Suami Idaman ll.

Tak lama Fatimah pun keluar dari kamar mandi, dengan hanya memakai baju daster yang panjangnya selutut dan juga potongan lengan yang pendek.

Tak lupa rambut hitamnya ia gulung, Gus Hamzah yang melihat istrinya itu keluar dengan memakai baju daster itu pun terpukau dengan kecantikan alami dari istrinya.

Apalagi wajah polos istrinya tanpa make-up.

"Gus," panggil Fatimah, yang melihat suaminya itu terus menatap dirinya.

Tiga kali Fatimah memanggil nama suaminya itu, tapi yang di panggil tetap saja diam.

Hingga Fatimah pun terpaksa menepuk dada suaminya itu dengan pelan.

"Gus!" Panggilnya lagi, seraya menepuk dada suaminya itu.

Gus Hamzah yang ditepuk itu pun akhirnya tersadar dari lamunannya.

"Astagfirullah, iya ada apa?" tanya Gus Hamzah setelah sadar dari lamunannya.

"Gus gak mau mandi?" tanya Fatimah balik. "Lagian Gus lagi lamun-in apa sih?" tanyanya lagi.

"Gak, saya lagi gak ngelamun-in apa-apa kok," jawab Gus Hamzah dengan nada sedikit gugup itu.

"Yasudah, kalau gitu saya mandi dulu."

"Iya, aku juga mau masak buat makan malam."

Gus Hamzah pun pergi ke kamar mandi, sementara Fatimah, ia pun pergi ke dapur untuk memasak makan malam mereka.

Lantaran waktu memang sudah menunjukkan pukul 18:03 WIB, yang mana sebentar lagi waktu adzan Maghrib.

Saat Fatimah masuk kedalam kamarnya, ia melihat suaminya yang sudah selesai menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.

"Gus mau makan dulu atau mau nunggu waktu isya?" tanya Fatimah pada suaminya itu.

"Makan dulu juga boleh, tapi nanti ya saya mau baca Al-Qur'an dulu sebentar," jawab Gus Hamzah.

"Iya, kalau gitu aku mau siapin makanannya," ucap Fatimah.

Fatimah pun keluar dari kamarnya, sementara Gus Hamzah ia pun mulai membaca Al-Qur'an.

Di dapur, kini Fatimah tengah menata makanan di atas meja.

Tak lama Gus Hamzah pun datang, ia pun membantu istrinya itu.

"Eh, Gus. Tidak perlu membantu, tinggal sedikit lagi kok," ucap Fatimah, ketika melihat suaminya itu tengah membawa sayur sup dan menaruhnya ke atas meja makan.

"Tidak pa-pa, apa ada lagi?" jawabnya sekaligus bertanya.

"Sudah tidak ada, hanya tinggal itu," jawab Fatimah.

Mereka berdua pun mulai duduk di atas kursi yang ada di sana.

Tapi sebelum Fatimah duduk, ia lebih dulu mengambilkan makanan untuk suaminya itu.

"Terima kasih ya," ujar Gus Hamzah ketika istrinya itu mengambilkan makanan untuknya, Fatimah pun mengangguk sebagai tanda jawaban.

Setelah mengambilkan makanan untuk suaminya, Fatimah pun duduk di kursinya, dan mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Setelah itu, mereka pun mulai menikmati makan malam mereka bersama dengan tenang.

"Kamu pergilah ke kamar lebih dulu, biar saya yang membereskan ini, dan mencuci piring," ucap Gus Hamzah pada istrinya, setelah mereka selesai makan.

"Tapi bagaimana bisa aku membiarkan Gus mencuci piring," ucap Fatimah.

"Memangnya kenapa? Para suaminya juga bisa loh mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti cuci piring, cuci baju, mengepel lantai, menyapu, dan lain-lain. Dan itu semua bukan tugas seorang istri saja, tapi tugas seorang suaminya juga," ujarnya.

"Dan saya mau, kita bagi tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti saya yang cuci piring, kamu yang masak, kamu yang cuci baju, saya yang jemur pakaian," lanjutnya.

"Baiklah, jika itu keinginan Gus. Aku mah manut aja," ucap Fatimah dengan sedikit gurau.

"Yasudah, kamu ke kamar geh."

"Iya, kalau gitu aku ke kamar dulu, terima kasih sudah mau bantu aku."

"Iya."

Fatimah pun pergi ke kamar, dan Gus Hamzah pun mulai membereskan bekas makan mereka dan mulai mencuci peralatan masak dan bekas makan mereka yang kotor.

Saat Gus Hamzah selesai mencuci piring, ia pun pergi ke kamarnya.

Saat ia masuk kedalam, ia melihat istrinya itu tengah meringkuk dibawah selimut.

Tapi ada yang aneh, ia melihat, istrinya itu seperti tengah kesakitan.

Gus Hamzah pun melangkahkan kakinya, dan merangkak naik ke atas tempat tidur.

"Kamu kenapa?" tanya Gus Hamzah setelah ia naik ke atas tempat tidur, dan mulai menanyakan apa yang terjadi pada istrinya itu.

"Tidak pa-pa," jawab Fatimah, dengan tersenyum ke arah suaminya itu.

"Kamu jangan bohong. Jelas-jelas, saya melihat kamu seperti tengah kesakitan," ucapnya.

"Cepat katakan kamu sakit apa?" tanyanya lagi.

"Aku gak sakit, ini sudah biasa terjadi pada wanita yang lagi datang bulan," jawabnya.

"Jadi perutmu sakit?" tanya Gus Hamzah, dan diangguki oleh Fatimah sebagai tanda jawaban.

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi. Kalau kamu bilang dari tadi, biar saya saja yang masak," ucapnya.

"Justru karena itu, aku gak bilang sama Gus, karena aku gak mau ngerepotin Gus," ujar Fatimah.

"Saya tidak pernah merasa direpotkan, justru saya malah senang jika bisa membantu kamu," ucapnya.

"Yasudah, sekarang kamu mau apa? Atau apa yang harus saya bantu biar perut kamu tidak terlalu sakit," lanjutnya.

"Tidak, aku tidak mau apa-apa," jawab Fatimah.

"Terus yang bisanya kamu lakukan ketika perut kamu sakit apa?" tanya Gus Hamzah.

"Gak ada sih, paling cuman dielus perutnya," jawab Fatimah dengan pelan, lantaran ia malu.

Gus Hamzah pun tersenyum simpul, "mau saya elus perutnya?" tanya Gus Hamzah.

"Eh tidak perlu," jawab Fatimah dengan cepat.

"Kenapa?" tanya Gus Hamzah lagi.

"Gus kan harus sholat isya, jadi lebih baik Gus segara sholat saja," jawabnya.

"Yasudah, saya sholat dulu, nanti kalau saya sudah selesai sholat, saya akan elus perut kamu, boleh kan?"

"Eh, itu ... "

"Kenapa? Kamu tidak mengijinkan saya untuk elus perut kamu?"

"Bukan begitu ... Yasudah, Gus boleh elus perutku," jawab Fatimah.

"Yasudah, saya sholat dulu ya. Kamu mau saya ambilkan air minum hangat dulu, gak?"

"Gak usah Gus, lebih baik Gus cepat sholat."

"Yasudah, saya sholat dulu ya."

"Iya."

Gus Hamzah pun pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Tak lama, setelah selesai sholat, Gus Hamzah pun ikut berbaring disamping istrinya.

"Saya ijin elus perut kamu ya," ucapnya meminta ijin pada istrinya itu.

"I- iya," ujar Fatimah dengan gugup.

Setelah mendapatkan ijin dari istrinya, Gus Hamzah pun langsung mengelus perut istrinya yang sakit.

Sementara Fatimah yang dielus perutnya pun tak lama memejamkan matanya dan langsung tidur, lantaran merasa nyaman.

Gus Hamzah yang melihat istrinya itu sudah terlelap dalam tidur pun membawa kepala istrinya untuk tidur berbantalkan lengannya.

Dan ia pun merapihkan rambut istrinya. "Selamat malam, semoga tidur mu nyenyak," bisiknya, seraya mencium kening istrinya untuk pertama kalinya.

Setelah itu, Gus Hamzah pun mulai memejamkan matanya, dan mulai memasuki alam mimpi, namun ia masih setia mengelus perut istrinya itu.

...***...

Maaf baru bisa update sekarang🙏

Jangan lupa, like, komen, vote, subscribe, beri hadiah 🤗

Terima kasih❣️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!