Kuliah.

Seminggu kemudian.

Sudah satu Minggu Fatimah dan Gus Hamzah menikah, dan besok Fatimah akan kembali berkuliah.

Lantaran cuti kuliah nya sudah berakhir, dan ia pun harus kembali masuk kuliah dan melanjutkan pendidikannya.

Saat ini kedua pasangan suami-istri yang masih belum melakukan malam pertama itu pun tengah membaca Al-Qur'an bersama setelah selesai sholat tadi.

Sebenarnya Fatimah yang tengah membaca Al-Qur'an, sementara Gus Hamzah ia hanya memperhatikan apakah ada yang salah dalam bacaan istrinya itu atau tidak.

Sebenarnya Gus Hamzah pun sudah membaca Al-Qur'an, dan kini ia tinggal memperhatikan bacaan istrinya itu.

"Shadaqallahul adzim." Fatimah pun menutup Al-Qur'an nya, setelah ia selesai membaca.

"Allahummarhamna bil Qur'an. Maa syaa Allah, kamu merdu sekali baca Al-Qur'an nya, dan tajwidnya pun benar, tidak ada yang salah," puji Gus Hamzah pada istrinya itu.

"Alhamdulillah, tapi aku rasa Gus terlalu berlebihan," ucap Fatimah seraya menundukkan wajahnya lantaran malu di puji oleh suaminya itu.

Jujur baru kali ini ia di puji oleh suaminya, padahal setiap kali mereka selesai sholat, pasti mereka meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur'an.

"Saya serius Fatimah, setiap kali saya mendengar suara kamu ketika mengaji, hati saya menjadi adem," ucap Gus Hamzah.

"Ah Gus, sudahlah. Jangan puji aku terus, aku jadi malu," cicit Fatimah yang masih menunduk itu.

"Memangnya kenapa? Memangnya saya tidak boleh memuji istri saya sendiri?"

"Bukan begitu, tapi ... Ah sudahlah, aku mau beresin ini dulu," ujar Fatimah seraya berdiri dan menaruh Al-Qur'an nya ke tempat nya, setelah itu ia pun mulai merapihkan mukena dan sajadah dirinya, serta sajadah suaminya itu.

Sementara Gus Hamzah, ia pun hanya terkekeh kecil melihat tingkah istrinya yang malu-malu itu.

"Kenapa tertawa?" tanya Fatimah saat ia sudah merapihkan mukena dan sajadah nya, dan ketika ia mendengar suaminya itu tertawa kecil.

"Tidak pa-pa, saya hanya merasa lucu melihat kamu malu begitu," jawab Gus Hamzah yang tersenyum kecil.

"Apa lagi melihat kedua pipi kamu merah seperti tomat," lanjutnya.

Sementara Fatimah, pipinya semakin memerah. "Ih Gus!!!" pekik Fatimah, ia pun langsung merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke atas kepalanya, lantaran malu diledekin oleh suaminya itu.

Sementara Gus Hamzah, ia pun hanya menggelengkan kepala seraya terkekeh, seru juga bercanda-in istrinya itu.

Gus Hamzah pun duduk didekat istrinya, ia pun memegang lengan istrinya itu. "Kenapa kamu nutupin seluruh tubuh mu dengan selimut?" tanyanya.

"Memangnya kamu tidak mau tidur di lengan saya lagi? Dan meluk saya lagi?" lanjutnya.

Sementara Fatimah yang masih menutup tubuhnya dengan selimut itu pun semakin memerah pipinya, bisa-bisanya suaminya itu membahas ketika dirinya memeluk suaminya itu dengan erat, bahkan ia pun semakin mengeratkan pelukannya ketika tidur, kala di puncak waktu itu.

Ya, saat mereka menginap di salah satu tempat wisata yang menyediakan tempat penginapan dan juga camping, Gus Hamzah pun memeluk istrinya itu lantaran kedinginan ketika mereka hendak tidur.

Dan semakin lama, Fatimah lah yang lebih intens memeluk tubuh suaminya, bahkan ia pun tidur dengan berbantalkan lengan suaminya itu.

"Gus, daripada bercanda-in aku mulu, lebih baik Gus ganti baju," ujarnya yang masih asik bersembunyi didalam selimut itu.

"Loh memangnya pertanyaan saya salah? Kan yang saya tanyakan benar? Lagi pula memangnya kenapa kalau kamu tidur berbantalkan lengan saya lagi? Toh kamu istri saya ini, dan saya suami kamu, lagi pula saya tidak masalah akan hal itu," ucap Gus Hamzah.

Fatimah pun membuka selimutnya dan menatap suaminya itu. "Iya Gus iya. Aku tau, sudah sana ganti baju," ucapnya, seraya mendorong pelan lengan suaminya, agar suaminya itu segera ganti pakaian nya.

"Iya-iya, saya ganti baju." Gus Hamzah pun berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah meja yang dimana di sana sudah ada pakaian untuk tidurnya, yang sudah disiapkan oleh istrinya itu.

Setelah itu Gus Hamzah pun pergi ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Tak lama Gus Hamzah pun keluar dengan memakai pakaian kaos oblong dan juga celana training panjang.

Gus Hamzah pun merangkak ke atas tempat tidur, dan mulai merebahkan tubuhnya disisi istrinya itu.

"Fatimah," panggil Gus Hamzah pada istrinya itu.

Fatimah yang kebetulan tidur membelakangi suaminya itu pun membalikkan tubuhnya menghadap ke arah suaminya.

"Iya."

Gus Hamzah pun mengganti posisinya menghadap istrinya itu, jadilah mereka tidur saling berhadapan.

"Kamu tidak ingin saya peluk lagi?" tanyanya.

"Siapa tau kamu kedinginan," lanjutnya.

"Tidak dingin kok Gus, lagian disini kan bukan puncak," jawab Fatimah.

"Tapi saya ingin peluk kamu, boleh?" tanya Gus Hamzah.

"Ya ampun Gus, kenapa gak bilang dari tadi, kalau mau peluk aku," ucap Fatimah, seraya terkekeh kecil.

Kali ini Gus Hamzah lah yang merasa malu, tapi sebisa mungkin ia tidak memperlihatkan rasa malunya itu.

"Iya-iya, saya ingin peluk kamu, boleh?"

"Tentu saja boleh," jawab Fatimah.

Gus Hamzah pun mendekat dan ia pun membawa istrinya itu dalam pelukannya, dan menjadikan lengannya untuk dijadikan bantal oleh istrinya.

"Anggap saja ini pendekatan, sebelum nanti kamu jadi milik saya seutuhnya," ucap Gus Hamzah setelah berhasil memeluk istrinya itu, seraya memejamkan matanya.

Sementara Fatimah, ia pun tersenyum sipu mendengar ucapan dari suaminya, ia pun mulai memejamkan matanya.

Dan mereka pun tidur, saling berpelukan.

Keesokan paginya, kini kedua pasangan suami-istri itu pun tengah sarapan bersama.

"Nanti kamu pulang jam berapa?" tanya Gus Hamzah, ketika mereka selesai sarapan.

"Mungkin siang, soalnya ada dua kelas hari ini," jawabnya.

"Yasudah nanti kamu hubungi saya saja, ketika sudah waktunya pulang kuliah," ucap Gus Hamzah.

"Memangnya Gus tidak sibuk?" tanya Fatimah.

"Tidak, saya hanya memeriksa pengeluaran cafe saya saja," jawabnya.

"Begitu. Iya, nanti aku hubungi Gus."

"Yasudah ayo kita berangkat, nanti kamu telat, soalnya takut macet di jalan."

"Iya."

Mereka pun pergi, setelah membereskan sisa sarapan mereka.

Tak lama mereka pun sampai di universitas xxx, tempat Fatimah menimba ilmu.

"Gus, aku kuliah dulu," ucap Fatimah setelah mereka sudah sampai di parkiran yang ada di kampus itu.

"Iya, kamu belajar yang rajin."

"Iya Gus, kalau gitu aku turun dulu. Dan hati-hati," ucap Fatimah seraya menyalami punggung tangan suaminya itu.

"Iya," ujar Gus Hamzah seraya mengelus kepala istrinya itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumusalam."

Fatimah pun keluar dari mobil, sementara Gus Hamzah ia pun melihat istrinya dulu, setelah punggung istrinya tidak terlihat, barulah Gus Hamzah kembali menjalankan mobilnya meninggalkan area kampus dan pergi ke cafe miliknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!