Jalan-jalan.

Waktu pun sudah menunjukkan pukul dua belas, semua orang pun sholat berjamaah, dengan para pria sholat di masjid yang ada di pondok, sementara Fatimah, Ratna dan umi mereka sholat berjamaah di sebuah majelis bersama santriwati.

Selesai sholat berjamaah, mereka pun makan siang bersama, makanan yang dimasak oleh Ratna dan juga Fatimah.

Semua orang telah duduk di kursi mereka masing-masing, dengan Ratna dan Fatimah mengambilkan makanan untuk para suami mereka.

Berbeda dengan Kiyai Abdullah yang mengambilkan makanan untuk istrinya.

"Fatimah kamu mungkin merasa aneh ya melihat Abi mengambilkan makanan untuk umi. Ya beginilah, selama umi menikah dengan Abi Hamzah, dia sering mengambilkan makanan untuk umi," ucap umi Ijah pada menantunya itu.

"Tapi meski begitu, umi juga sering mengambilkan makanan untuk Abi kok, Abi juga tidak setiap hari mengambilkan untuk umi mu," sela Kiyai Abdullah.

"Tidak aneh sama sekali kok umi, justru Fatimah merasa senang melihat keromantisan Abi pada umi. Lagi pula, Abah juga sering melakukan hal itu pada umi nya Fatimah," ujar Fatimah seraya tersenyum manis.

"Wah, jadi Abah mu sering mengambilkan makanan untuk umi mu? Sungguh Abi dan Abah mu memang sahabat sejati, sampai kebiasaan pun sama," ucap umi.

"Sudah-sudah, sebaiknya kita cepat makanan, mumpung makanannya masih hangat," ujar sang Abi.

Mereka pun mulai menyantap makan siang bersama.

"Hamzah, apa tidak sebaiknya kalian menginap saja di sini? Lagi pula, istri mu masih cuti kuliah bukan?" tanya umi Ijah.

"Iya umi, Fatimah masih cuti kuliah. Maaf umi, bukan Hamzah tidak ingin menginap disini, tapi kan Fatimah tidak membawa pakaiannya," jawab Gus Hamzah.

"Kalau untuk pakaian kamu kan tinggal belikan istri kamu pakaian, kamu pasti punya uang kan. Masa kamu gak bisa beliin istri kamu baju," timpal kakak Gus Hamzah yang bernama Gus Hasan.

"Nah bener tuh apa yang dikatakan oleh kakak mu," ucap umi.

"Kalau Hamzah sih seterah sama Fatimah, jika Fatimah ingin menginap disini Hamzah maka kami akan menginap," ujar Gus Hamzah.

"Jadi gimana nak Fatimah, kamu mau kan nginap disini?" tanya umi.

Fatimah pun mengangguk, "iya umi, Fatimah mau menginap disini," ucapnya.

"Yasudah, Hamzah. Sebaiknya kamu ajak istri kamu belanja pakaian nanti sore, dan sebaiknya sekarang kamu ajak istri kamu ke kamar kamu, biarkan istri mu istirahat, pasti istri mu capek," ujar umi.

"Iya umi, ayo," ajak Gus Hamzah.

"Gus, sebaiknya Gus ke kamar saja dulu, nanti aku akan menyusul. Aku mau bantu umi sama mbak Ratna dulu," ujar Fatimah.

"Gak pa-pa Fatimah, kamu pergi istirahat sana," ucap Ratna.

"Yang dikatakan kakak ipar mu benar, kamu istirahat saja sana," saut umi.

"Sudahlah nak, lebih baik kamu istirahat saja sana. Tidak perlu merasa sungkan atau apa," timpal sang Abi.

"Tuh denger kan mereka bilang apa, saya tau kamu pasti capek kan, ayo kita istirahat," ucap Gus Hamzah pada istrinya itu.

"Baiklah kalau begitu, Fatimah ijin istirahat dulu ya Abi, umi, kak Hasan, mbak Ratna," ujar Fatimah merasa tidak enak, pasalnya ia malah tidur siang dan tidak membantu umi dan kakak iparnya itu beres-beres.

"Iya," ucap Abi dan umi.

Gus Hamzah pun membawa istrinya itu pergi ke kamar nya yang ada di rumahnya.

"Lebih baik kita istirahat dulu, nanti sore kita pergi ke mall, belanja pakaian untuk mu," ucap Gus Hamzah, setelah mereka sudah berada di kamarnya.

"Kamu dengar saya tidak," bisik Gus Hamzah tepat ditelinga istrinya itu.

Lantaran istrinya itu tidak menggubris ucapnya, istrinya itu malah asik melihat kamarnya.

Sementara itu, Fatimah yang tengah melihat kamar suaminya itu pun menjadi kaget, lantaran mendapatkan bisikan dari suaminya.

"Astagfirullah, Gus! Ngagetin aja," ucapnya, seraya mengelus dadanya lantaran terkejut.

"Hehehe, maaf. Habisnya kamu diam aja dan tidak menggubris ucapan saya," ujarnya.

"Heheh, maaf Gus."

"Lagian kenapa kamu lihat kamar saya terus menurus? Memangnya ada yang salah sama kamar saya?" tanya Gus Hamzah.

"Gak ... Gak ada yang salah kok sama kamarnya Gus, hanya saja, kamar Gus terlalu simpel. Gak di kamar ini, gak di kamar yang ada di apartemen sama semua, simpel," jawab Fatimah.

Ya, kamar Gus Hamzah memang sama dengan kamar yang ada di apartemennya, hanya ukuran saja yang beda.

Jika di apartemen, ukuran kamar Gus Hamzah cukup luas, beda halnya dengan kamarnya yang ada di rumah kedua orang tuanya yang ukurannya tidak seluas kamarnya yang ada di apartemen.

"Hm, begitu. Kamu tau kan, saya ini pria, dan saya tidak terlalu suka banyak hiasan di kamar saya."

"Ya, tidak harus dihias juga."

"Terus?"

"Ya itu, ah sudahlah. Seterah Gus aja, kamar-kamarnya Gus," ucapnya dengan sedikit cemberut.

"Kamu lucu," ucapnya seraya mengelus kepala istrinya itu.

"Sudah sebaiknya kita tidur siang," lanjutnya.

"Hm." Fatimah pun mulai membuka hijab nya, dan ia pun mulai tidur.

Begitupun dengan Gus Hamzah yang juga ikut tidur disebelah istrinya.

Sore harinya, setelah selesai menjalankan ibadah sholat ashar, Gus Hamzah membawa istrinya itu pergi untuk belanja pakaian.

Gus Hamzah membawa istrinya itu ke D'Botanica Bandung Mall.

Saat ini keduanya tengah berada di jalan menuju mall.

Tak lama mereka pun sampai, setelah memarkirkan mobilnya, keduanya pun segera masuk kedalam gedung itu.

Saat sudah berada didalam mall, Gus Hamzah pun segera membawa istrinya itu ke toko penjualan pakaian wanita, bukan itu saja, Gus Hamzah pun membawa istrinya ke butik khusus menjual pakaian muslimah.

"Gus, aku rasa ini sudah cukup, tidak perlu membelinya lagi," ucap Fatimah, saat suaminya itu mengajaknya ke sebuah butik khusus menjual pakaian muslimah.

Pasalnya, ia sudah membeli pakaian lumayan banyak saat di toko pakaian wanita.

"Tidak pa-pa, itu saja belum cukup. Kamu nanti bisa membawa baju-baju ini ke Jakarta nanti, dan sebagainya bisa disimpan di rumah umi. Nanti, jika kita menginap di rumah Abi dan umi, kamu tidak perlu bawa pakaian lagi," ujar Gus Hamzah.

"Sudah pilih sana, saya tunggu disini," lanjutnya.

"Permisi, maaf saya tadi kebelakang sebentar. Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu wanita yang memang bekerja di sana.

"Tolong bantu istri saya untuk memilih pakaian yang cocok untuknya," jawab Gus Hamzah.

"Baik, kalau begitu mari kak," ucap pegawai itu, seraya menyuruh Fatimah untuk ikut dengannya.

"Sudah sana," ujar Gus Hamzah pada istrinya, yang melihat istrinya itu masih diam saja.

"Iya."

Mau tak mau, Fatimah pun ikut bersama pegawai itu untuk memilih pakaian untuknya.

Setelah selesai memilih pakaian yang menurutnya cocok untuknya, Fatimah pun kembali dengan menenteng beberapa setel abaya dan juga gamis syar'i.

"Sudah," ucapnya pada sang suami.

"Hanya itu?"

"Iya."

"Yasudah mari kita bayar, terima kasih ya mbak, sudah mau bantu istri saya pilihkan pakaian," ucap Gus Hamzah pada pegawai itu.

"Sama-sama mas."

"Saya ucapkan terima kasih juga," ucap Fatimah, berterima kasih pula pada pegawai itu.

"Sama-sama kak, kalau begitu saya permisi." Pegawai itu pun pergi dari sana.

Sementara itu, Gus Hamzah dan Fatimah pun mengantri untuk membayar belanjaan mereka.

...***...

Jangan lupa like, komen, vote, subscribe, beri hadiah, serta ulasan bintang lima 🙏😍

Terima kasih❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!