#15

"Ada ga orangnya ya?."

Atun,Dewi dan Lela saling bertanya.

Mereka rupanya sudah tiba di sekitar rumah Pak Turio.

"Jangan kelihatan kalo kita lagi mengintai cucunya Pak Turio."

"E..gimana kalo kita pura-pura ngobrol aja?.

Cetus Atun.

"Emm..boleh juga,kita pura-pura ngobrol dan jangan melihat rumah Pak Turio."

Timpal Lela.

Dan setelah sepakat, akhirnya ketiga gadis muda itupun langsung melanjutkan perjalanannya.

Dengan hati yang berdebar-debar mereka melangkahkan kaki untuk melintas di depan rumah Pak Turio.

Berpura-pura asyik mengobrol satu sama lain,namun mata mereka tetap mencuri pandang ke arah rumah Pak Turio. Berharap ada sosok yang mereka cari sedang duduk di teras,sehingga mereka akan bisa membuktikan ucapan Yu Sari tentang ketampanan cucu Pak Turio.

Jantung mereka kian berdetak kencang saat langkah mereka mulai dekat dengan rumah Pak Turio.

"Ya Tuhan!i..itu..itu a..ada orangnya..!."

Bisik Atun,kedua temannya pun langsung menoleh kearah rumah Pak Turio.

Dan benar saja,tampak di teras rumah Pak Turio ada sosok Haras yang sedang duduk seorang diri.

"Itu sih gantengnya kebangetan!!."

Puji Lela sambil meremas tangan Atun.

"Dari jauh aja ganteng banget...gimana kalo dilihat dari dekat."

"Uhhh.... gemes!!."

Ketiga gadis itu saling remas tangan rekannya karena terlalu gemas melihat ketampanan wajah Haras meski tak terlihat dengan jelas. sebab jarak rumah Pak Turio dan jalan kampung sekitar sepuluh meter,namun demikian dibawah sorot lampu teras mereka tetap bisa melihat wajah itu.

Ketiganya seolah tak ingin berlalu dari tempat itu,mereka ingin terus memandangi Haras.

"Yah..kok malah masuk rumah??!.

Ketiga gadis itu kecewa,karena tak lama kemudian Haras beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam rumah.

"ya sudah..pulang yuk!."

Ajak Atun yang kecewa.

"tapi ingat..jangan sampai ada yang dengar ya?ini rahasia kita bertiga!."

Bisik Dewi.

mereka pun setuju,dan segera pergi dari tempat itu.

******

"Hai gadis-gadis cantik!baru pulang dari latihan ya?."

langkah Atun dan dua orang temannya terhenti saat ada orang yang menegur mereka.

"Ono opo,Lim?kalo ga ada kepentingan,mbok ndak usah pake acara negur gitu!."

Ucap Dewi ketus.

"Wih!galak tenan sih!".

Timpal orang tersebut yang adalah Mulim,salah seorang pemuda di kampung ini.

"Udah jalan yuk! ngapain ngurusin si Mulim!."

Ajak Atun,yang kemudian diikuti oleh teman-temannya,mereka kembali melanjutkan langkah mereka.

"Iya nih,lebih baik kita ngurusi si ganteng itu..."

Ucap Lela dengan penuh semangat.

"Si ganteng?siapa dia?."

Mulim penasaran.

Atun menyikut Lela.

"kenapa kau bilang seperti itu?."

Bisik Atun pada Lela.

"oh..maaf..aku keceplosan!."

"Piye Iki? gawat?!."

"Hei!gadis!siapa si ganteng itu?."

"Apa maksudmu di Feri atau Dario?."

"Mau tahu aja sih urusan orang!."

"Yang jelas itu bukan kamu!."

Celetuk Dewi,yang kemudian melangkah pergi diikuti oleh Atun dan Lela.

"Siapa sih yang dimaksud mereka?aku harus lapor sama bos!."

Mulim pun langsung beranjak pergi dari tempat itu. Ia merasa ada sesuatu yang mencurigakan dari ucapan para gadis itu. Dan ia akan mencaritahu kebenaran dari ucapan para gadis itu.

*****

"Ono opo,Lim?."

Tanya seorang pemuda yang usianya sekitar dua puluh lima tahun. Perawakannya sedang dan agak kekar. Kulitnya cokelat gelap,parasnya biasa saja dengan kumis sedikit tebal dan rambut gondrong. Dia adalah Jeki,anak dari tengkulak kaya di kampung ini.

"Ada berita yang agak mencurigakan,Bos!."

"Apa? mencurigakan?!."

"Bener ,Bos!."

"Memangnya apa yang mencurigakan?."

Tanya Jeki sambil menghisap roko* elektriknya, dan kemudian menghembuskan asapnya begitu saja.

"Begini bos,tadi pas saya lagi jalan di depan sana..saya ketemu sama tiga gadis."

"La..terus ada apa sama tiga gadis itu?."

"Bukan tiga gadis itu Bos yang saya maksud. Tapi..ucapan dari tiga gadis itu.."

Jeki memicingkan matanya,ia tak mengerti dengan ucapan Mulim itu.

"Apa yang mereka katakan?apa mereka mencaci mu?."

"Tidak Bos. Bukan itu. Saat saya menggoda Mereka,mereka bilang jika mereka sedang sibuk mengurusi orang yang ganteng.."

"Hahahaha...!."

Mulim bingung saat melihat Jeki malah tertawa saat mendengar ucapannya itu.

"Ada apa Bos? Kok malah tertawa?."

Tanya Mulim sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.

"Koe iku lucu,Lim."

"Lucu....?."

"Iya. Aku bingung..mana berita mencurigakan yang kamu maksud tadi?."

"Ta..tapi Bos..ini memang mencurigakan. Soalnya waktu saya katakan apa orang ganteng itu Feri atau Dario,mereka bilang bukan ,Bos!."

"La terus piye?."

Jeki terasa enggan menanggapi ucapan Mulim.

"E..menurut saya...mungkin ada orang baru di kampung kita.."

Raut wajah Jeki langsung berubah. Ia terlihat serius.

"Orang baru?."

"Lebih tepatnya..pemuda baru,Bos!."

"Kalau memang benar begitu,cepat kau ajak yang lain untuk mencari informasi. Jangan sampai pemuda baru itu mendekati Srita ku!!."

"Cepat bergerak,Lim!!."

Perintah Jeki pada Mulim.

Dan tanpa banyak bicara lagi,Mulim pun segera pergi dari tempat itu bersama beberapa orang rekannya. Mereka hendak mencaritahu kebenaran tentang berita yang tadi ia dapat dari beberapa gadis di kampung ini.

*****

"Kita mau kemana sih,Lim?."

Tanya Wiro salah satu rekan Mulim yang punya tubuh gempal.

"Ini tugas penting dari bos Jeki."

Jawab Mulim sambil memacu motornya menyusuri jalan kampung. Motor terus melaju hingga akhirnya berbelok dan berhenti di sebuah warung kopi yang tampak ramai.

"Yu,pesan kopi hitam empat ya?!."

Ucap Mulim saat ia dan ketiga rekannya sudah masuk kedalam warung yang berisi para pria kampung yang asyik ngopi sambil ngobrol-ngobrol santai.

Mata Mulim menatap liar ke penjuru warung. telinganya juga dipasang dengan seksama untuk menguping pembicaraan orang-orang,siapa tahu ada informasi penting yang bisa ia dengar.

Tapi,kopi sudah habis setengah gelas,belum juga ada hal penting yang bisa ia dengar. Orang-orang hanya membicarakan hasil panen mereka,harga gabah atau beras,rencana tanam,dan hal-hal yang berhubungan dengan pertanian.

Mulim memberi kode pada rekannya untuk pergi dari tempat itu.

Ketika mereka hendak beranjak tiba-tiba...

"Bu lek,masih ada gorengan?."

"Wah sudah habis,No!."

"Waduh!piye Iki..kalo ga dapet gorengannya..bisa kena omel ini..."

"Emang beli gorengan buat siapa?."

"itu disuruh Kakek..."

"oh.. pak Turio?."

"Iyo Bu lek..cucunya kakek pengen gorengan katanya,Nenek sudah tidur,jadi..ndak ada yang buatin.."

Mulim melirik kearah rekan-rekannya,ia mengedipkan matanya,seolah memberi isyarat. Dan dengan segera mereka keluar dari warung.

Dan saat Ratno mengayuh sepedanya,Mulim dan rekan-rekannya mulai mengikuti Ratno. Ada suatu rencana yang sudah mereka atur.

Sedang Ratno tak sadar jika ia sedang di ikuti.

******

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!