Makan Siang Bersama.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di gedung apartemen Gus Hamzah.

Gus Hamzah pun mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkan mobilnya di basement apartemen.

Ia pun turun dari mobil dan memutari mobil, kemudian Gus Hamzah pun membukakan pintu mobil untuk istrinya itu.

Fatimah yang awalnya bingung melihat suaminya buru-buru keluar, itu pun menjadi tau alasannya.

Fatimah pikir suaminya itu buru-buru keluar mobil lantaran kebelet pingin ke kamar mandi, tapi ternyata dia salah, ternyata suaminya itu ingin membukakan pintu mobil untuknya.

"Terima kasih," ucap Fatimah pada suaminya itu, setelah ia turun dari mobil.

Gus Hamzah pun menutup kembali pintu mobilnya, setelah istrinya itu keluar dari mobil.

Tak lupa, Gus Hamzah pun mengambil koper dan juga tas milik istrinya itu di bagasi.

Setelah mengambil barang-barang istrinya, mereka pun masuk kedalam lobby apartemen.

Keduanya pun masuk kedalam lift, saat sudah berada didalam lift, Gus Hamzah pun menekan tombol angka menuju lantai tempat unit apartemen nya berada.

Ting.

Pintu lift pun terbuka, dan mereka pun keluar dari lift.

Saat sudah berada didepan pintu apartemennya, Gus Hamzah pun memasukkan password untuk membuka pintu itu.

Setelah itu keduanya pun masuk kedalam, saat masuk kedalam, Fatimah pun melihat-lihat seisi ruangan apartemen milik suaminya itu.

Apartemen milik suaminya itu lumayan luas, dan di sana memiliki dua kamar.

Gus Hamzah pun membawa istrinya itu untuk masuk kedalam kamar, yang selama ini ia pakai ketika ia berada di kota itu.

Saat sudah berada di kamar, Fatimah pun mulai menaruh dan menata barang-barangnya, tak lupa Gus Hamzah pun membantu istrinya itu menaruh pakaian istrinya itu kedalam lemari.

Tak butuh waktu lama, mereka pun selesai menaruh dan menata barang-barang milik Fatimah ke tempatnya.

"Mmm, Gus." Fatimah pun memanggil suaminya itu, yang kini tengah melihat laptopnya.

"Hm, iya ada apa?" tanya Gus Hamzah seraya melihat ke arah istrinya itu yang tengah duduk di sisi ranjang, sementara dia kini duduk di sofa yang ada di kamar itu.

"Apa sebaiknya kita pergi ke supermarket untuk belanja kebutuhan kita?" jawab Fatimah sekaligus memberikan saran pada suaminya itu.

"Kamu benar, seharusnya tadi kita mampir ke supermarket untuk belanja kebutuhan kita," ujar Gus Hamzah. "Ayo, lebih baik kita pergi sekarang," lanjutnya.

"Tapi ... Apa Gus tidak capek?" tanya Fatimah lagi.

"Tidak," jawab Gus Hamzah dengan tersenyum manis.

"Yasudah ayo."

Gus Hamzah dan Fatimah pun pergi ke supermarket untuk membeli kebutuhan mereka nantinya.

"Oh ya Gus, Abi sama umi kapan pulangnya? Biar nanti sepulang dari supermarket aku langsung masakin makanan kesukaan Abi dan umi," ucap Fatimah sekaligus bertanya.

Saat ini keduanya tengah berada di perjalanan menuju supermarket.

"Kata Abi nanti mereka akan pulang jam sebelas, dan kamu gak perlu repot-repot," jawabnya.

"Gak ngerepotin kok, lagian aku juga suka masak. Tapi, Abi sama umi suka makanan apa?" tanya Fatimah lagi.

"Abi sama umi itu gak pilih-pilih makanan, yang penting makanan itu halal dan juga mereka suka makanan yang agak asin, plus harus ada sambalnya," jawab Gus Hamzah.

"Gitu ya, kalau Gus? Apa makanan kesukaan Gus?"

"Saya pun sebenarnya tidak pilih-pilih makanan, tapi makanan favorit saya adalah dendeng balado, dan makanan yang tidak terlalu pedas."

"Oke, nanti aku bikinin makanan kesukaan Gus," ucap Fatimah dengan tersenyum manis ke arah suaminya.

Gus Hamzah pun membalas senyuman istrinya itu, seraya mengelus rambut istrinya yang tertutup hijab itu.

Tak lama mereka pun sampai, mereka pun turun setelah memarkirkan mobilnya, dan mereka pun masuk kedalam supermarket.

Saat sudah berada didalam supermarket, mereka pun mulai berbelanja, dengan Gus Hamzah yang mendorong troli belanja.

Fatimah pun terus memilih bahan makanan dan makanan ringan, serta barang-barang seperti sabun cuci piring, sabun mandi, dan lainnya, dan untuk Gus Hamzah sendiri, ia terus saja mengekori istrinya itu.

Hingga mereka pun selesai memilih, dan mereka pun segara ke kasir untuk membayar semua belanjaan mereka.

Setelah membayar, mereka pun kembali pulang ke apartemen, karena kebetulan jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, yang mana artinya kedua orang tua Gus Hamzah pasti sudah pulang.

Tak lama mereka pun tiba di apartemen, keduanya pun turun dari mobil dengan Gus Hamzah yang membawa belanjaan yang mereka beli.

Saat tiba di unit apartemen, mereka tidak menemukan keberadaan kedua orang tua Gus Hamzah, yang artinya kedua orang tua Gus Hamzah belum pulang dari rumah temannya Abi Abdullah.

Gus Hamzah dan Fatimah pun pergi ke dapur, dan mulai menaruh dan menata belanjaan yang mereka beli.

Saat semua belanjaan sudah ditaruh ditempat nya, Fatimah pun mulai memasak untuk makan siang.

Sementara Gus Hamzah yang awalnya ingin menghubungi Abi nya, ia mengurungkan niatnya, lantaran bel pintu berbunyi, mungkin itu adalah kedua orang tua Gus Hamzah.

Gus Hamzah pun pergi ke depan, guna membukakan pintu, dan benar saja, yang menekan bel itu ternyata Abi nya.

"Assalamu'alaikum," ucap Abi dan umi.

"Wa'alaikumusalam," jawab Gus Hamzah, seraya menyalami punggung tangan kedua orang tuanya.

"Abi, umi, ayo masuk," ucapnya, Abi dan umi pun masuk kedalam apartemen anak mereka.

"Oh ya, nak. Dimana istrimu, Fatimah?" tanya umi Ijah pada sang anak.

"Fatimah ada di dapur umi, dia sedang masak," jawab Gus Hamzah.

"Maa syaa Allah. Yasudah, kalau gitu umi pergi ke dapur dulu, mau bantu menantu umi," ucap sang umi.

"Iya umi."

Umi Ijah pun pergi ke dapur guna menemui menantunya itu, sementara Gus Hamzah dan Abi nya mereka lebih memilih menunggu di ruang tengah.

Sementara itu di dapur, Fatimah yang kini tengah menata makanan yang telah selesai ia buat di atas meja makan.

Tak lama umi Ijah pun datang menghampirinya. "Assalamu'alaikum," ucap umi Ijah.

"Wa'alaikumusalam, eh umi udah pulang." Fatimah pun menyalami ibu mertuanya itu setelah ia mencuci tangan terlebih dahulu.

"Iya, umi baru saja pulang. Ini semua kamu yang buat?" tanya umi pada menantunya itu.

"Iya umi, semoga umi dan Abi suka sama masakan Fatimah," jawab Fatimah dengan sopan.

"Maa syaa Allah, rajin sekali menantu umi ini. Baru saja umi ingin bantu kamu masak, tapi ternyata kamu sudah selesai memasak," ucap umi Ijah memberikan pujian pada menantunya itu.

"Terima kasih umi atas pujiannya. Oh ya, kalau gitu umi duduk, biar Fatimah panggil Abi sama Gus Hamzah."

"Iya." Umi Ijah pun duduk di salah satu kursi makan, sementara Fatimah ia pergi untuk memanggil suami sekaligus ayah mertuanya itu.

"Assalamu'alaikum Abi," ucap Fatimah, seraya menyalami ayah mertuanya itu.

"Wa'alaikumusalam," jawab sang ayah mertua.

"Oh ya, Abi, Gus, makanan sudah siap. Mari kita makan bersama, umi sudah menunggu di sana," ujar Fatimah.

"Kalau gitu ayo." Abi Abdullah pun berdiri, diikuti oleh Gus Hamzah, mereka bertiga pun pergi ke dapur guna makan siang bersama.

"Maa syaa Allah, makanan istrimu sungguh enak, Hamzah," puji Abi dan umi, saat ini mereka sudah mulai menyantap makanan yang dibuat oleh Fatimah.

"Abi dan umi benar, masakan istriku memang enak," ucap Gus Hamzah.

"Maa syaa Allah. Alhamdulillah, jika Abi dan umi, serta Gus suka sama makanannya," ucap Fatimah.

Mereka pun melanjutkan makan mereka dengan tenang.

...***...

Selagi nunggu aku update, kalian bisa baca karyaku yang sudah tamat.

Aku sengaja update satu hari satu bab😂tolong di maklumi yaa🙏😅

Jangan lupa, like, komen, vote, subscribe, hadiah bunga mawar dan kopi nyaaa❤️

Terima kasih😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!