Bab 16 Perubahan Aisyah

Setelah acara tangis-tangisan malam itu, Aisyah diminta untuk kembali tinggal bersama ke dua orang tuanya. Tadinya Aisyah menolak, dia ingin tetap tinggal mandiri di tempat kos nya. Tapi, dengan kesepakatan yang di buat Husein akhirnya Aisyah memilih mengalah dengan kembali pulang ke rumah.

Husein meminta Aisyah tinggal bersama mereka, dan Husein akan tetap mengijinkan Aisyah untuk tetap bekerja dan membiayai hidupnya sendiri. Husein juga tidak akan memaksa Aisyah untuk menerima perjodohan dengan anak temannya.

Dengan kejadian ini Husein bersyukur. Karena Aisyah sudah banyak perubahan, anaknya itu kini sudah lebih mandiri dan bisa mengandalkan dirinya sendiri. Husein bangga dengan perubahan anaknya itu.

"Selamat pagi, Yah, Bu." Aisyah menyapa ke dua orang tuanya yang baru saja turun dari kamar mereka.

Orang tua Aisyah tampak tak percaya melihat anaknya sudah berada di dapur saat jarum pendek masih di angka 7. Masih terlalu pagi buat Aisyah untuk bangun. Biasanya gadis itu sangat sulit bangun pagi. Tapi siapa sangka jika sekarang anak mereka sudah ada di depan mata dan sedang sibuk di dapur membantu bik Imah yang sedang menyiapkan sarapan.

"Kamu pagi-pagi sudah di dapur aja," sindir Aminah membuat Aisyah nyengir kuda.

"Iya nyonya, saya juga sempat terkejut tadi tiba-tiba non Aisyah bangun pagi terus membantu saya di sini." Ini bik Imah yang bicara. Tak beda jauh dengan majikannya, bik Imah juga merasakan keterkejutan yang sama. Malah dia sempat berpikir kalau yang datang itu bukanlah Aisyah. Dia sempat takut kalau ada jin yang sedang menyamar menjadi anak majikannya. Karena selama 20 tahun lebih ia bekerja di rumah itu, tak sekalipun ia melihat Aisyah masuk dapur kecuali ia meminta bik Imah untuk memasakkan nya sesuatu.

"Saya pikir tadi ada hantu yang nyamar jadi non Aisyah, sempat takut tadi saya," lanjutnya dengan badan yang sengaja dibuat merinding.

"Ah, bibik mah gitu, Aisyah kan cuma mau bantu aja. Masa dibilang hantu sih." Aisyah cemberut mendengar ledekan asisten rumah tangganya itu.

Husein dan Aminah tersenyum bangga melihat perubahan lain dari anak mereka. Ternyata kepergian Aisyah dari rumah membawa perubahan baik pada kepribadian anak mereka.

"Sudah, sudah. Ini sarapannya sudah selesai belum, Ibu sudah lapar nih."

"Udah dong bu, sebentar Aisyah bawa makanan nya ke meja."

Dengan cekatan Aisyah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan orang tuanya. Setelah selesai, mereka pun sarapan bersama-sama sebelum nantinya akan melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.

...****************...

"Serius lo udah balik lagi ke rumah?" Shella terkejut tak percaya saat Aisyah mengatakan kalau dirinya sudah pulang ke rumahnya.

"Ya. Bokap yang nyuruh gue tinggal di rumah dan ngebolehin gue tetap kerja di minimarket."

"Jadi Lo udah baikan sama bokap lo?" Aisyah tersenyum mengingat kebersamaannya bersama orang tuanya.

"Udah dong. Gue senang banget bisa balik lagi ke rumah. Gue bisa makan masakan ibu lagi, gue kangen sama kamar gue."

"Gue ikut senang dengarnya, Ca," ucap Shella dengan penuh ketulusan. "Gue harap dari kejadian ini Lo bisa ambil pelajaran dan nggak ngulang kesalahan yang sama. Jangan main kabur-kaburan lagi lo. Kayak anak kecil aja," sindir Shella membuat Aisyah tertawa.

"Lo benar Shel. Dari kejadian ini gue menyadari satu hal yang sangat penting."

"Apa itu?"

"Tidak semua hal akan berjalan sesuai yang kita inginkan. Terkadang apa yang kita inginkan belum tentu itu yang akan kita dapatkan. Pelajaran yang bisa gue ambil dari masalah gue ini adalah apa yang kita anggap benar dan cocok untuk kita belum tentu itu yang terbaik. Bisa jadi apa yang kita anggap buruk, justru itulah yang terbaik untuk kita."

Kata-kata Aisyah membuat Shella terharu. Ternyata sahabatnya ini sudah banyak berubah. Aisyah yang Shella kenal sekarang sudah lebih dewasa, tidak lagi bersifat kekanak-kanakan dan keras kepala.

"Woah! Sahabat gue udah dewasa sekarang. Gue senang dengarnya dan gua bangga sama lo, Ca. Lo udah banyak berubah sekarang," puji Shella sambil menatap kagum pada Aisyah.

"Iya Shel, gue emang udah berubah. Gue berubah jadi sailor moon sekarang," canda Aisyah membuat Shella kesal.

"Sialan lo, orang lagi serius juga," omel Shella sambil memukul lengan Aisyah. Sedangkan Aisyah hanya tertawa puas karena berhasil mengerjai sahabatnya itu.

...****************...

Jam kuliah Aisyah sudah selesai, tapi ia tidak langsung pulang ke rumahnya. Rencananya hari ini dia ingin menemui Abi untuk berterimakasih pada dosennya itu. Sejak pagi tadi dia tidak melihat sang dosen. Karena memang hari ini tidak ada mata kuliah Abi.

"Ca, tungguin gue!" Shella berlari mengejar Aisyah yang berjalan cepat. Dia ingin mengajak Aisyah pulang bersama dirinya.

"Ca. Ish. Tungguin gue." Shella menarik tangan Aisyah setelah berhasil menyamakan langkahnya.

"Apa sih, Shel. Gue buru-buru nih."

"Lo mau kemana sih, buru-buru amat. Sesak bok*r Lo ya."

"Sembarangan lo," protes Aisyah menatap kesal pada Shella.

"Ya habisnya dari tadi gue teriak-teriak Lo malah jalan terus. Mau kemana sih?"

"Kepo," ucapnya kesal. "Udah ah, lo ganggu waktu gue aja."

Aisyah berbalik dan melanjutkan langkahnya, tapi Shella terus mengikutinya dan menahan langkahnya.

"Ish, apa sih Shel." Aisyah mulai kesal dengan Shella yang terus-menerus menanyakan dirinya yang hendak kemana.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, Lo mau kemana?"

"Gue mau ke ruangan pak Abi," jawabnya lalu melanjutkan langkah. Namun, lagi-lagi Shella menahannya.

"Eits, tunggu dulu. Ngapain lo ke ruangan pak Abi?"

"Ish. Lo mah dari tadi nanya-nanya melulu. Udah kayak wartawan aja lo," sungut Aisyah kesal.

"Ya habis nya Lo aneh sih. Tiba-tiba mau ke ruangan pak Abi, perasaan pak Abi nggak ada nyuruh Lo ke ruangannya deh."

"Ya terserah gue lah mau ngapain. Kenapa jadi Lo yang kepo sih." Aisyah mulai kesal dengan sahabatnya yang satu ini.

"Ca, Lo jangan cari gara-gara deh. Gue tau lo nggak suka sama pak Abi, tapi bukan berarti Lo harus buat masalah sama beliau kan. Nanti yang ada Lo sendiri yang susah."

Aisyah mengerutkan keningnya, tak mengerti apa maksud perkataan Shella. Untuk apa dirinya mencari masalah, dia kan hanya ingin mengucapkan terimakasih. Apakah ini termasuk mencari gara-gara?

"Lo ngomong apa sih," ucapnya. "Udah ah, lo pulang duluan aja sana. Gue bener-bener ada urusan sama pak Abi."

"Lo kok jadi ngusir gue, gue tuh cuma ingetin Lo aja. Gue nggak mau lo kena masalah sama pak Abi kayak yang udah-udah." Shella masih tetap ngotot dengan prasangkanya yang membuat Aisyah tak habis pikir. Sahabatnya ini terlalu berpikir buruk tentang dirinya.

Memangnya selama ini Aisyah adalah orang yang seperti itu didepan mata orang-orang? Apa dirinya memang suka buat masalah dengan dosennya? Seburuk itukah dirinya?

Aisyah tidak bisa berkata-kata lagi, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Mikir lo kejauhan Shel," ucapnya lalu pergi begitu saja meninggalkan Shella yang tak sempat mencegah kepergiannya.

"Eh, Ca!!" Shella berteriak. Namun Aisyah hanya terus berjalan tanpa mempedulikan teriakan Shella.

Shella menatap kepergian Aisyah dengan rasa khawatir yang melekat dalam hatinya. Dia takut kalau sahabatnya itu benar-benar akan membuat masalah.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!