Dawn of Justice

Sinar matahari perlahan merayap di ufuk timur, menerangi dataran yang luas dan hijau di sekitar perkemahan mereka. Vincent, Elion, dan Elysia bangun dari tidur mereka yang nyenyak, siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju Kerajaan Veridian Alliance.

"Kita harus segera berangkat," kata Vincent tegas, sementara dia merapikan barang-barangnya dengan cermat.

Elion, yang penuh semangat, tidak sabar untuk melanjutkan petualangan mereka. "Ayo kita pergi! Aku ingin segera sampai di tujuan dan melihat apa yang menanti kita di sana."

Elysia, yang masih sedikit mengantuk, tersenyum lembut ketika Vincent memberikan secarik roti tambahan yang ia simpan di dalam tasnya. Meskipun tidak banyak, tetapi tindakan kecil itu menunjukkan perhatian dan kehangatan dari Vincent, layaknya seorang kakak yang penuh tanggung jawab.

Dengan semangat yang baru dan tekad yang kuat, mereka mempersiapkan perlengkapan mereka dan segera melanjutkan perjalanan mereka ke Kerajaan Veridian Alliance. Meskipun tantangan menanti di depan mereka, mereka yakin bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi segala rintangan yang ada di depan mereka dan mencapai tujuan mereka dengan selamat.

.......

...***...

.......

Saat matahari menghujani mereka dengan sinarnya yang hangat saat mereka melangkah hati-hati melintasi hutan yang rimbun. Langkah-langkah mereka bergerak dengan ringan, seperti bayangan yang melintas di antara pepohonan yang lebat.

Tiba-tiba, Vincent mengangkat tangan dengan cepat, memberi isyarat kepada Elion dan Elysia untuk berhenti. "Ada sesuatu di sana," bisiknya, matanya yang mekanik menatap ke arah kejauhan.

Sementara Elion dan Elysia berhenti di belakangnya, penuh dengan keingintahuan dan sedikit ketegangan, Vincent melirik kembali ke arah mereka dengan ekspresi serius. "Ada sesuatu yang tidak beres di sana. Aku akan memeriksanya."

Tanpa menunggu reaksi mereka, Vincent melangkah maju dengan hati-hati, menyusup di antara pepohonan dengan lincah. Dalam sekejap, dia sudah menemukan posisi yang tepat untuk mengintai dengan aman.

Dengan cermat, Vincent menarik napas dalam-dalam, membiarkan perangkat canggih di dalam tubuhnya memproyeksikan gambaran jelas dari jarak jauh. Dengan bantuan teknologi yang terintegrasi dalam dirinya, dia dapat melihat kejadian di kejauhan tanpa harus bergerak dari tempatnya.

Elysia melirik Vincent dengan ekspresi heran. "Ada apa, Vincent? Kenapa kita berhenti?"

Vincent tidak menjawab. Matanya yang fokus tertuju pada obyek yang jauh, wajahnya mengekspresikan ketegangan yang jelas.

"Sialan," gumamnya pelan, menyesuaikan fokusnya melalui lensa visual di dalam matanya. "Ada kelompok pemburu budak di sana. Dan..." Suaranya hampir terputus saat dia melihat pemandangan yang menjijikkan.

Elysia dan Elion menunggu dengan napas terengah-engah, mencoba menangkap setiap kata yang keluar dari bibir Vincent.

"Mereka... mereka sedang memp*rkosa seorang gadis. Gadis dengan telinga dan ekor kucing, seorang demihuman aku rasa," lanjut Vincent dengan nada rendah, tetapi penuh dengan kemarahan.

Elion mengetatkan cengkeramannya pada pegangannya, mata berkobar-kobar dengan kemarahan. "Kita tidak bisa membiarkan mereka melakukannya. Tapi apa rencanamu, Vincent?"

Vincent mengangguk, wajahnya penuh dengan tekad. "Kita harus bertindak cepat dan cerdas. Elion, kamu siapkan serangan dari sisi lain. Elysia, gunakan sihirmu untuk memberikan perlindungan dan membantu korban jika diperlukan."

Dengan rencana yang sudah disusun, mereka bertiga bersiap-siap untuk bertindak. Meskipun penuh dengan kemarahan dan jijik akan kejahatan yang terjadi, mereka tahu bahwa mereka harus bergerak dengan hati-hati dan cerdas untuk mengatasi situasi yang berbahaya ini.

Tanpa bergerak dari tempatnya, layar holografik tiba-tiba menyala di depan Vincent. Dengan gerakan yang cepat dan efisien, dia memilih sniper AWM dari antarmuka holografik. Menggunakan fitur suppressor yang terpasang, senjata itu memancarkan aura kekuatan dan ketenangan di bawah sinar matahari yang menyilaukan. Dengan tangan yang terlatih, Vincent memilih magazen berisi lima butir peluru tipe .338 Lapua Magnum dengan ketelitian yang luar biasa, memastikan bahwa dia memiliki persediaan yang cukup untuk menghadapi situasi yang sedang terjadi.

Saat Vincent mengatur posisinya dengan hati-hati, Elion dan Elysia mempersiapkan diri mereka untuk bertindak sesuai rencana. Elion bergerak dengan lincah, menyusup melalui pepohonan untuk mendapatkan posisi yang tepat untuk serangan dari samping. Dia mengamati setiap gerakan musuh dengan cermat, siap untuk meluncur ke tindakan begitu diberikan isyarat.

Di sisi lain, Elysia mengumpulkan energi alam di sekitarnya, menyiapkan sihirnya untuk melindungi mereka dan memberikan bantuan kepada korban. Dengan pandangan tajam, dia memperhatikan setiap detail di sekitarnya, siap untuk memanfaatkan kekuatan alamnya sebaik mungkin.

Sementara itu, Vincent tetap fokus pada tujuannya. Dengan nafas yang teratur, dia menatap targetnya dengan intensitas, siap untuk melepaskan tembakan yang mematikan. Senjatanya bergetar dengan kekuatan yang terkandung di dalamnya, menunggu saat yang tepat untuk melepaskan peluru mematikan ke arah para pemburu budak yang kejam.

Dalam sekejap, situasi menjadi tegang. Matahari bersinar terang di atas kepala mereka, menciptakan bayangan-bayangan yang bergerak di antara pepohonan. Napas mereka berdetak cepat, adrenalin mengalir dengan deras di dalam tubuh mereka, menyiapkan mereka untuk pertempuran yang akan datang.

Tiba-tiba, suara peluru tembus udara membelah keheningan, memecah ketegangan yang menyelimuti hutan. Satu tembakan, satu tujuan. Waktu berhenti sejenak saat peluru menembus udara dengan presisi yang memukau, mengarah tepat ke sasaran yang dituju.

Dan kemudian, dengan suara yang hening, tembakan itu menemui sasaran dengan kepastian yang mempesona. Sebuah kematian yang cepat dan pasti, membawa keadilan kepada mereka yang tidak berdaya.

Ketika peluru itu menemui sasarannya, kekacauan meletus di antara para pemburu budak. Teriakan dan teriakan panik memenuhi hutan, menciptakan suara kegemparan yang menyebar dengan cepat di antara pepohonan. Beberapa dari mereka berusaha berlindung di balik batu-batu besar atau pepohonan yang lebat, mencari perlindungan dari ancaman yang tak terlihat.

Suara gemuruh senjata memecah keheningan hutan saat senjata-senjata api Vincent menembak dengan keganasan yang mematikan. Peluru-peluru itu menemui sasarannya dengan kepastian yang menakutkan, menghujam tubuh para pemburu budak dengan akurasi yang memukau.

Dalam kekacauan pertempuran, Vincent memutuskan untuk mengubah strateginya. Dengan gesit, dia menyimpang senapan sniper AWM-nya ke dalam fitur inventaris dan mengeluarkan dua buah Colt M1911A1. Dengan senjata di kedua tangannya, dia meluncur maju ke arah para pemburu budak dengan gerakan yang lincah dan penuh keberanian.

Setiap tembakan dari senjata-senjatanya menciptakan jejak kematian di antara musuh-musuhnya. Peluru-peluru itu bergerak seperti panah mematikan, menjatuhkan para pemburu budak satu per satu. Dalam setiap gerakan, Vincent menggabungkan kecepatan dan ketepatan, menciptakan kisah kematian yang menakutkan bagi musuh-musuhnya.

Tidak hanya mengandalkan senjata-senjatanya, Vincent juga menggunakan kemampuan fisiknya yang luar biasa. Dia menghindari serangan balasan dengan gerakan yang gesit dan tangkas, meluncur di antara para pemburu budak dengan kecepatan yang menakutkan. Dengan setiap pukulan dan tendangan, dia menegaskan dominasinya atas pertempuran, menjadikan dirinya sebagai ancaman yang tak terbantahkan bagi musuh-musuhnya.

Ditengah kekacauan yang melanda, sebagian pemburu budak mendapatkan kembali ketenangan mereka. Dengan satu tujuan pasti, mereka membentuk formasi dan menyerang Vincent bersama-sama.

Salah satu pemburu budak mendekati Vincent dengan pedangnya yang mengkilap, siap untuk memberikan serangan yang mematikan. Namun, Vincent dengan cepat bereaksi, menghentikan tebasan pedang itu dengan pistol M1911A1 di tangannya. Tanpa memberikan kesempatan kepada lawannya, Vincent menembak kepala pemburu budak itu beberapa kali dengan cepat dan akurat, mengakhiri nyawanya dalam sekejap. Sebuah hentakan yang mematikan, mengirim pesan jelas kepada yang lain bahwa mereka tidak boleh menganggap enteng ancaman yang dihadapi.

Sementara pemburu budak lainnya terkejut dan terguncang oleh kematian rekan mereka, Vincent tetap waspada dan siap untuk menghadapi serangan berikutnya. Dengan tatapan tajam dan senjata yang siap sedia, dia mempersiapkan diri untuk bertahan dari serangan musuh yang semakin marah dan putus asa.

Namun para pemburu budak tetap gigih, percaya bahwa dengan keunggulan jumlah mereka, mereka bisa membunuh Vincent. Mereka mengabaikan ketakutan dan kejutan atas kejadian sebelumnya, memilih untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi menaklukkan "makhluk" asing ini.

Dengan serangan yang terorganisir dan terkoordinasi, para pemburu budak mulai mendekati Vincent dengan langkah mantap, senjata mereka siap untuk menyerang. Teriakan marah dan desisan senjata memecah keheningan hutan, menciptakan atmosfer yang tegang dan mencekam.

Salah satu pemburu budak berhasil melancarkan serangannya, pedangnya meluncur menuju Vincent dengan kecepatan yang mematikan. Namun, kebahagiaan mereka seketika sirna saat tebasan pedang itu memantul saat mengenai lengan kiri biomekanik Vincent. Dentingan logam menyertainya, memecahkan keheningan hutan dengan suara yang keras.

Vincent menahan rasa sakit yang menusuk-nusuk, mengendurkan cengkeramannya pada pistolnya sejenak saat dia merasakan dampak serangan itu. Namun, tekadnya tidak goyah. Dengan gerakan yang cepat, dia mengembalikan fokusnya pada musuh-musuhnya, siap untuk melanjutkan pertempuran.

Pemburu budak itu terkejut melihat reaksi Vincent yang begitu cepat dan tidak terpengaruh. Mereka menyadari bahwa mereka menghadapi lawan yang jauh lebih tangguh dari yang mereka bayangkan. Namun, itu tidak menghentikan mereka untuk terus menyerang, tetap percaya bahwa keunggulan jumlah mereka akan membawa kemenangan.

Waktu terus berlalu, dan dengan setiap tembakan yang dilepaskan oleh Vincent, satu per satu pemburu budak berjatuhan dan tak bernyawa. Mereka terkulai di tanah, mengakhiri kehidupan mereka dengan cara yang tragis. Beberapa yang tersisa, yang melihat kawan-kawan mereka mati satu demi satu, memutuskan untuk melarikan diri. Mereka menyadari bahwa kemenangan tidak mungkin bagi mereka, dan keputusan itu diambil dalam momen yang penuh ketakutan.

Para pemburu budak yang tersisa berlari menyelamatkan diri, meninggalkan medan pertempuran yang dipenuhi dengan kematian dan kehancuran. Mereka melarikan diri dengan ketakutan yang mendalam, menyadari bahwa mereka telah menghadapi kekuatan yang jauh melampaui mereka. Dalam keheningan yang mencekam, hanya tinggal Vincent, Elion, dan Elysia yang tetap berdiri tegak, menatap pemandangan yang menyedihkan di depan mereka.

Mereka tidak bersuka cita atas kemenangan mereka, karena harga yang mereka bayar sangatlah besar. Namun, mereka tahu bahwa pertempuran ini adalah langkah pertama dalam perjalanan mereka untuk membawa keadilan kepada Ardentia. Dengan tekad yang tak tergoyahkan, mereka melangkah maju, siap untuk menghadapi apa pun yang mungkin datang dalam pencarian mereka untuk membawa perdamaian dan keadilan kepada mereka yang membutuhkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!