Setelah pertempuran melawan Rajamala, Vincent merasa tubuhnya terasa berat dan lelah. Meskipun hatinya penuh dengan kelegaan karena berhasil melindungi rekan-rekannya, rasa sakit dari luka-lukanya mulai terasa menyiksa saat keadaan kembali tenang. Dengan hati-hati, Vincent mengambil kit medis dari fitur inventarisnya.
Dalam kegelapan yang mulai menyelimuti hutan, Vincent merawat luka-lukanya sendiri. Dia menemukan sebuah suntikan bernama Adrenaline Syringe dalam kit medisnya. Meskipun tidak yakin dengan efeknya di dunia nyata, Vincent memutuskan untuk mencobanya untuk membantu meredakan rasa sakit dan memulihkan tubuhnya.
Dengan gemetar, Vincent menyuntikkan Adrenaline Syringe ke dalam tubuhnya. Dia merasakan sensasi aneh saat zat itu masuk ke dalam alirannya darah, tetapi segera dia merasakan energi baru yang memenuhi dirinya. Rasa sakit yang tajam perlahan-lahan mulai mereda, dan tubuhnya terasa lebih gesit.
"Sungguh luar biasa," gumam Vincent dengan terkejut, merasakan kelegaan karena Adrenaline Syringe benar-benar memberikan efek yang diharapkan. Meskipun efeknya mungkin hanya sementara, setidaknya itu memberinya kekuatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah merawat luka-lukanya, Vincent bergabung dengan Elion dan Elysia yang sudah mempersiapkan tempat untuk mendirikan kemah. Mereka membuat api unggun kecil di tengah hutan yang gelap, menyediakan cahaya dan kehangatan di malam yang dingin. Mereka duduk di sekitar api unggun, saling berbagi cerita dan pengalaman dari pertempuran tadi.
"Terima kasih, Vincent," ucap Elion dengan tulus, tatapannya penuh penghargaan. "Kita semua berutang nyawa padamu."
Vincent tersenyum rendah, merasa bangga dan bersyukur telah dapat melindungi mereka. Meskipun luka-lukanya masih terasa, keberanian dan tekadnya tidak pernah padam.
"Kita harus beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke desa," usul Elysia, menatap langit yang mulai menggelap. "Besok pagi kita harus melanjutkan perjalanan kita."
Dengan setuju, mereka mulai menyusun peralatan tidur seadanya dan merapikan tempat tidur mereka di dalam kemah. Dalam kehangatan api unggun, mereka tertidur dengan damai, siap menghadapi petualangan baru yang menanti di hari esok.
.......
...***...
.......
Malam itu, Vincent bergulat dengan rasa sakit dari lukanya dan kekhawatiran akan bahaya yang mungkin mengancam mereka. Meskipun usaha untuk tidur menjadi sia-sia, dia tetap duduk di depan api unggun, memperhatikan kegelapan yang menyelimuti hutan.
Tiba-tiba, Celine datang dan duduk di sampingnya. Mata Celine memancarkan kekhawatiran, tetapi juga terlihat ada keraguan yang tersembunyi di dalamnya.
Vincent bisa merasakan getaran emosi yang menghiasi tatapan Celine. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang mengganjal di hati Celine, sesuatu yang membuatnya ragu untuk membantu.
"Celine, apa yang ada di pikiranmu?" tanya Vincent dengan lembut, mencoba membuka pembicaraan.
Celine menatap api unggun, berusaha mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Akhirnya, dengan suara yang ragu, dia menjawab, "Vincent, aku memiliki kemampuan penyembuhan yang bisa membantu mengobati luka-lukamu."
Vincent terkejut mendengarnya. Dia tidak pernah menduga bahwa Celine memiliki kemampuan sihir seperti itu. Namun, dia bisa merasakan keraguan yang menghantui Celine.
"Celine, kamu tidak perlu merasa terbebani," ucap Vincent dengan lembut, mencoba meredakan kegelisahan gadis itu. "Aku tahu bahwa kamu telah melalui banyak hal, tapi aku yakin kemampuanmu bisa membantu."
Namun, Celine masih ragu. Trauma dari masa lalunya masih menghantuinya, mengingatkannya akan bahaya yang bisa terjadi jika dia menggunakan kekuatannya.
Vincent meraih tangan Celine dengan lembut, menatapnya dengan penuh pengertian. "Celine, aku tidak akan memaksa kamu untuk melakukan apapun yang tidak kamu mau," ucapnya dengan tulus. "Tapi ingatlah, kita adalah tim. Kita harus saling mendukung dan melindungi satu sama lain."
Mendengar kata-kata itu, Celine merasa terharu. Dia merasakan kehangatan dari dukungan Vincent, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan hati-hati, dia mengangguk, menunjukkan bahwa dia bersedia membantu.
Vincent tersenyum lega, merasa senang bahwa Celine mulai membuka diri. Meskipun tantangan masih ada di depan mereka, mereka tahu bahwa dengan saling mendukung, mereka bisa menghadapinya bersama-sama. Namun, dia terkejut saat Celine memintanya dengan lembut, "Vincent, bisakah kamu melepaskan kemejamu? Aku ingin melihat luka-lukamu."
Perlahan, Vincent mengangguk, memahami bahwa Celine mungkin ingin memeriksa luka-lukanya. Dengan hati-hati, dia mulai melepaskan kemejanya, memperlihatkan luka di dadanya, dan merasakan ketegangan yang memenuhi udara di sekeliling mereka.
Celine terkejut melihat luka-luka itu, namun dia tidak mundur. Matanya terfokus pada luka-luka itu, kemudian turun ke arah exoskeleton yang menempel di tulang belakang Vincent dan beberapa plat logam karbon yang melindungi tubuhnya.
"Vincent..." bisik Celine, suaranya penuh dengan rasa heran. "Apa ini?"
Vincent menatap Celine dengan ekspresi campuran antara keberanian dan keraguan. "Ini adalah bagian dari perlengkapan perlindunganku," jawabnya dengan lembut. "Saat bertarung melawan Rajamala, aku harus memastikan keselamatan diri sendiri juga."
Celine merasa terharu melihat upaya Vincent untuk melindungi dirinya sendiri dan teman-temannya. Dengan hati-hati, dia mendekati Vincent dan memeluknya.
Vincent terkejut dengan tindakan tersebut, tetapi dia merasa hangat oleh kelembutan Celine. Namun, dia lebih terkejut lagi saat merasakan lidah Celine menjilati luka-lukanya dengan lembut.
"Saatnya memperlihatkan keajaiban alam Felarian," ucap Celine, suaranya penuh dengan keyakinan.
Air liur seorang Felarian memiliki sifat yang unik dan istimewa. Biasanya, air liur ini memiliki warna transparan atau kebiruan yang jernih. Namun, ketika digunakan untuk penyembuhan, air liur Felarian dapat berkilau dengan lembut, seakan memancarkan cahaya kebiruan yang tenang dan menenangkan. Teksturnya cair namun sedikit kental, memberikan sensasi yang menyegarkan ketika bersentuhan dengan kulit. Bau air liur Felarian pun memiliki aroma alami yang segar dan lembut, seperti bunga-bunga liar yang mekar di hutan pada pagi hari.
Vincent bisa merasakan kehangatan dan energi penyembuhan yang mengalir dari lidah Celine ke dalam luka-lukanya. Meskipun tidak sepenuhnya sembuh, tapi dia merasakan ketenangan dan kenyamanan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Dia menatap Celine dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Terima kasih, Celine," ucapnya dengan suara penuh penghargaan.
Celine tetap diam di pelukan Vincent, merasakan kehangatan dan ketenangan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meskipun awalnya ragu karena Vincent adalah manusia, ras yang sama yang telah menyakitinya di masa lalu, namun saat ini dia merasa nyaman dan aman di dalam pelukan itu.
Vincent, meskipun agak canggung karena sudah lama tidak merasakan kelembutan seorang wanita, membiarkan Celine berada di sana. Dia merasakan kehadiran Celine sebagai sesuatu yang menenangkan dan memberinya ketenangan dalam kegelisahan dan ketidakpastian setelah pertempuran yang melelahkan itu.
Mereka duduk di sana dalam keheningan yang nyaman, menyatu dalam kehangatan api unggun dan kedekatan yang mereka rasakan satu sama lain. Meskipun banyak hal yang harus dihadapi di masa depan, saat ini mereka hanya menikmati momen kedamaian yang mereka temukan satu sama lain.
Setelah beberapa saat, Celine menoleh ke arah Vincent dengan mata yang masih memancarkan kekhawatiran. "Apakah kamu merasa lebih baik sekarang?" tanyanya dengan lembut.
Vincent mengangguk, senyum tipis terukir di bibirnya. "Iya, terima kasih. Kamu berhasil membuat rasa sakitnya sedikit berkurang," ujarnya, mengalihkan pandangannya kembali ke kobaran api unggun di depan mereka.
"Mungkin... mungkin aku tidak seburuk yang kamu kira," lanjut Vincent setelah beberapa saat hening. "Bukan semua manusia sama."
Celine menatapnya dengan tatapan penuh pertimbangan. "Aku tahu," jawabnya pelan. "Tapi bukan semua manusia seperti kamu juga."
Vincent menarik napas dalam-dalam. "Aku berharap kita bisa menemukan jalan untuk saling percaya dan saling menghormati, Celine. Kita berdua harus melewati hal yang sulit, tapi aku percaya kita bisa melakukannya bersama-sama."
Celine mengangguk, matanya bersinar dengan harapan yang baru muncul di dalam dirinya. "Aku juga berharap begitu, Vincent," ucapnya dengan tulus.
Mereka melanjutkan duduk di sana, berbagi cerita dan pengalaman mereka satu sama lain, menemukan kedekatan yang lebih dalam di antara mereka di bawah langit malam yang tenang. Meskipun masih ada banyak rintangan yang harus dihadapi, mereka tahu bahwa mereka tidak akan sendirian dalam perjalanan mereka melawan ketidakpastian masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments