Vincent melangkah hati-hati di antara reruntuhan yang hancur, matanya terus memperhatikan setiap sudut di sekitarnya. Di antara puing-puing yang runtuh, dia melihat sosok lemah yang terbaring di tanah, wanita elf yang terluka dan tergolek dalam keadaan lemah.
Meskipun pakaian wanita itu robek dan hampir telanjang, kehadiran Vincent sebelumnya telah mencegahnya dari kehilangan kesuciannya. Dia, meskipun dalam keadaan lemah dan terluka, memancarkan kecantikan yang memukau, membuatnya tampak seperti bidadari yang terjatuh di tengah kehancuran.
Wanita elf itu menatap Vincent dengan pandangan yang penuh kecurigaan dan ketidakpercayaan. Mata indahnya mencerminkan keraguan yang mendalam, seolah bertanya-tanya apakah dia bisa percaya pada seorang manusia seperti Vincent.
Namun, Vincent tidak tergoyahkan oleh sikap dingin itu. Dengan lembut, dia mendekati wanita itu, membuktikan bahwa niatnya murni dan kebaikannya tulus. Dia membantu wanita itu duduk dengan hati-hati, menawarkan bantuan tanpa pamrih.
"... Manusia?" desis wanita elf itu, suaranya penuh dengan keraguan.
Vincent mengangguk dengan lembut. "Ya, saya manusia. Tapi saya datang bukan sebagai musuh, melainkan sebagai sekutu yang ingin membantu."
Wanita elf itu menatapnya dengan ragu, namun ketulusan di mata Vincent membuatnya mulai merasa sedikit lebih nyaman. "Apa yang kamu inginkan dari kami?" tanyanya dengan suara lemah.
Vincent tersenyum, mencoba memberikan sedikit kelegaan di tengah kehancuran itu. "Saat ini, yang aku inginkan hanyalah keselamatan dan kesejahteraan bagi kamu dan orang-orangmu. Aku tidak bermaksud menyakiti atau mengganggu, hanya membantu."
Wanita elf itu merenung sejenak, memperhatikan wajah Vincent dengan cermat. Akhirnya, dengan tatapan yang penuh harapan, dia mengangkat tangannya ke arah Vincent, menerima tawaran bantuan yang ditawarkannya dengan penuh rasa syukur.
"Aku... Aku berterima kasih," ucapnya dengan suara yang lemah namun tulus.
Vincent tersenyum, merasa lega melihat sedikitnya kepercayaan yang mulai timbul di antara mereka. "Mari kita bersatu untuk melalui masa sulit ini bersama-sama," ucapnya, tangan kanannya bersiap untuk membantu wanita elf itu berdiri.
Dengan perlahan, mereka berdua berjalan bersama, membawa harapan kecil di tengah kehancuran yang mengelilingi mereka.
.......
...***...
.......
Setelah menyelamatkan beberapa orang elf yang selamat, Vincent dan wanita elf yang baru ditemuinya berjalan bersama menjauh dari reruntuhan desa yang hancur. Namun, ketika Elion melihat wanita di samping Vincent, sifatnya yang khas segera muncul. Dengan tiba-tiba, dia bergegas berlari ke arah wanita elf itu, sambil meneriakkan nama yang dia kenal begitu baik.
"Elysia! Elysia! Syukurlah kamu selamat!"
Elion bahkan hampir mendorong Vincent hingga terjatuh karena menghalangi jalurnya, namun dengan refleks yang tajam, Vincent menghindar dan tanpa ampun memukul kepala Elion dengan keras hingga ia tersungkur, makan tanah sampai berhenti tepat di kaki wanita elf.
"Ah, tanganku terpeleset," ucap Vincent dengan nada yang sama sekali tidak menyesali tindakannya.
Sementara Elion, yang terguling-guling di tanah, terdiam sejenak, menunggu dengan napas tertahan reaksi dari adiknya. Namun, alih-alih mendengar kata-kata penyemangat, yang dia dapatkan adalah tatapan tajam penuh kemarahan dari Elysia.
"Duh, Elion!" desis Elysia dengan suara yang menusuk. "Kau benar-benar bodoh! Apa yang membuatmu berpikir bahwa itu adalah ide bagus untuk berlari seperti orang gila tanpa memperhatikan sekelilingmu?"
Elion merasa pipinya memanas karena malu. Dia tahu dia salah, tapi tidak menyangka bahwa Elysia akan melancarkan serangan verbal sehebat ini.
"S-sorry, Elysia..." gumam Elion, mencoba untuk merangkum kata-katanya dengan baik, tapi tetap terdengar tergagap.
Elysia menghela nafas dengan keras, menunjukkan ketidakpuasan yang jelas pada perilaku kakaknya. Namun, kemudian dia meredakan ekspresinya sedikit, menghadapi Elion dengan ekspresi campuran antara kesal dan kepedulian.
"Kau harus lebih berhati-hati, Elion. Kita tidak bisa kehilanganmu juga di tengah kekacauan seperti ini," kata Elysia dengan suara yang lebih lembut, mencoba menyampaikan pesannya tanpa mengurangi kekhawatirannya.
Elion mengangguk pelan, merasa sedikit lebih baik karena Elysia masih peduli padanya meskipun marah. Setelah mengeluarkan semua kemarahannya, Elysia mendekati Elion dengan langkah-langkah yang lebih lembut. Dia menepuk kepala Elion dengan lembut, sebuah gerakan kecil yang menunjukkan bahwa di balik sifat tsunderenya, Elysia sebenarnya peduli pada kakaknya. Dalam kehangatan sentuhan itu, Elion merasakan ketulusan dan kasih sayang dari adiknya, yang membuatnya tersenyum.
"Kau benar-benar bodoh, tapi aku tidak tega melihatmu terluka, Elion," ucap Elysia dengan suara yang sedikit lebih lembut, wajahnya sedikit merona merah karena malu.
Elion, yang masih merasa malu dan tersentuh oleh tindakan adiknya, tiba-tiba merasa hangat di dalam hatinya. Tanpa pikir panjang, dia memeluk Elysia dengan erat, mengungkapkan perasaan terima kasih dan rasa syukurnya telah menemukan adiknya dalam keadaan selamat.
"Elysia... Aku tidak tahu apa yang aku lakukan jika kau terluka," bisik Elion dengan suara gemetar, memeluk adiknya dengan erat.
Elysia, meskipun terkejut dengan pelukan tulus kakaknya, akhirnya membalas pelukan itu dengan hangat. Dia merasa terharu dan diliputi oleh perasaan yang rumit, tetapi pada saat yang sama, ada kehangatan yang mengalir di antara mereka, menguatkan ikatan saudara mereka.
Vincent hanya tersenyum melihat kedekatan antara Elion dan Elysia. Meskipun situasinya tegang dan sulit, dia merasa lega melihat bahwa mereka memiliki satu sama lain untuk saling mendukung di tengah kekacauan yang melanda.
Sementara itu, Elysia bertanya tentang lengan besi Vincent, Elion mencoba menjawab dengan percaya diri, meskipun sebenarnya dia tidak tahu banyak tentangnya. Dengan canggung, dia menggambarkan lengan biomekanik tersebut sebagai semacam "Armor Lengan Aneh" yang mungkin digunakan Vincent untuk melindungi diri dari bahaya.
"Dia... Dia memakainya sebagai armor lengan," ucap Elion dengan suara yang agak terbata-bata. "Seperti... seperti sebuah pelindung lengan untuknya."
Elysia menatap Elion dengan keraguan, tetapi Elion terus berusaha untuk meyakinkan adiknya. "Ya, sepertinya... Dia pasti harus memakainya karena sesuatu yang penting. Aku yakin itu membantunya bertarung melawan musuh-musuhnya."
Meskipun Elysia masih merasa ragu, dia memutuskan untuk mempercayai kata-kata Elion untuk saat ini. Setidaknya, dia berharap agar lengan besi itu benar-benar memberikan perlindungan bagi Vincent, dan bukan sebagai ancaman bagi keselamatan mereka.
Vincent sendiri hanya tersenyum melihat interaksi antara Elion dan Elysia, tanpa menyadari bahwa pengetahuan Elion tentang lengan biomekaniknya hampir sama dengan nol. Baginya, yang penting adalah bahwa mereka berdua dapat menerima keberadaannya dan melanjutkan evakuasi bersama.
.......
...***...
.......
Ketika pagi mulai menyingsing, Vincent, Elion, dan Elysia tiba di tempat yang lebih aman. Mereka berhasil mengumpulkan semua elf yang selamat di satu tempat, memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan hati yang penuh harap, mereka menatap langit yang mulai terang, merasa lega bahwa mereka telah berhasil menyelamatkan sebagian dari penduduk desa yang terkena dampak kehancuran itu. Meskipun luka-luka masih ada, semangat untuk bangkit kembali tumbuh di antara para pengungsi.
Vincent, sebagai satu-satunya manusia di antara mereka, merasa sedikit terasing di tengah-tengah kerumunan elf yang akrab satu sama lain. Namun, Elion dan Elysia, sebagai penduduk asli desa, dengan cepat menyambutnya dengan hangat, mengakui bantuan besar yang telah diberikan oleh Vincent dalam menyelamatkan mereka.
Mereka bertiga bergabung dengan upaya untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada para elf yang terluka dan terlantar. Meskipun perbedaan ras, mereka bersatu dalam upaya menyelamatkan dan memulihkan desa mereka.
Di antara sorot matahari yang muncul perlahan dari ufuk timur, harapan baru pun mulai tumbuh di hati mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi mereka siap menghadapi tantangan apa pun yang akan datang.
Dengan langkah yang tegap dan tekad yang kuat, mereka bersama-sama melangkah maju, menuju masa depan yang lebih baik untuk desa mereka dan untuk diri mereka sendiri. Dan sambil berdiri di bawah langit yang cerah, mereka tahu bahwa petualangan mereka masih jauh dari selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments