Bab 8 Merasa Kehilangan

Dua minggu sudah berlalu, waktu terus berjalan seperti biasanya. Aisyah masih tetap di sibukkan dengan kuliah dan kerja paruh waktunya. Namun, ada yang berbeda kali ini. Aisyah yang terkenal berisik dan biang rusuh kini berubah menjadi lebih pendiam. Teman-temannya sampai heran dibuatnya, tidak terkecuali Abi. Dosen galak yang sayangnya tampan itu merasa seperti ada yang kurang selama beberapa minggu ini.

Biasanya setiap Abi mengajar di kelas Aisyah, ia selalu di sambut dengan candaan Aisyah yang selalu membuatnya kesal. Saat pelajaran sedang berlangsung pun gadis itu tak henti-hentinya membuat masalah dan membuatnya mendapat hukuman. Meskipun begitu, Aisyah termasuk mahasiswi yang berprestasi. Ia selalu bisa menjawab setiap pertanyaan yang di ajukan dosen meskipun ia terlihat sedang tidak memperhatikan.

Hari ini Abi sedang memberikan materi tentang manajemen strategi. Selama memberikan materi, mata Abi tak lepas dari sosok yang sejak beberapa Minggu ini terus mengganggu pikirannya. Siapa lagi jika bukan Aisyah, yang berubah jadi pendiam dan penurut. Tidak seperti biasanya.

"Oke, sampai di sini dulu materi kita kali ini. Untuk pertemuan berikutnya saya mau kalian menyiapkan sebuah proposal manajemen bisnis, tentang apa saja terserah kalian. Nanti proposal kalian akan di presentasikan di depan kelas," seru Abi membuat seisi kelas bersorak.

"Pak. Kalo proposal untuk melamar bapak boleh nggak?" celetuk salah satu mahasiswi.

"Huuuuh ... "

"Halu Lo ... "

"Mana mau pak Abi sama lo. Pak Abi maunya sama gue, ya kan pak?" celetuk mahasiswi yang lain.

Celetukan-celetukan dari para mahasiswi di kelas itu sudah biasa bagi Abi. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Tapi hari ini ada yang kurang, biasanya Aisyah tidak akan pernah ketinggalan memberikan celetukan-celetukan aneh yang bisa membuat darahnya naik ke ubun-ubun. Abi merasa seperti ... .

Ada yang kehilangan mungkin. Ah, tapi mana mungkin Abi merasa seperti itu. Secepat kilat ia menghilangkan perasaan itu. Abi tidak mau perubahan sikap Aisyah mempengaruhi pikirannya.

"Baiklah, saya akhiri pertemuan kita kali ini dan jangan lupa siapkan proposal terbaik kalian. Saya kasih kalian waktu dua minggu untuk mengerjakannya. Terimakasih dan selamat siang semuanya."

"Siang pak!!!" seru semua mahasiswa di kelas itu.

Satu persatu mahasiswa berjalan keluar dari kelas, sedangkan Abi masih tetap duduk di kursinya. Ia akan keluar jika seluruh mahasiswanya meninggalkan kelas.

"Aisyah. Tunggu!" serunya memanggil Aisyah. Si pemilik nama pun berhenti dan menghampiri Abi.

"Iya pak. Bapak ada perlu sama saya?" tanya nya sopan.

'Benar-benar ada yang beda dari anak ini,' batin Abi berkata.

"Kamu ikut ke ruangan saya sebentar, sekalian bawakan buku-buku yang di atas meja itu," ucapnya sambil menunjuk tumpukan buku di atas mejanya. Kemudian ia pun berjalan meninggalkan kelas dan tak memberikan kesempatan Aisyah untuk membantah.

...****************...

"Buku-bukunya mau di taruh di mana pak?" tanya Aisyah setelah mereka tiba di ruangan Abi.

"Letakkan saja di atas meja saya." Abi menunjuk dengan dagunya.

Aisyah pun menuruti perintah Abi, ia meletakkan semua buku yang ia bawa ke atas meja kerja dosennya itu. Setelah itu ia pun berpamitan tanpa melakukan protes seperti biasanya.

"Sudah ya pak. Kalo gitu saya permisi dulu." Aisyah berpamitan. Namun, baru satu langkah, suara Abi kembali menggema.

"Tunggu!" Aisyah terpaksa menghentikan langkahnya lalu menatap sang dosen. "Duduk!" titah Abi yang langsung dituruti Aisyah.

Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Abi maupun Aisyah. Selama beberapa menit, Abi menatap Aisyah dengan intens, ia sampai mengerutkan keningnya saking herannya melihat perubahan sikap mahasiswinya ini.

"Bapak ngapain ngelihatin saya kayak gitu? Naksir sama saya?" celetuk Aisyah membuat Abi tersadar.

"Dih. Tak sudi saya naksir sama kamu."

"Terus ngapain bapak ngelihatin saya?"

"Ya suka-suka saya lah. Mata punya saya, kenapa kamu yang repot."

Aisyah memutar bola matanya jengah, sebenarnya ia sedang malas untuk berdebat. Apalagi sama dosen nyebelin yang satu ini.

"Kamu kenapa jadi pendiam selama beberapa minggu ini? Ada masalah?" Akhirnya terlontar lah pertanyaan yang selama ini ia pendam.

"Bukannya bagus ya kalo saya jadi pendiam," balas Aisyah mengabaikan pertanyaan Abi. "Kan kelas bapak jadi tenang, bapak pun juga jadi damai. Nggak ada lagi yang buat bapak darah tinggi."

"Tapi kelas saya jadi sepi," celetuknya tanpa sadar.

Aisyah tersenyum simpul mendengar perkataan dosennya itu. Ingin sekali rasanya ia menggoda dosennya ini lebih lama lagi.

"Bapak kangen sama saya?" goda Aisyah membuat Abi salah tingkah.

"Enggak. Siapa yang kangen sama kamu, ge-er kamu," sanggah Abi. Sepertinya ia baru sadar kalau dirinya telah salah berucap.

"Halah pak. Kalo iya juga nggak apa-apa kok."

"Jangan kepedean ya kamu. Saya tuh nggak kangen sama kamu, saya cuma ... "

"Rindu ... ?" sela Aisyah membuat Abi langsung melotot. "Hahaha ... ." Puas sekali rasanya Aisyah menggoda dosennya itu. Sudah lama ia tidak tertawa seperti ini.

"Lama-lama kamu buat saya darah tinggi. Keluar kamu!" usir Abi. Ia merasa malu karena Aisyah telah berhasil menggodanya.

"Iya, iya, saya pergi. Baperan amat pak." Aisyah pun beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju pintu, saat tangannya hendak membuka pintu, Aisyah menoleh ke belakang. Lebih tepatnya ke arah Abi, dia ingin menggoda Abi sekali lagi.

"Beneran bapak nggak kangen sama saya?"

"KELUAR AISYAH!!!"

"Hahaha ... "

...****************...

"Kayaknya ada yang lagi happy nih," sindir Shella. Setelah beberapa Minggu ini ia melihat lebih pendiam dan murung, kini Shella dapat melihat kembali senyum sang sahabat.

"Apa sih. Biasa aja gue," kilah Aisyah. Senyuman itu masih tercetak jelas di bibir Aisyah. Siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikiran yang sama dengan Shella.

"Dih, pake nggak ngaku segala. Ada apa sih, cerita dong," desak Shella.

Karena di desak terus oleh Shella, Aisyah pun menceritakan kejadian saat di ruangan Abi tadi. Aisyah masih merasa lucu dengan tingkah Abi yang sempat salah tingkah tadi. Selama ia berkuliah di Universita Pelita Bangsa dan mengenal sosok Abi, belum pernah Aisyah melihat sikap Abi yang seperti itu. Yang Aisyah tahu, Abi adalah sosok yang dingin, cuek dan juga galak maka dari itu sikap Abi yang salah tingkah tadi perlu ia abadikan.

"Gila Lo, Ca. Dosen killer Lo godain kayak gitu, nggak takut kena hukuman lagi Lo."

"Tch. Biarin aja, siapa suruh dia ngerjain gue. Ya itung-itung buat menghibur gue yang lagi galau ini lah."

"Masih masalah Reno?" tebak Shella dan Aisyah mengangguk.

"Gue kan dah pernah bilang sama lo, putusin aja cowok kayak gitu. Dia bukan cowok yang baik buat Lo." Shella geram dengan Aisyah, sudah berkali-kali ia nasihati tapi Aisyah masih tetap tak mengindahkan.

"Lo mah. Teman lagi sedih bukannya di hibur malah ngasih saran yang enggak-enggak."

"Lo batu banget sih dibilangin, Reno tuh nggak pernah tulus sama lo. Dia tuh cowok matre yang cuma mau morotin Lo doang. Dia pacaran sama lo cuma mau manfaatin lo aja Ca. Lo sadar dong."

"Lo kok ngomong gitu sih soal Reno, dia tuh nggak pernah morotin gue. Reno tuh cowok terbaik yang pernah gue kenal. Gue sayang sama Reno begitu juga sebaliknya." Sepertinya Aisyah sudah mulai kesal, ia tak terima jika lelaki yang dicintainya di jelek-jelekan seperti itu.

Shella mendesah pasrah, ia tak habis pikir melihat sahabatnya yang sangat keras kepala itu.

"Emang kalo udah bucin susah banget di bilangin. Kayak apotik tutup," sindir Shella.

"Maksud Lo?"

"Nggak ada obat!!"

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!