#20

"Mas...menurut Mas..Srita tadi cantik,kan?."

"Ngapain lu nanya gitu?."

Jawab Haras ketus.

"Ya..ndak apa. Saya cuma pengen tahu aja,apa Srita itu termasuk perempuan tipenya Mas Haras.."

"Husst!!ngomong asal aja,lu!."

"Ya..maaf Mas. Tapi..itu benar ga Mas?."

"Kalo bener emang kenapa?kalo ga bener juga kenapa?."

"Urusannya sama lu apa,No?!."

Omel Haras.

"Hua sedang kepanasan gini,lu malah ngomong yang ga jelas gitu.."

Gerutu Haras.

"Ya,jangan salah paham Mas. Saya ga asal ngomong. Itu semua ada alasannya.."

Ratno bersikeras pada pendiriannya. Meski Haras terlihat tak tertarik dengan topik pembicaraannya,tapi ia tetap berusaha untuk terus bicara. Ia seolah tak perduli meski Ratno terus saja memintanya untuk menghentikan ocehannya itu.

"Terserah lu dah!cepetan lu naik motornya!gua udah ga tahan ma badan gua. Kayaknya sekujur badan gua udah bau kandang!."

Oceh Haras.

"Ini juga udah cepet Mas!."

Timpal Ratno sambil terus berusaha menambah kecepatan laju motor yang ia kemudikan.

"Mas..dengerin saya ya!."

"Apalagi No..?!."

Haras kesal,Ratno ternyata tak seperti para sahabatnya di kota dulu. Jika teman-teman Haras di kota,terutama teman-teman yang satu geng dengannya,mereka rata-rata patuh pada Haras. Mereka tak ada yang berani adu argumen dengannya. setiap apa yang ia katakan,mereka lebih sering menurut saja.

Ia tak perduli, apakah itu mereka lakukan karena rasa hormat mereka,atau karena mereka tak ingin kehilangan Haras yang selalu menjadi mesin uang untuk membayari kegiatan mereka saat sedang nongkrong bersama.

Sedang Ratno,pemuda kampung ini selalu kukuh mempertahankan pendapatnya. Ia tak akan berhenti sebelum Haras menerima pendapatnya.

Tak perduli meski itu harus dengan adu argumen,Ratno tetap berusaha meyakinkan Haras. Meski demikian,Dimata Haras,Ratno sebenarnya tipikal orang yang cukup loyal,meski selama berteman dengan Ratno,Haras belum sekalipun mengeluarkan biaya untuk hal apapun. Itu tentu tak lepas dari sang Ayah yang sudah membekukan akses keuangan dirinya.

"Mas denger ga?!."

Ratno agak berteriak,ia takut Haras tak mendengar suaranya karena mungkin tak jelas akibat beradu dengan suara mesin motor.

"Iya,gua dengar!."

Jawab Haras yang juga sambil berteriak.

"Kalo emang Mas ga tertarik sama Srita, dan dia juga bukan wanita idaman Mas.. bagus itu. tapi kalo Mas tertarik...lebih baik Mas hati-hati."

"Lu ngomong apa juga gua ga paham.!"

"Ini serius loh Mas!."

"Ya,gua juga serius,No.Gua ga paham sama yang elu omongin!."

Jawab Haras tegas.

"Lu ngomongnya nanti aja di rumah. Gua masih capek No!.".

Ratno kemudian terdiam. Ia tak lagi melanjutkan ucapannya,ia hanya fokus untuk cepat sampai di rumah Pak Turio. Ia tak sabar untuk memberitahu pada Haras tentang hal yang sebenarnya.

Karena,jika Ratno perhatikan,tadi di kebun saat Haras melihat Srita,ada sebuah ekspresi wajah yang berbeda. Haras terlihat sumringah,dan Ratno juga bisa melihat tatapan tak biasa Haras pada Srita.

Srita memang wanita yang sangat menarik. Ia memiliki wajah ayu, tingkah yang baik. Pembawaannya selalu tenang. belum lagi,ia adalah seorang penari ternama di kampung ini.

Wajar saja,jika banyak pria yang tertarik pada Srita. Dan berusaha untuk merebut hati gadis yang hingga detik ini,belum satu kali pun terdengar memiliki kekasih.

Tak tahu apa sebabnya,tapi itu memang benar adanya. Ia selalu menolak setiap ada pria yang berusaha menjalin hubungan khusus dengannya. Alasannya klasik,ia masih ingin fokus pada pekerjaannya saat ini sebagai salah satu pelatih di sanggar tari yang ada di kampung ini.

Setelah beberapa saat, akhirnya Ratno dan Haras sampai juga di rumah. hari sudah menjelang sore.

"Lo kok udah pulang,Le?."

Mbok Karsi menyambut kedatangan sang cucu.

"Mana kakek mu?."

Tanya mbok Karsi yang tak melihat suaminya pulang bersama Haras dan Ratno.

"Kakek jalan kaki ,Nek."

"Jalan kaki?."

"Iya Nek. Ada bapak saya,pak de Ngadiman,sama pak le Sunu."

Ratno yang menjawab pertanyaan mbok Karsi.

Sedang Haras langsung nyelonong masuk ke dalam rumah. Ia sudah tak tahan dengan aroma tak sedap dari kedua tangannya.

ia ingin segera mandi,agar ia bisa terbebas dari bau yang sangat menyiksanya sejak tadi.

*****

"Wih..luar biasa Mas!."

Ratno mengacungkan dua ibu jarinya pada Haras.

Ia terpesona melihat penampilan Haras. Meski hanya mengenakan celana panjang komprang di padu dengan kaos oblong biasa,entah mengapa penampilan Haras tak pernah gagal.

"Aku yakin pasti Srita ndak bisa tidur malam ini. Kalau pun bisa..ia pasti bakal memimpikan Mas Haras..bukan..tapi..Haras Song Jong Ki.."

"Udah lu!ngelantur aja!katanya tadi mau ngomong penting?."

Haras mengeluarkan roko* elektrik dari saku celananya.

Beruntung sang ibu tak melewatkan barang itu . Dan sepertinya ia diam-diam memasukkan barang itu ke dalam koper pakaian Haras tanpa sepengetahuan sang ayah.

jadi setidaknya Haras masih bisa menikmati sedikit kenikmatan kota yang mayoritas sudah ia tinggalkan sejak ia terbuang di tempat ini.

Asap putih pekat mulai membumbung di sekitar wajah Haras.

ia begitu menikmati setiap hisapan roko* di mulutnya itu.

"Iya Mas, Mas harus hati-hati jika Mas naksir sama Srita."

"Naksir?serius lu?gua udah punya pacar ,No!."

Jawab Haras sambil menghisap lagi roko*nya.

"Ya..tapi kan sekarang Mas ada disini. Apa mungkin Mas ga rindu sama pacar Mas?."

Haras terdiam.

Pikirannya tiba-tiba terbawa lagi di masa lalu. Masa dimana ia dan Aydra sering menghabiskan waktu bersama. Melakukan semua hal yang mungkin tak bisa di lakukan oleh semua pasangan kekasih.

Ratno benar,Haras memang sangat merindukan Aydra. Ia merindukan semuanya dari wanita itu.

Tapi kini apalah daya seorang Haras,ia tak bisa berbuat apapun untuk sekedar melepas rindunya pada Aydra.

Ponselnya di tahan oleh sang ayah. Ia juga tak bisa lagi meminjam ponsel Ratno karena sang Kakek yang sudah melarangnya. Kakeknya bahkan mengancam akan melaporkan hal itu pada sang ayah,jika Haras tetap nekat menghubungi pacarnya.

Terpaksa lah ia harus menerima semua itu. Ia tak bisa melawan, karena jika ia tetap nekat menjalin komunikasi dengan Aydra,ia takut sang ayah akan marah besar dan mungkin saja akan melakukan hal yang lebih buruk lagi padanya.

Haras tak ingin itu terjadi.

baginya terbuang di kampung ini saja sudah menjadi mimpi buruk dalam hidupnya. Bagaimana jika sang ayah membuang ia ketempat yang lebih jauh dan lebih buruk lagi,ia mungkin tak akan bisa untuk melanjutkan hidupnya lagi. Hidupnya pasti akan berakhir.

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!