#5

Aydra hanya mampu terduduk lemas sambil meratapi kepergian Haras.

Semua sudah berakhir.

Haras sudah benar-benar pergi darinya, dan entah kapan mereka bisa bertemu lagi.atau mungkin mereka tak akan pernah bisa untuk bertemu kembali.

Sedang mobil yang dikemudikan pak Herawan terus melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota yang masih sepi, karena hari masih pagi.

"Pah!kenapa Papa gak izinkan aku dan Aydra bicara pah??."

Haras protes.

Pak Herawan tak menjawab.Ia hanya fokus pada kemudinya.

"Papa sudah menang sekarang.papa bukan hanya membuang aku, Papa juga sudah menghancurkan hidupku!."

Pekik Haras.

"Apa kau bilang?Papa yang sudah hancurkan hidupmu!?."

"Kau sendiri yang sudah menghancurkannya.jadi..jangan salahkan siapa-siapa!."

Sergah pak Herawan.

Haras kian kesal .

Ia terus mengoceh kesana kemari.

Sedang sang papa tak mau lagi menanggapi ocehannya.Ia hanya fokus untuk mengemudikan mobilnya.

Butuh waktu hampir satu hari untuk bisa sampai ke kampung halaman pak Herawan.

Karena terlalu letih,Haras akhirnya tertidur pulas.

Pak Herawan memandangi putera semata wayangnya dari kaca spion di atas kepalanya.

Ia sesungguhnya tak tega untuk melakukan ini pada Haras.

Ia tahu,sang putera pasti tak akan mudah untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya nanti.

Terbiasa hidup di tempat yang ramai dan memiliki banyak fasilitas,lalu harus hidup di kampung yang sunyi dan minim fasilitas,tentu akan terasa berat bagi haras.

Apalagi pak Herawan juga menyita ponsel dan kartu kredit Haras.

Tapi,semua itu harus ia lakukan,sebelum semuanya terlambat.Ia hanya ingin sang anak menjadi orang yang lebih baik lagi.

Mungkin saat ini Haras belum bisa memahami,tapi ia yakin suatu saat nanti Haras pasti akan tahu apa maksud dari semua ini.semua hanya demi kebaikan Haras saja.

*****

kampung halaman pak Herawan...

"Oh Gusti...cucuku Haras ini??."

Seorang pria tua tampak sangat senang saat bertemu dengan Haras.

Ia terus memandangi wajah tampan Haras.

Ia juga mengelus kepala Haras,dan lalu mendekapnya dengan erat.

"Mbok e...ada Haras cucu kita..!!."

Ia berteriak dengan suara tuanya,memanggil istrinya.

Tak lama kemudian, munculah dari dalam rumah seorang wanita tua yang berjalan dengan tergesa-gesa.

"Mana Haras cucuku?."

"Ini loh..coba lihat!!."

Si pria tua menunjuk ke arah Haras yang masih berdiri kaku.

Wanita tua itu terperangah melihat sosok Haras,ia tak kuasa menahan rasa haru bercampur bahagia.

Air matanya pun langsung menetes.

Dan dengan segera ia menghambur ke arah Haras,di peluknya erat cucu laki-laki satu-satunya itu.

Papa Haras adalah anak pertama ia memiliki seorang adik perempuan,ia sudah menikah dan ikut suaminya di daerah lain,ia memiliki dua orang anak tetapi keduanya perempuan.

Itulah sebabnya,pria dan wanita tua itu yang adalah orang tua pak Herawan sangat menyayangi Haras.

"Terakhir kali kamu kesini mungkin sepuluh tahun yang lalu..."

Ucap wanita tua itu Bu Karsi, ibunya pak Herawan.

"Kamu ndak pernah mau ikut kalau Bapakmu kesini.."

Sahut pria tua yang adalah pak Turio,Bapaknya Pak Herawan.

"Lama ndak ketemu..sekarang udah besar ..berapa umurmu Le?".

Tanya pak Turio pada Haras.

"Dua puluh dua,Kek!."

Jawab Haras datar.ia masih belum bisa menerima kenyataan jika saat ini ia sudah berada di kampung halaman sang papa.tempat yang ia anggap sebagai neraka itu.

"Yo wis..kita masuk!."

Ajak Bu Karsi pada anak dan cucunya itu.

Mereka pun langsung masuk ke dalam rumah.Sedang tas berisi barang-barang Haras langsung dibawa oleh paman Narno,orang yang bekerja sebagai asisten di rumah orang tua pak Herawan.

Haras mengedarkan pandangannya ke semua penjuru rumah kakek dan itu.

Suasana di rumah itu sudah cukup banyak yang berubah.

Ia masih ingat,saat sepuluh tahun yang lalu ia datang ke rumah ini,rumah ini masih berdinding papan dan lantainya masih tanah.

Tak ada fasilitas yang memadai.tak ada kulkas,AC,meski ada televisi,tapi itu tak bisa ditonton setiap waktu,sebab saat itu listrik di tempat ini hanya hidup saat malam hari,saat siang hari listrik pun padam.

Tapi kini,rumah kakek dan neneknya itu

sudah berubah.Rumah itu sudah dibuat permanen dengan dinding bata yang di plester dan dicat, lantainya juga sudah ditutupi oleh keramik.

Kulkas dan televisi juga sudah bisa di pakai sepanjang hari,karena listrik sudah permanen siang dan malam menyala.

Tapi meski begitu,saat ia melewati kampung ini tadi,suasana masih tetap sama seperti dahulu.

Meski jalan kampung sudah dicor,tapi fasilitas publik tetap saja minim.

Disini tak ada mall,bioskop,kafe,ataupun tempat-tempat nongkrong selayaknya di kota.

Haras sudah bisa membayangkan akan seperti apa nanti kehidupannya di tempat ini.

Kehidupan yang sangat membosankan akan menjadi rutinitas dirinya mulai hari ini.

Ia merasa sesak ,dan seolah tak ingin hidup.

Ia masih tak percaya sang papa tega melakukan itu padanya.

Ia tetap tak habis pikir,apa yang membuat papanya mengambil keputusan seekstrem itu.

"Ras..ayo mandi sana,terus kita makan ya!."

"Oh ya..apa makanan kesukaan mu?biar Nenek masakin ya?."

"Soalnya bapakmu Ndak telepon dulu kalau kalian mau kesini ."

Ucap bu Karsi pada Haras yang masih duduk di kursi kayu di ruang tamu.

"Iya nek...soalnya Papa...e ..itu..."

Haras tak melanjutkan kalimatnya.ia sebenarnya berniat untuk mengatakan apa yang terjadi pada neneknya,tapi ia urungkan karena ia takut jika sang nenek malah ikut memarahi dirinya.

Itulah sebabnya ia memilih untuk tak melanjutkan kalimatnya.

"Loh kok diam?ada apa toh Le?."

Bu Karsi penasaran.

"E.tidak,Nek!."

"Itu..e..Nenek masak apa aja,pasti Haras makan".

Haras mengelak.

Bu Karsi tersenyum senang mendengar ucapan sang cucu.

Dan ia pun segera berpamitan pergi ke dapur untuk memasak makan siang mereka .

Sedang Haras masih duduk,ia masih merenungi nasibnya yang teramat tragis itu.

Lahir dan besar di kota dengan kehidupan yang mewah, kini ia nyatanya harus menerima kenyataan jika ia harus terbuang di tempat asing yang sama sekali tak menarik baginya.

Ia mengeluarkan roko* elektrik dari saku jaketnya,tadi di jalan sang papa membelikan itu untuknya.

Ia pun mulai menghisap roko* beraroma menyengat itu.

Biasanya ia sangat menikmati setiap hisapan yang ia lakukan,tapi kini,ia merasa tak bisa menikmati aroma dari roko* tersebut.ia merasa hambar,tak ada satupun kenikmatan yang bisa ia rasakan.

Semuanya sudah hilang,ikut pergi bersama kehidupan indah yang dulu menjadi miliknya.

kini semua itu telah pergi meninggalkan dirinya,dan membiarkan ia hidup bersama suasana yang sangat membosankan ini.

*****

Terpopuler

Comments

Alisky

Alisky

Hallo Thor aku mampir lagi, semangat yaa🥰🥰

2024-05-14

0

Queen Sando

Queen Sando

🙏👍❤️

2024-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!