Seminggu kemudian.
Sudah seminggu waktu yang ditentukan oleh Gus Hamzah, dan hari ini adalah waktu yang dimana dia harus memilih.
Antara menerima perjodohan itu ataukah tidak.
Dan hari ini Gus Hamzah, beserta kedua orang tuanya itu pun pergi ke Jogja untuk pergi ke rumah pak Kiyai Yusuf.
Ya, Gus Hamzah lebih memilih untuk pergi dengan menaiki kereta api.
Setelah menempuh perjalanan 8 jam, 15 menit, akhirnya Gus Hamzah dan kedua orang tuanya sampai di Yogyakarta.
Mereka pun langsung naik ke taksi online yang sudah dipesan oleh Gus Hamzah itu.
Setelah itu, taksi itu pun membawa Gus Hamzah beserta kedua orang tuanya ke pesantren Az-Zahra, untuk menemui Kiyai Yusuf.
Tak butuh waktu lama, taksi itu pun sampai di pesantren Az-Zahra, Gus Hamzah beserta kedua orang tuanya pun turun dari taksi, dan masuk kedalam pesantren, setelah membayar ongkos taksi.
Saat sudah berada di dalam halaman pesantren, Gus Hamzah pun bertemu dengan salah satu ustadz.
"Assalamu'alaikum," ucap ustadz itu menghampiri Gus Hamzah dan juga kedua orang tua Gus Hamzah.
"Wa'alaikumusalam," jawab Gus Hamzah serta kedua orang tuanya.
"Eh, pak Kiyai Abdullah, apa kabar?" tanya ustadz itu yang kebetulan mengenali Abi dari Gus Hamzah.
"Alhamdulillah, kabar saya baik," jawab Kiyai Abdullah.
Ustadz itu pun bersalaman dengan pak Kiyai Abdullah dan juga Gus Hamzah.
"Kalau begitu, mari ikut saya. Tidak enak jika kita bicara berdiri di sini," ucapnya.
Mereka pun akhirnya ikut dengan ustadz itu.
Dan kini mereka pun tiba di sebuah aula yang memang diperuntukkan untuk para tamu, jika pak Kiyai Yusuf tidak ada di rumah atau pesantren.
"Maaf, saya membawa kalian ke mari. Lantaran di rumah pak Kiyai tidak ada orang," ujar ustadz itu.
"Memangnya kalau boleh tau, pak Kiyai nya kemana ya?" tanya Gus Hamzah.
"Mmm, saat ini pak Kiyai sedang di rawat di rumah sakit, lantaran sakit yang di deritanya kambuh lagi," jawab ustadz.
"Inalillahi," gumam Gus Hamzah, begitu juga dengan kedua orang tuanya.
"Kalau boleh tau, di rumah sakit mana, Kiyai Yusuf dirawat?" tanya Abi Gus Hamzah.
"Di rumah sakit xxx, pak Kiyai."
"Hamzah, bagaimana kalau kita jenguk Kiyai Yusuf, di rumah sakit?" tanya Abi Abdullah pada putranya itu.
"Boleh, bi," jawab Gus Hamzah.
"Kalau begitu kami permisi, kami akan pergi ke rumah sakit, untuk menjenguk Kiyai Yusuf," ucap Abi Abdullah pada ustadz tadi.
"Baik, silahkan."
"Assalamu'alaikum," ucap ketiga orang itu.
"Wa'alaikumusalam," jawab ustadz itu.
Gus Hamzah, beserta kedua orang tuanya pun lebih memilih pergi untuk menjenguk Kiyai Yusuf yang kini tengah di rawat di rumah sakit.
Mereka pergi menggunakan taksi online, yang sudah di pesan oleh Gus Hamzah.
Tak lama, taksi yang mereka tumpangi pun sampai di rumah sakit xxx, ketiganya pun turun dari taksi dan masuk kedalam rumah sakit, setelah membayar ongkos taksi.
Saat di sudah berada didalam gedung rumah sakit, Gus Hamzah pun, menghampiri bagian resepsionis untuk menanyakan dimana ruangan tempat Kiyai Yusuf di rawat.
Setelah mendapatkan informasi dimana ruangan Kiyai Yusuf di rawat, mereka pun pergi ke ruang inap Kiyai Yusuf.
Beruntung tadi di jalan mereka sempat membeli buah-buahan, Gus Hamzah pun mengetuk pintu itu dan membukanya.
Mereka bertiga pun masuk dengan mengucapkan salam, dan di balas oleh Kiyai Yusuf beserta istrinya.
"Kalian ... Kalian sejak kapan kesini? Dan kenapa tidak bilang?" tanya Kiyai Yusuf setelah bersalaman dengan teman sekaligus calon mantunya itu, sementara istrinya kini tengah duduk bersama dengan istri dari Kiyai Abdullah.
"Kami baru saja tiba, tadinya kami ingin memberikan mu kejutan, tapi malah kami yang mendapatkan kejutan," jawab Kiyai Abdullah, yang kini tengah duduk di kursi yang ada di samping bankar temannya itu.
"Kau sakit apa?" tanya Kiyai Abdullah.
"Biasa, penyakit ku kambuh lagi," jawabnya.
"Lalu bagaimana dengan sekarang? Apa sudah lebih baik?"
"Alhamdulillah, sekarang sudah jauh lebih baik. Oh ya, kalian ada keperluan apa datang kemari? Apa ini mengenai perjodohan antara putriku dan juga putramu Abdul?" jawab Kiyai Yusuf, sekaligus bertanya.
"Ya, kamu benar. Kedatangan kita kemari adalah untuk memberikan jawaban mengenai perjodohan yang kamu ajukan itu," jawab Kiyai Abdullah.
"Jika begitu, kenapa tidak lewat telepon saja. Seharusnya kalian tidak perlu jauh-jauh datang kemari."
"Hamzah bilang, tidak etis rasanya jika memberikan jawaban hanya melalui sambungan telepon. Jadi sebab itu kami pergi ke sini, untuk memberikan jawaban pada mu."
"Baiklah, lalu apa jawabnya?" tanya Kiyai Yusuf, dengan menatap calon mantunya yang tengah berdiri di samping temannya itu.
Kiyai Abdullah pun menatap sang putra, Gus Hamzah yang ditatap itu pun menghela napasnya, kemudian ia pun mulai berucap.
"Mmm ... Sebelum saya menjawab, saya ingin bertanya pada pak Kiyai terlebih dulu," ucapnya.
"Katakan, ingin bertanya apa?"
"Begini, apa putri pak Kiyai sudah mengetahui mengenai perjodohan ini? Dan apakah dia juga menerimanya?"
"Untuk masalah itu, nak Hamzah tidak perlu khawatir. Sebelum Abah meminta nak Hamzah untuk menikah dengan putri saya, saya sudah lebih dulu memberitahukan kepadanya tentang perjodohan ini. Dan dia pun setuju dengan perjodohan yang sudah saya tetapkan," jawabnya.
"Jika memang putri dari pak Kiyai bersedia menerima perjodohan ini, dan bersedia menikah dengan saya, maka saya pun menerima perjodohan ini. Dan maksud kedatangan saya dan kedua orang tua saya ke sini, bukan hanya untuk mengatakan bahwa saya menerima perjodohan ini, tapi saya juga ingin langsung melamar putri pak Kiyai. Maaf, pak Kiyai saya tidak tau bahwa anda tengah sakit, kalau begitu saya akan tunggu anda sampai sembuh, baru nanti kita bahas mengenai lamaran saya dan juga putri pak Kiyai," jelas Gus Hamzah.
"Alhamdulillah, jika nak Hamzah juga menerima perjodohan ini, dan mau menikah dengan anak saya. Nak Hamzah tidak perlu meminta maaf, baiklah nanti kita akan bahas mengenai lamaran antara nak Hamzah dengan putri saya. In syaa Allah, saya akan cepat sembuh, dan akan meminta putri saya untuk pulang lebih dulu, karena saat ini dia masih berada di Jakarta, lantaran harus belajar," ucap Kiyai Yusuf.
"Nggih pak Kiyai," ujar Gus Hamzah.
...***...
Jangan lupa like, komen, vote, subscribe, beri hadiah berupa bunga mawar (🌹) dan juga kopi (☕) serta beri ulasan bintang lima, jika kalian suka terhadap cerita tentang Gus Hamzah ini🤗💚
Silahkan kritik, tapi author harap kritiknya menggunakan bahasa yang sopan yaaa ...
In syaa Allah author akan terima kritikan dari kalian, selagi menggunakan bahasa yang sopan☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments