahnya membeku.

"Aduh... Sakit, Pak," desis Cindy, sementara Jason terus menekan dengan sangat hati-hati.

"Tahan sebentar, agar bengkaknya berkurang," kata Jason, tanpa sengaja membuat tangan Cindy menyentuh pergelangan tangan pria tersebut, dan mereka saling menatap.

Cindy bisa merasakan denyut di dadanya yang bergerak teratur, memandangi tubuh Jason yang kekar dan berotot.

Jason terpaku, wajahnya semakin dekat dengan Cindy, dan ia berhasil mencium bibir Cindy dengan cepat.

Rasa sakit di kening Cindy teralihkan oleh gejolak perasaan dan kecupan singkat yang nikmat dari Jason.

"Pak Jason," panggil Cindy, ingin menanyakan sesuatu tentang kejadian yang baru saja ia lihat. Jason merespons dengan lembut.

"Ya, ada apa Cindy? Apakah kamu membutuhkan sesuatu?" tawar Jason, gadis itu menggeleng pelan, terlihat gugup.

"Ehm... anu Pak," kata Cindy, memperlambat suaranya, tampak ragu.

"Apa yang akan kamu katakan? Jangan ragu untuk mengatakannya kepada saya!" desak Jason, menatap gadis itu dengan serius.

"Kenapa Bapak menghabisi nyawa Pak Awei? Apa salah dia sampai Bapak tega?" tanya Cindy dengan suara lirih nyaris tak terdengar, tetapi Jason masih bisa melihat gerakan bibirnya.

Ia melemparkan senyuman tipis, lalu mengusap pucuk kepalan Cindy. "Itu sama sekali bukan urusanmu! Jangan pernah ikut campur urusanku, atau kamu akan menerima akibatnya, paham?" Jason menegaskan, membuat gadis itu tersentak dan merasa terancam.

Cindy tertunduk lemah di hadapan Jason yang terus menatapnya.

"Paham Pak, maafkan pertanyaan saya ini," ucapnya.

Jason membalas dengan senyuman. "Apakah kamu lapar?" tanya Jason sambil mengelus perut Cindy yang rata, gadis itu menggeleng.

"Bagaimana aku bisa makan dalam keadaan seperti ini?" batinnya. Ia merasa selera makannya hilang akibat peristiwa yang baru saja ia saksikan, yang tersisa hanyalah rasa pusing dan mual.

Jason terus mengawasi gerak-gerik gadis tersebut yang tak lepas dari perhatiannya. "Jangan berbohong! Saya tahu kamu belum makan seharian ini." Jason beranjak dari duduknya, lalu keluar dari kamar.

Segera, ia menyiapkan makan malam untuk Cindy dengan menu yang terkesan, lezat, mewah, dan tentu terlihat berkelas.

Ia memasak steak dengan sempurna, disajikan dengan kentang tumbuk yang lembut, sayuran tumis, dan segelas anggur merah berkualitas. Jason juga menambahkan salad segar dengan berbagai macam sayuran berwarna-warni dan dressing vinaigrette ringan.

Jason dengan hati-hati menyusun hidangan di atas nampan, disajikan dengan indah untuk meningkatkan selera makan Cindy, lalu membawanya ke dalam kamar. Saat ia membuka pintu, aroma lezat itu menguar ke indera penciuman Cindy. Jason tersenyum, membawa nampan makanan tersebut dan meletakkannya di atas nakas.

Jason meraih piring dan menempatkan di pangkuannya. Ia mulai memotong steak dengan pisau makan, lalu mengarahkan garpu ke mulut Cindy dengan potongan daging di ujungnya. "Ayo, buka mulutmu!" titahnya.

Cindy dengan ragu membuka mulutnya, membiarkan pria itu menyuapi makan dengan penuh perhatian.

"Enak?" tanya Jason sambil mengamati Cindy yang tengah mengunyah. Gadis itu pun tersenyum dan mengangguk.

"Pak Jason, biar saya makan sendiri, Bapak tak perlu menyuapi saya," pintanya, tetapi Jason menggeleng.

"Tidak! Saya akan tetap menyuapimu. Sudahlah, jangan banyak bicara!" ucapnya tegas. Cindy yang tak ingin membuat masalah dengan Jason, memilih untuk patuh saja.

"Jadi, apa saja yang kamu lakukan hari ini?" tanya Jason, mencoba memancing.

Cindy ragu untuk memberitahunya, takut akan reaksi Jason yang berbahaya, sehingga ia menyangkal.

"Saya tidak melakukan apa-apa selain melihat koleksi senjatamu, Pak," jawab Cindy.

Jason tersenyum miring, mengetahui bahwa Cindy sudah berani masuk ke laboratorium pribadinya, tempat di mana ia mengawetkan beberapa jasad orang-orang yang bermasalah dengannya.

"Oh, hanya itu?" Jason mengamati wajah tegang Cindy, yang hanya bisa mengangguk.

"Iya, Pak," jawabnya singkat, berharap Jason tak menanyakan lebih lanjut.

Pria itu memastikan Cindy menghabiskan makanannya sampai habis, hingga ia mendengar gadis itu bersendawa.

Jason segera menuangkan anggur berkualitas yang ia sajikan ke dalam gelas. Cindy menggeleng.

"Sebaiknya air putih saja," pintanya. Jason tersenyum, ia yang meneguk anggur itu, lalu meraih gelas lain yang berisi air putih.

"Ayo, minumlah," titahnya. Cindy menerima gelas itu dari tangan Jason, meneguknya sampai habis, lalu meletakkan kembali di atas nampan.

"Pak, terima kasih atas kebaikanmu," ucapnya. Jason mengangguk.

"Ya, sama-sama," balasnya.

Tiba-tiba, seseorang menggerakkan handle pintu, mengalihkan perhatian Cindy. Ia merasa ada orang selain mereka, dan ternyata itu adalah robot pintar milik Jason. Robot itu mampu mendeteksi tempat atau benda kotor di sekitar ruangan.

Dengan cepat, robot tersebut meraih peralatan kotor yang berada di atas nakas. Cindy mengelus dada, sedikit berpikir tentang robot tersebut.

"Pak, kenapa tidak mempekerjakan robot saja di kantor Anda untuk menggantikan petugas kebersihan, pasti akan terlihat lucu," kata Cindy.

Jason tersenyum kecil.

"Bisa saja sih, hanya saja saya merasa kasihan dengan mereka yang membutuhkan pekerjaan jika robot mengambil alih pekerjaan mereka, lalu penghasilan mereka bagaiman?" tutur Jason dengan bijaksana. Cindy merasa ucapannya masuk akal.

Setelah memastikan gadis itu tertidur pulas, Jason mematikan lampu dan bergerak ke salah satu ruangan paling tersembunyi di Mansion tersebut.

Di dalamnya, terdapat beberapa komponen alat untuk merakit robot tersebut.

Dengan mengenakan jubah putih dan kacamata, Jason melanjutkan pekerjaannya. Ada robot berbentuk manusia, dirancang dengan kulit sintetis yang sangat mirip dengan kulit manusia, lengkap dengan serat-serat kabel yang terlihat sangat detail. Jason, dengan kecerdasannya, mampu menguasai teknik pembuatan robot tersebut tanpa bantuan dari siapapun.

Di sisi lain ruangan, ada beberapa kerangka robot yang masih setengah jadi, terlihat agak menyeramkan. Jason terus bekerja dengan tekun, memperhatikan setiap detail tanpa terlewatkan, hingga semalam penuh ia tak tidur demi mencapai misinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, di sebuah klub malam, Jason bertemu dengan Johan dan Willy yang sudah menunggunya di sana. Mereka berkumpul degan tawa ceria.

Di bar tersebut, tersedia berbagai minuman beralkohol mewah seperti Château Lafite Rothschild, Hennessy Paradis Imperial, Macallan 1926 Fine and Rare, dan Dom Pérignon Champagne.

Tiga sekawan itu memesan minuman-minuman ini sambil bercengkrama tentang bisnis dan kehidupan pribadi mereka. Suasana di klub malam itu sangat mewah dan eksklusif, cocok dengan selera dan gaya hidup Jason, Johan, dan Willy.

Johan, yang berprofesi sebagai pilot pesawat terbang, kadang merasa bosan setelah seharian menjalankan tugasnya, yang kadang membuatnya harus tinggal di luar negeri untuk waktu yang lama.

Di sisi lain, Willy, yang tidak memiliki pekerjaan tetap, diduga mengendalikan sebuah aplikasi perjudian ilegal yang sangat menguntungkan. Meskipun begitu, kegiatan ilegalnya tidak pernah terdeteksi oleh pihak berwenang, berkat kecerdikan dan kewaspadaannya.

"Ayo, tambah lagi!" ujar Willy sambil menuangkan minuman mahal ke dalam gelas Jason.

Jason, yang terlihat tahan alkohol, menerima tantangan Willy sembari tertawa-tawa, sambil menikmati live music di atas podium dengan irama yang begitu enerjik.

Suasana di klub malam itu begitu hidup, dengan cahaya yang berkedip-kedip dan nuansa yang begitu meriah.

Di sudut lain klub, beberapa orang mencurigakan saling berbisik sambil mengamati gerak-gerik Jason. Salah satunya adalah Akira Takahashi, pria Jepang berusia 30 tahun yang memiliki bisnis serupa dengan Jason dan merupakan saingan bisnisnya. Akira adalah pemilik Kaze Holding, perusahaan yang juga mengembangkan sayapnya di Indonesia.

Akira selalu meniru produk-produk yang diluncurkan oleh Jason. Di sisinya, ada seorang wanita cantik, seksi, dan memiliki tubuh yang indah, wanita itu bernama Gladys.

Akira memerintahkan Gladys dengan penuh keyakinan tentang rencana jahat mereka. "Lakukan tugasmu dengan baik!" ujarnya.

Gladys, dengan percaya diri yang tinggi, menjawab, "Ya, Tuan Akira, percayakan semuanya. Saya akan menyelesaikan tugas ini dengan baik." Ia yakin bahwa kecantikan dan daya tariknya mampu menaklukan Jason.

Saat pulang dari tempat hiburan malam, Jason mengendarai mobil di tengah gelapnya malam. Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Tiba-tiba, ia terkejut saat mobilnya tak sengaja menabrak seseorang. Jason segera menginjak rem dan keluar dari mobil.

"Aduh..." keluh Gladys, berpura-pura sakit dan terduduk di bawah jalan. Akira, yang memonitor dari kejauhan, diam-diam menyaksikan situasi tersebut.

Jason berjongkok di samping Gladys, tak berniat melarikan diri dari tanggung jawab.

"Maafkan saya, Nona," ucapnya. Gladys tersedu-sedu dengan aktingnya yang memukau, seolah-olah mengalami luka serius.

"Kaki saya sakit, Tuan," ringkihnya.

Jason mengangguk. "Mari, ikut saya."

Ia meletakan tangan Gladys di pundaknya dan memapah masuk ke dalam mobil. Wanita itu terus berpura-pura kesakitan, sementara Jason membawanya menuju rumah sakit dengan penuh perhatian.

"Jangan bawa saya ke rumah sakit, Tuan! Saya paling terauma dengan rumah sakit!" cegah Gladys. Jason mengerutkan kening, merasa ada yang aneh dengan wanita ini, namun ia mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, saya akan membawamu ke Mansion saya," ucap Jason, "Saya memiliki ramuan khusus untuk mengobati luka-luka di kaki Nona, semoga cocok." Ia memutar balik kendaraannya, dan Gladys tersenyum sinis, merasa rencananya akan berhasil.

...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Arista Itaacep22

Arista Itaacep22

seru thor cerita ny, tapi sayang baru sedikit sudah habis aja

2024-04-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!